Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge > Gossip & Gallery

Gossip & Gallery Gossip, artist, images of unique and interesting all here.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 15th November 2011
yudho1's Avatar
yudho1 yudho1 is offline
Ceriwis Geek
 
Join Date: Nov 2011
Posts: 10,852
Rep Power: 28
yudho1 mempunyai hidup yang Normal
Default Universita Del Caffe, Kampus Para "Mahasiswa" yang Belajar tentang Kopi



Anda penggemar kopi? Jika ingin mendalami ilmu perkopian, Anda bisa "kuliah" di sebuah kampus. Namanya Universita Del Caffe. Pusatnya di Trieste, Italia. Tapi, di Jakarta sudah ada cabangnya. Bagaimana sistem perkuliahannya?



Gedung berlantai tiga itu terletak di Jl Hasyim Asy?ari, Jakarta Pusat. Luas setiap lantai sekitar 120 meter persegi. Itulah gedung Universita Del Caffe. Kampus bagi siapa saja yang ingin belajar tentang kopi dan cara meracik kopi itu merupakan cabang Universita Del Caffe yang berpusat di Trieste, Italia.



Tempat kuliah berada di lantai tiga. Lantai satu dan dua untuk tempat pendaftaran dan administrasi. Siang itu, Jawa Pos berada di lantai tiga. Di sana sudah ada 20 "mahasiswa" yang sedang belajar. Suasana tempat belajar sekilas mirip laboratorium. Hanya, tidak ada gelas ukur. Yang ada adalah sejumlah perlengkapan membuat dan meracik kopi seperti mesin pembuat espresso dan grinder.



Selain itu, ratusan gelas dan cangkir tertata rapi di dalam kardus. Begitu pula dengan biji-bijian kopi yang sudah ditata sedemikian rupa, siap untuk diracik. Dua puluh mahasiswa yang sedang belajar itu merupakan angkatan atau gelombang kedua. Sejak dibuka Oktober lalu, memang baru ada dua angkatan. Angkatan ketiga baru akan dibuka bulan ini.



Universitas kopi tersebut punya sistem perkuliahan yang sangat berbeda dari universitas pada lazimnya. Masa kuliahnya pun sangat singkat: hanya empat hari. Setiap hari, kuliah dimulai pukul 09.00 dan berakhir pukul 17.00. Setelah lulus, para mahasiswa berhak menyandang gelar barista (ahli kopi). Sertifikatnya pun dikeluarkan Illy, sebuah merek kopi terkenal di Italia.





Yang juga membuat universitas kopi itu berbeda dari kampus lain, tenaga pengajarnya hanya seorang. Itu pun merangkap rektor. Dia adalah Michael J. Gibbons.Ketika Jawa Pos berada di kampus tersebut, Gibbons terlihat sedang sibuk mondar-mandir mengawasi para mahasiswanya. Saat itu, dia memerintah para mahasiswa untuk membuat espresso (kopi hitam) dalam takaran 30 mililiter. "I want 30 seconds Guys, I don"t want 25 or 35 (Saya hanya ingin 30 detik, bukan 25 atau 35 detik, Red)," kata Gibbons.



Maksud 30 detik itu adalah waktu ekstraksi 30 ml kopi saat dialirkan dari mesin ke cangkir. Takaran kopinya sangat spesifik, 6 hingga 7 gram untuk 30 ml espresso. Air yang digunakan pun harus berada pada kisaran suhu 90 derajat Celsius. "Waktu 30 detik sangat vital untuk menentukan rasa kopi," tegas Gibbons sambil menunjukkan hasil karya para mahasiswanya.



Puluhan cangkir berisi espresso itu dipajang di meja paling tengah. Espresso yang disajikan masih tanpa gula. Peserta dianggap berhasil membuat espresso dalam takaran yang pas jika espresso memiliki tekstur permukaan yang kecokelatan kental namun dalamnya hitam pekat.Sementara itu, yang under-extraction (kurang ekstrasi) atau over-extraction (kelebihan) memiliki warna hanya kecokelatan atau hitam saja. "Rasanya pun berbeda. Coba saja," ujar Gibbons kepada Jawa Pos.



Kopi dengan ekstraksi 30 detik memiliki aroma kuat seperti kopi arabica, namun rasa pahitnya khas. Berbeda dari hasil ekstraksi lain yang masih memiliki rasa pahit yang sangat kuat. "Kopi jenis ini (ekstraksi 30 detik, Red) banyak diminta customer (pembeli, Red). Rasanya, wow..." ungkap pria 40-an tahun tersebut mengekspresikan rasa.



Espresso merupakan dasar praktik di Universita Del Caffe. Dalam bahasa yang disampaikan Gibbons, espresso adalah dasar untuk menjadi ahli kopi (barista). Jika mampu membuat espresso yang disukai banyak konsumen, mudah bagi seorang barista untuk meracik jenis kopi lain. "Belajar espresso ini juga harus diulang-ulang. Sebab, bisa jadi takaran Anda pas karena kebetulan saja," tegas barista expert asal Australia itu.



Universita Del Caffe Jakarta hanya salah satu di antara pengembangan lembaga pendidikan barista milik Illy, sebuah produsen kopi ternama asal Italia. Selain di Jakarta, cabang Universita Del Caffe di kawasan Asia terdapat di Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Gibbons menyatakan, para mahasiswa yang belajar perkopian di kampusnya berasal dari berbagai latar belakang pendidikan. Biasanya, mereka yang datang adalah para calon barista dari hotel berbintang lima. "Sekarang ini ada pegawai Hotel Le Meridien yang dikirim belajar di sini," katanya.



Selain profesional dari hotel, ada sejumlah "mahasiswa" yang belajar karena ingin membuka bisnis kafe. "Mereka semua sudah memiliki pekerjaan utama. Nah, ini sebagai side job (pekerjaan sampingan, Red)," jelas pria yang profesi utamanya adalah brand and development manager Illy Indonesia itu.



Pada dua hari pertama masa kuliah, para peserta akan diberi materi untuk menjadi espresso expert. Menurut Gibbons, seorang espresso expert harus memahami sejarah kopi. Selanjutnya, espresso expert harus paham cara mengolah biji kopi menjadi bubuk. Pengolahan biji tersebut juga menentukan rasa berbagai macam olahan kopi. "Seorang espresso expert harus menghargai biji kopi," jelasnya.



Espresso expert juga harus mengenal jenis-jenis biji kopi. Biji kopi yang saat ini berada di pasaran adalah jenis arabica dan robusta. Arabica memiliki ciri biji yang besar namun rendah kafein. Sementara itu, robusta memiliki biji yang kecil namun rasanya lebih kuat. Membuat espresso, kata Gibbons, seperti halnya membuat kopi tubruk. Pria yang sudah tiga tahun tinggal di Jakarta itu menyatakan sudah berkali-kali mencoba berbagai citarasa kopi tubruk. Perbedaan espresso dari kopi khas Indonesia itu adalah cara pengolahan biji kopi dan ekstraksinya. "Biji kopi di Indonesia sangat bagus, tinggal cara pengolahannya," ucapnya.



Proses untuk ekstraksi juga tidak harus menggunakan mesin. Proses ekstraksi tanpa mesin, ujar dia, cukup dengan mendiamkan campuran kopi dengan air panas beberapa saat sebelum diminum. "Yang harus diingat, cukup takaran kopi dan airnya saja," kata pria bergelar connoiseur profesori dari Universita Del Caffe De Trieste, Italia, tersebut.



Jika peran antara barista, kopi, dan mesin dibandingkan, barista memegang peran penting. "Membuat kopi itu 70 persen barista, 20 persen kopi, dan 10 persen mesin," paparnya.Setelah dasar espresso expert diberikan, giliran materi creative coffee diajarkan. Dalam sesi ini, para mahasiswa tahu standar seorang barista membuat cappucino, caffe latte, machiatto, dan sejumlah variasi kopi lainnya.



Standar creative coffee yang diberikan adalah citarasa Illy. Pabrik kopi asal Italia tersebut memiliki ribuan kafe yang beberapa di antaranya juga berada di Indonesia. "Baik rasa, aroma, tekstur, semua dikembangkan Illy," ujar Gibbons.



Tugas pertama para "mahasiswa" adalah tentu memahami cara pembuatan. Rata-rata materi creative coffee membutuhkan bahan tambahan seperti susu dan cokelat. Susu atau cokelat itu harus dicampurkan ke kopi dalam suhu tertentu. "Susu biasanya dalam suhu ideal 65 derajat. Di posisi 70 derajat pun oke," jelasnya.Pastikan takaran susu yang diinginkan sesuai karena susu yang dipanaskan berulang-ulang juga memiliki kualitas rasa yang menurun. "Kalau rasanya ingin keras, espresso-nya harus dobel," ucapnya tak pelit membagikan resep.



Setelah memahami teknik, tugas para "mahasiswa" adalah mencoba langsung. Dalam creative coffee itu bisa sekaligus belajar art coffee (seni kopi). Peserta diajari dan bisa mencoba membuat berbagai tekstur di permukaan kopi. Peserta pun diperbolehkan memodifikasi resep dasar yang digunakan Illy. "Kalau yang berhasil, pasti mereka senang. Kalau yang gagal, coba lagi dan coba lagi," ujarnya.



Memodifikasi resep itu dimaksudkan untuk membentuk citarasa baru dari setiap kopi yang dibuat. Gibbons menuturkan, seorang barista harus memiliki ciri tersendiri dalam menciptakan kopi. Seorang barista tidak bisa hanya berpedoman pada standar.



"Jangan melakukan apa yang sudah dilakukan. Jangan meniru Starbucks, jangan meniru apa pun. Buat sesuai inspirasi. Seperti wine (anggur, Red), setiap negara punya rasa yang berbeda," tegas pria yang juga seorang sommelier (ahli anggur) itu.



Universita Del Caffe, kata Gibbons, juga tidak menilai pencapaian setiap peserta. Setiap peserta akan memiliki tolok ukur kemampuan mereka. Dari setiap standar kopi yang diberikan, selalu ditanamkan kepada peserta untuk selalu menghargai kopi. "Yang penting parameternya ada. Mereka tahu rasa kopi ini enak, rasa ini tidak. Mereka juga akan terus belajar dan belajar di luar kelas ini," ujarnya. (c5/kum)



SUMBER:http://www.jpnn.com/read/2010/12/04/...,-Kampus-Para-



kalo berkenan jgn lupa rated ya gan,apalagi melonnya,diterima dgn senang hati!!!



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:18 PM.


no new posts