FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Health Mencegah lebih baik dari mengobati. Cari tahu dan tanya jawab tentang kesehatan, medis, dan info dokter disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Dunia anak, terutama balita, adalah dunia bermain. Karena itu bebaskan mereka bermain, menikmati masa kecil yang tak akan terulang lagi. Orang tua hanya perlu mengawasi agar anak-anak bermain dengan aman dan nyaman.
Psikolog Herdina Indrijati, M.Psi. mengatakan, para orang tua cenderung menganggap bermain hanya membuang waktu. Padahal itu keliru. Bermain bersar manfaatnya bagi perkembangan anak. Melalui bermain, anak mengoptimalkan perkembangan psikologisnya. �Orang tua harus menghilangkan anggapan itu. Mereka kan juga pernah jadi anak-anak dan dulu pasti suka bermain,� ujarnya di acara Kids Festival dalam kampanye Yes! Main Yuk! di Surabaya, Minggu (1/8). Menurut Herdina, pada dasarnya bermain merupakan kebutuhan. Tak ada anak yang tak suka bermain. Kegiatan sehari-hari seperti tugas sekolah, perintah dari orang tua dan sebagainya, memberi tekanan tersendiri terhadap anak sehingga perlu pelepasan ketegangan dan emosi. �Kehidupan nyata sering tak sesuai dengan apa yang dibayangkan anak-anak. Salah satu cara untuk mencapainya dengan bermain. Misalnya anak perempuan ingin jadi putri raja yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan nyata. Dengan bermain, ia seolah-olah menjadi putri raja sehingga merasa senang atau anak lelaki yang ingin jadi pahlawan seperti superman. Dengan bermain, ia seolah-olah jadi superman yang menyelamatkan dunia sehingga merasa bangga,� ujarnya. Original Posted By Natalia Trijaji Dengan bermain bersama teman, imbuh Herdina, anak bisa mengembangkan kepribadian. Mereka mengembangkan percaya diri, kejujuran, kerja sama, memahami keinginan orang lain, mengalah, kecewa dan mengatasinya, juga bertingkah laku yang sesuai dengan aturan kelompok. �Anak perlu belajar berpisah dengan ibu untuk sementara waktu. Dengan bermain bersama teman, mereka belajar mengatasi perpisahan itu. Mereka juga belajar bersosialisasi, misalnya belajar berbagi, sabar menunggu giliran, menjaga hubungan baik, mengatasi konflik dalam kelompok. Juga belajar jenis kelamin, menyatakan pendapat, peran sosial, standar moral dan nilai,� ujarnya. Herdina menambahkan, bagi balita, dengan bermain, mereka mengembangkan motorik kasar dan motorik halus. Misalnya meraih, menggenggam, melemparkan dan menangkap mainan. Juga berlari, memanjat dan sebagainya. �Dengan bermain, anak mengembangkan daya nalar, kreativitas, kemampuan berbahasa dan memori. Bermain juga mengasah ketajaman indera, misalnya mendengarkan bermacam suara hewan, jenis irama dan lainnya. Anak belajar konsep warna, bentuk, besaran, angka dan sebagainya. Ini lebih mudah dipelajari melalui proses bermain,� ujarnya. Menurut Herdina, bermain juga untuk membina hubungan orang tua dengan anak dan mendeteksi dini jika ada penyimpangan. Ia meminta orang tua hendaknya memanfaatkan bermain untuk mengobservasi dan mengevaluasi anak. Jika anak berperilaku tak sesuai, orang tua bisa turun tangan. Ia menekankan, rumah dan lingkungan merupakan lokasi penting dalam dunia bermain anak. Di kedua tempat ini, anak-anak bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain dengan permainan mereka, saudara atau teman. Sayangnya banyak orang tua yang kurang sadar atau belum mampu menciptakan tempat bermain bagi anak yang aman dan nyaman. Di perkotaan yang padat, sarana umum untuk bermain juga terbatas. Herdina memahami kekhawatiran orang tua jika anak mereka bermain di luar rumah. Mungkin mereka khawatir terhadap keselamatan anak sehingga memaksa anak bermain di dalam rumah dengan menyediakan permainan modern, seperti play station. Akibatnya anak lebih senang menggunakan alat permainan sendirian dan lebih senang menyendiri. �Ini tak baik bagi perkembangan psikologisnya. Nilai edukasi alat permainan bukan terletak pada alat tersebut, melainkan bagaimana anak menggunakannya,� ujarnya. (*) |
![]() |
|
|