FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Kesediaan Mendengar 1 Samuel 3:1-10;15-18 Sore itu, aku membantu istriku untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah. Aku mencuci baju dan empat sarung bantal yang belum sempat di cuci di pagi hari."Ma, baju yang tergantung di sini kotor atau bersih!"teriakku. tak ada jawaban."Ma dengar nggak sih, baju ini kotor atau bersih!" teriakku lagi. Setelah agak lama istriku baru datang dan bertanya "Apa, pa?" karena kesal aku tidak menjawab dan tanpa bertanya lagi kuambil baju yang tergantung di situ dan kucuci. Mlam harinya aku mengisi botol-botol minuman yang sudah kosong."Mana yang lain, apa cuma ini?" tanyaku. Lagi-lagi istriku yang sedang membantu anakku mengerjakan tugas sekolah bertanya, Apa pa?'' Aku pun diam. Malam itu aku menjadi sangat letih, baik badan maupun jiwaku. Tetapi menjelang tidur akupun berpikir,Bukankah istriku sudah sedia untuk mendengar ?"Tak lama berselang istrikupun berkata, "Pa, sebenarnya tadi mau berbicara apa?maaf ya kalau tadi Mama tidak mendengar." "Jadi, Mama mau mendengar?" tanyaku."Ya mau dong,! jawabnya. Sejak itu akupun menjadi lebih sabar untuk menunggu istriku menjawab ketika aku bertanya. Di Alkitab, hal mendengar merupakan sesuatu yang sangat ditekankan, baik mendengarkan suara Tuhan maupun mendengarkan suara manusia, khususnya suara orang tua dan para pemimpin. Ketika Samuel masih sangat muda, Tuhan sudah mengharapkan Samuel mau mendengar SuaraNya. Hal ini di tunjukkan dengan pengulangan panggilan Tuhan kepada Samuel. Samuel sendiri adalah orang yang mau mendengar. Tetapi, karena ketidaktahuannya maka dia datang kepada Eli karena prinsipnya ia mau mendengarkan. Dan, Eli memberitahu jawaban apa yang harus dikatakan Samuel kepada Tuhan , yaitu,"Berbicaralah, Tuhan, sebab hambaMu ini mendengar." Di sisi yang lain, Eli juga menunjukkan bahwa dia mau mendengar. Eli mau mendengar suara Samuel yang menyampaikan suara Allah. Sekalipun akhirnya dia semakin paham bahwa suara Allah melalui Samuel tersebut berisi rencana penghukuman bagi keluarganya, tetapi Eli tetap tidak kecewa telah mendengarnya. Bahkan Eli bersikap realistis dan sangat positif. Banyak contoh di Alkitab yang menjelaskan bahwa kesediaan untuk mendengar akan membawa keuntungan dan keengganan untuk mendengar akan membawa kerugian. Bangsa Israel adalah contoh dari orang yang enggan mendengar suara Tuhan maupun suara pemimpin. Akibatnya mereka yang usianya di atas dua puluh tahun tidak bisa masuk tanah Kanaan, dan mereka yang masuk Tanah kanaan selalu mengalami masalah dengan bangsa-bangsa di sekitarnya. Pengalaman mereka sangat baik untuk menjadi pelajaran bagi kita. Apakah kita menjadi yang siap sedia untuk mendengar? Apakah kita menyediakan waktu untuk mendengar suara Tuhan? Apakah kita bersedia mendengar suara gembala sidang kita? Atau suara orang tua kita? Atau suara sesama yang membangun kehidupan kita? DOA Bapa, mampukan aku untuk menggunakan telinga dan hati untuk mendengar suaraMu dan suara sesamaku yang membangun hidupku. Dalam nama Yesus aku mohon. Amin. |
![]() |
|
|