
12th June 2010
|
 |
Ceriwis Lover
|
|
Join Date: Jun 2010
Location: |CB|Venue|GGS|51|B&P|SOP|FS|
Posts: 1,570
Rep Power: 312
|
|
terompet Lepata/ZULU / VUVUZELA
Quote:
VUVUZELA atau juga dikenal dengan nama Lepata, adalah alat berbentuk terompet yang dahulu digunakan suku-suku di Afrika memanggil warga untuk berkumpul. Dalam istilah suku Zulu, Vuvuzela berarti “bising” dan memang bila ditiup maka akan terdengar pekikan tinggi yang menyakitkan telinga.
Lalu bayangkan bila ribuan Vuvuzela dibunyikan secara berbarengan. Stadion akan mendengung seperti suara kumpulan ribuan tawon yang sarangnya dihancurkan. Pada Turnamen Piala Konfederasi 2009 yang digelar di Afsel, Vuvuzela menjadi populer dan sudah dianggap musuh oleh para tamu.
Stasiun televisi Eropa yang menyiarkan Piala Konfederasi mengeluh karena laporan mereka tak terdengar di layar televisi, kalah oleh kebisingan Vuvuzela. Repotnya lagi, pekikan Vuvuzela pun ternyata sampai ke lapangan, membuat telinga para pemain sangat terganggu.
Gelandang tim Spanyol, Xabi Alonso mengaku begitu kesal karena tak tahan mendengarnya ketika Spanyol harus dua kali bertemu Afsel di penyisihan grup dan perebutan tempat ketiga Piala Konfederasi 2009.
“Suaranya sangat bising, menyulitkan komunikasi antar pemain dan berkonsentrasi. Sangat mengganggu dan tidak memberikan kontribusi apa-apa pada atmosfer pertandingan. Saya pikir terompet itu harus dilarang, terutama di Piala Dunia,” kata Alonso.
Tidak hanya Spanyol. Pelatih Belanda, Bert Van Marwijk, meski timnya tidak turun di Piala Konfederasi tapi telah menyatakan kekawatiran bakal merasakan hal yang sama di Piala Dunia 2010. Sedangkan Tim Jepang malah sudah secara tegas mendesak FIFA agar Vuvuzela dilarang di Piala Dunia 2010.
Pada awalnya Vuvuzela dibuat dari dari tanduk rusa jantan berbentuk spiral. Seiring perkembangan terompet ini dibuat dengan bahan plastik dan mudah didapatkan. Harganya sekitar 40 hingga 80 rand atau setara dengan 50 hingga 90 ribu Rupiah.
Beruntung Presiden FIFA Sepp Blatter punya alasan untuk tidak menjadikan Vuvuzela sebagai barang haram di Piala Dunia 2010. “FIFA membawa Piala Dunia ke Afrika dimana atmosfir dan kultur memang berbeda. Apa pesannya jika FIFA melarang Vuvuzela?. Itu namanya diskriminasi,” tegas Blatter.
Blatter benar. Diskriminasi budaya akan mencederai Piala Dunia jika Vuvuzela dilarang. Karena sesungguhnya terompet Afrika ini tak ubahnya drum Samba di Brasil, dentingan bel sapi Swiss serta tradisi Mexican Wave yang sudah lebih dulu populer di Piala Dunia.
Permintaan melarang Vuvuzela jelas ditentang warga Afsel. Bagi mereka Vuvuzela merupakan simbol yang sudah mengakar sejak lama, dan tak dapat terpisahkan dari dunia olahraga, terutama sepak bola. Karena itu, FIFA menyarankan pada para tamu di Afsel 2010 untuk melakukan sedikit adaptasi.
Dengan izin dari FIFA serta fakta kedahsyatan Vuvuzela, maka bisa jadi terompet ini bakal menjelma sebagai senjata rahasia bagi setiap tim Afrika untuk mengacaukan lawan, setelah faktor dukungan penonton.
|
sumber
|