FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() TUHAN PENYEMBUHKU Peristiwa Penyembuhan di Dalam Alkitab Sebagian besar mujizat di dalam Alkitab adalah mujizat penyembuhan. Dalam keempat Injil Perjanjian Baru tercatat dua puluh penyembuhan yang spesifik. Orang buta dicelikkan; orang-orang yang sejak lama sakit disembuhkan saat itu juga; anak-anak dan orang dewasa, secara pribadi atau kelompok, semuanya disembuhkan dengan sentuhan atau kata-kata Yesus. Selain penyembuhan secara individu kita berulang kali membaca dalam berbagai konteks dan keadaan bahwa orang banyak datang kepada Yesus dan Dia menyembuhkan mereka semua (Matius 4:23, 24; 8:16,17; Markus 1:32-34; 3:10-12; Lukas 6:17-19; 7:21; 13:32) Orang kristiani mula-mula juga menyaksikan penyembuhan ajaib. Hanya beberapa hari setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, Petrus dan Yohanes menyembuhkan seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahir. Itu merupakan pertunjukkan yang mengagumkan dari kuasa Allah, dan orang-orang menanggapinya dengan memuji Allah karena "mereka takjub dan tercengang tentang apa yang telah terjadi padanya" (Kisah Para Rasul 3:9-10). Rasul Petrus memanfaatkan ketertarikan yangd itimbulkan oleh mujizat itu sebagai kesempatan untuk mengabarkan pesan Injil. Ia menjelaskan bahwa orang itu disembuhkan hanya dengan kuasa Kristus (ayat 16). Gereja mula-mula berharap penuh bahwa Allah akan menunjukkan kuasa-Nya dengan mengulurkan tangan-Nya untuk "menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, Hamba-Mu yang kudus" (Kisah Para Rasul 4:30) Apakah Kita Dapat Disembuhkan? Dengan begitu banyaknya mujizat penyembuhan yang tercatat dalam Injil, kita tentunya ingin tahu apakah mujizat yang sama berlaku bagi kita saat ini. Penyembuhan adalah masalah penting. Meskipun semua orang kristiani setuju bahwa Tuhan sendirilah yang menyembuhkan kita (Keluaran 15:26), berbagai kelompok kristiani memberikan jawaban yang berbeda-beda terhadap pertanyaan tentang bagaimanan Allah mneyembuhkan,atau bahkan apakah Allah melakukan mujizat penyembuhan di masa kini. Tujuan saya bukanlah mengadu domba kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Sebaliknya, saya ingin menyelidiki apa yang dikatakan oleh Kitab Suci dan menarik kesimpulan, bukan berdasarkan pendapat atau tradisi tertentu, melainkan berdasarkan kebenaran yang alkitabiah. Jadi--apa yang harus kita lakukan saat penyakit parah menyerang hidup kita? Saya telah menyusun lima tindakan alkitabiah yang seharusnya dilakukan oleh orang kristiani saat jatuh sakit. Langkah-langkah ini berdasarkan janji dan perintah Allah, yang diberikan kepada mereka yang dalam iman adalah anak-anak Allah. Jika Anda sedang membaca buku ini dan Anda belum percaya kepada Yesus Kristuss sebagai Juru Selamat dan Tuhan, maka itu adalah suatu keputusan penting yang harus Anda pertimbangkan dengan serius. Alkitab menyatakan bahwa kita semua terpisah dari Allah karena dosa kita . Kabar baik dari Injil adalah bahwa Yesus, Allah sendiri, datang ke bumi sebagai manusia dan hidup di tengah-tengah kita. Dia dibunuh dengan kejam di atas kayu salib, tetapi Dia tidak mati bagi dosa-Nya sendiri. Yesus menanggung hukuman atas dosa-dosa kita di atas kayu salib. Yesus mati--dan tiga hari kemudian Dia bangkit dari kematian. Bahkan, Dia hidup sekarang ini! Yesus berjanji untuk mengubah orang-orang yang percaya kepada-Nya dan yang memberikan dirinya untuk mengikuti Dia. Jika Anda sakit, Yesus mungkin tidak menyembuhkan Anda dalam kehidupan sekarang ini, tetapi di balik pintu kematian Anda akan disempurnakan untuk selamanya. Kita yang percaya kepada Kristus dapat mencari petunjuk dalam firman-Nya, terutamasaat kita sakit. Melakukan langkah-langkah yang dijelaskan kepada kita di dalam Alkitab tidak menjamin kesembuhan dari Allah; tetapi tidak melakukan langkah-langkah itu pun tidak akan membatasi kemam puan Allah untuk bekerja dengan penuh kuasa dalam hidup kita. Langkah-langkah tersebut adalah langkah-langkah ketaatan dan iman yang mengakui kedaulatan kuasa Allah atas kita sebagai anak-anak-Nya, serta kemampuan Allah agar bekerja secara ajaib untuk memenuhi kebutuhan. Berdoa Memohon Kesembuhan dari Allah Pertama-tama, saya mendapati bahwa banyak orang kristiani tidak pernah secara khusus meminta Allah untuk menyembuhkan penyakit mereka. Kita berdoa bagi orang lain, tetapi tidak bagi diri kita sendiri! Saat lulus dari seminari, saya memegang suatu paham tentang mujizat, yang oleh para ahli telogi disebut dengan paham cessationist. Saya percaya bahwa semua mukjizat dan penyembuhan supranatural berhenti seiring dengan kematian para rasul. Selama bertahun-tahun, saya berdoa untuk orang-orang yang sakit, tetapi saya tidak pernah secara khusu meminta kepada Allah untuk menyembuhkan seseorang dengan ajaib. Setelah seseorang penatua jemaat yang saleh menunjukkan sebuah ayat dalam Yakobus kepada saya, barulah saya menyadari betapa salahnya saya selama ini. Saya telah membaca ayat itu berpuluh-puluh kali, tetapi saya belum pernah menerapkan kebenarannya secara terus-menerus dalam hidup saya, "Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa" (Yalobus 4:2). Selama bertahun-tahun pelayanan saya, saya belum pernhah menyaksikan seseorang dipulihkan dari sakit dengan cara yang ajaib. Jadi saya mulai berdoa dengan cara yang berbeda. Sekarang, jika saya mengunjungi seseorang yang sakit, atau yang akan menjalani operasi, atau yang telah didiagnosa dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, saya berdoa meminta Allah untuk menyembuhkan orang itu. Saya tidak menuntut penyembuhan; saya memintanya. Doa saya bukanlah sebuah perintah yang congkak atau mencolok; itu adalah seruan yang rendah hati dari seseorang anak Allah. Saat berdoa, saya juga mengakui bahwa Allah jauh lebih besar dan bijaksana dari saya. Saya meminta penyembujan, ettapi saya juga tunduk pada kehendak-Nya. Saya telah ditentang beberapa kali karena berdoa dengan cara demikian. Seseorang telah memberi tahu saya bahwa bila saya berdoa "jika itu kehendak-Mu", itu menunjukkan bahwa saya kurang beriman. Tentu saja ia yakin bahwa menyembuhkan selalu menjadi kehendak Allah. Namun, saat melihat KItab Suci, saya tidak setuju dengan kesimpulannya. Kadang kala, saat Allah mengizinkan orang percaya yang setia jatuh sakit, hal itu jelas merupakan kehendak-Nya. Ketika kita meminta Allah untuk melakukann sesuatu "jika itu kehendak-Nya", kita sebenarnya mengakui bahwa kita tidak tahu pasti apa kehendak-Nya dalam situasi ini. Bila kita berpikir bahwa hanya dengan mengungkapkan kehendka kita, sebagai orang kristiani, akan membuat sesuatu menjadi kekendak Allah, adalah keliru. Doa bukanlah manipulasi kita terhadap Allah. Doa adalaj penyesuaian kehendak kita terhadap kehendak-Nya. Kadang kala, ketika kita meminta Allah untuk menyembuhkan "jika itu kehendak-Nya, Dia akan mengabulkan permintaan itu. Saya pernah menyaksikan hal itu terjadi. Kadang kala, kehendak Allah akan mulai mengubah hati kita, sehingga kita meminya hal yang lain-- permintaan kita diselaraskan dengan kehendak-Nya. Kadang, kala Allah tidak mengabulkan permintaan kita, tetapi membimbing kita untuk bersandar pada hikmat dan pemeliharaan-Nya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk tidak sekedar berbicara kepada Allah dalam doa kita, tetapi juga mendengarkan-Nya. Menantikan Tuhan adalah sebuah disiplin rohani yang sudah tidak dikenal lagi oleh sebagian besar dari kita. Kita menghambur masuk dalam hadirat Allah, menyerukan permintaan kita, lalu beralih pada hal-hal lain. Akan tetapi,jika kita belajar untuk menanti dengan diam dan terbuka di hadapan-Nya, kita akan melihat Allah bekerja dengan penuh kuasa dalam hidup kita.Dia akan mulai mengubah apa yang kita inginkan atau memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang kehendak-Nya. Roh Allah di dalam diri kita akan memberi kepastian tentan apa yang menjadi kehendak Allah atau meningkatkan kepercayaan kita akan kasih dan perhatian Allah. Saat berdoa meminta kesembuhan dari Allah, pastikan Anda mendengarkan taggapan yang tenang dan lembut dari Allah. Dalam situasi tertentu, saya mendapati diri datang kepada Allah berulang kali dengan sebuah permintaan agar disembuhkan atau agar Allah menyembuhkan orang lain. Paulus memohon kepada Allah tiga kali agar penderitaan fisiknya, duri didalam dagingnya, diambil (2 Korintus 12:8). Yesus, di taman Getsemani, memohon kepada Bapa, kalau boleh cawan penderitaan yang ada di hadapan-Nya disingkirkan. Kemudian, setelah Dia kembali dan mendapati murid-murid-Nya sedang tidur, Yesus berdoa lagi, megucapkan kata-kata yang sama (Markus 14:36-39). Salah satu pemahaman keliru yang populer di kalangan orang kristiani adalah bahwa jika kita berdoa lebih dari satu kali tentang sesuatu yang kita butuhkan, maka kita melakukan kesalahan karena "bertele-tele" seprti yang diperingatkan Yesus dalam Matius 6:7. Mengikuti teladan Yesus dan Paulus, doa yang sungguh-sungguh dan rendah hati, yang diajukan berkali-kali untuk kebutuhan yang sama, hanyalh menunjukkan betapa beratnya beban kebutuhan itu dalam hidup kita. Yesus memperingatkan, "Teruslah meminta, maka kamu akan diberi; teruslah mencari maka kamu akan menemukan; teruslah mengetuk, maka pintu akan dibukakan bagimu" (Matius 7:7,menurut saya). Jika Allah ingin agar kita berhenti mendoakan hal tertentu, Dia akan mempertanyakannya dengan jelas. Namun, sebelum kita mendapatkan kepastian kehendak Allah, kita harus terus berdoa. Kita boleh saja menahan diri untuk tidak makan selama beberapa waktu (disebut berpuasa dalam Alkitab) agar dapat memusatkan doa kita, atau bersekutu dengan orang lain untuk berdoa bersama, atau bahkan, seperti yang dilakukan Yesus, berdoa semalaman. Akan tetapi, dorongan Roh Allah dalam hati kita untuk "bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah dengan mengucap syukur" (Kolose 4:2) seharusnya memacu diri kita untuk bertekun dalam doa, merasa yakin bahwa Bapa kita senag mendengar anak-Nya berseru dengan rendah hati dalam penyerahan diri kepada-Nya. Jika Anda, anggota keluarga Anda, atau sesama jemaat dalam gereja Anda sakit, berdoalah. Mintalah agar Allah menyembuhkan anak-Nya. MIntalah dalam iman. Mintalah dalam penyerahan diri kepada Bapa yang berdaulat dan penuh kasih. Carilah Pertolongan Medis Setelah Anda berdoa, bnagkitlah, dan cari dokter! Mencari pertolongan medis bukanlah tanda kurangnya iman. Perawatan medis bisa menjadi salah satu cara yang digunakan Allah untuk menjawab doa Anda. Allah telah menciptakan zat-zat yang bisa dibuat menjadi obat untuk mengatasi penyakit dan mendorong penyembuhan. Seluruh isi dunia yang Allah ciptakan "sungguh amat baik" (Kejadian 1:31) dan harus diterima dan digunakan dengan penuh rasa syukur (Mazmur 24:1) Profesor Wayne Grudem berpendapat bahwa jika tersedia obat-obatan atau perawatan dokter. Tentu saja kita menaruh kepercayaan kita bukan pada dokter atau obat-obatan, melainkan kepada Allah. Namun, kita harus sadar bahwa Allah meminta tubuh kita agar berekasi terhadap perawatan yan tepat dan mengaruniakan pengetahuan kepada umat manusia untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Kadang kala Allah memilih bekerja secara ajaib untuk mendatangkan kesembuhan pada tubuh kita. Kadang kala dia juga memilih untuk bekerja melalui hukum-hukum alam yang telah Dia tetapkan untuk mendatangkan pemulihan dankesehatan. Penyembuhan secara normal setelah beberapa waktu juga merupakan karya Allah, sama sepeti penyembuhan langsung yang ajaib. Dua contoh alkitabiah menekankan arti penting mencari pertolongan medis setelah berdoa meminta kesembuhan dari Allah. Pada tahun ke-39 pemerintahannya sebagai raja Yudea, Asa menderita suatu penyakit di kakinya. Penyakit itu tampaknya merupakan cara Allah yang terakhir dan penuh kasih untuk mengalihkan Asa dari jalannya yang penuh penindasan dan ketidaktaatan. "Namun dalam kesakitannya itu ia tidakmencari pertolongan TUHAN, tetapi pertolongan tabib-tabib" (2 Tawarikh 16:12) Dua tahun kemudian, Asa meninggal. Asa mengandalkan para tabib ketika ia seharusnya mencari Tuhan. Tak ada dokter ataupun obat yang dapat menyembuhkan sesuatu yang dipakai Allah sebagai hukuman. Demikian juga, tak ada penyakit atau kondisi fisik yang dapat menahan kuasa Allah jika Diamau menyembuhkannya. Dua ratus tahun setelah kematian Asa, seorang raja yang lain jatuh sakit. Hizkia hmapir mati. Nabi Yesaya menyuruhnya untuk menyampaikan pesan terakhir kepada keluarganya karena ia akan mati. Sang raja menanggapinya dengan berdoa sunguh-sungguh kepada TUhan untuk meluputkan nyawanya. Penyakit itu menyempurnakan apa yang diinginkan Allah dalam hidup Hizkia--membawanya kembali pada ketaatan sepenuh hati kepada Tuhan. Ketika Allah melihat tanggapan yang diingankan-Nya dari Hizkia, Allah memberikan pesan baru kepada Yesaya, "Baiklah dan katakanlah kepada Hizkia...: Tetap Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketika engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi (2 Raja-raja 20:5,6) Jika Anda jatuh sakit, berdoalah. Tuhanlah yang menyembuhkan Anda. Lalu, carilah oerawatan medis yang tepat. Allah mengizinkan umat manusia untuk memperoleh pemahaman yang luar bisa tentang bagaimana tubuh manusia bekerja. Namun, jangan pernah lupa abhwa Allah dapat menyebuhkan, bahkan ketika cara-cara medis gagal. Seorang wanita yang menghabiskna seluruh hartanya untuk membayar dokter, dantidak seorang pun dari mereka yang dapat menyembuhkannya, apda suatu hari hanya dengan menyentuh jubah Yesus langsung memperoleh kesmebuhan (Lukas 8:43,44) Saya telah berkali-kali berdoa meminta kesembuhan dari Allah bagi diri saya sendiri dan orang lain. Ada kalanya Allah menjawab dengan penyembuhan langsung yang ajaib. Namun, acap kali penyembuhan itu datang melalui istirahat, pola makan yang baik, dan perawatan medis yang baik. Pergi ke dokter tidak menunjukkan saya kurang beriman; tetapi itu adalah tindakan yang bijaksana. Pada awal tahun 1970-an seorang ahli Perjanjian Lama yang brilian meninggalkan posisinya sebagai pengajar di sebuah seminari pengabaran Injil untuk memulai sebuah gereja baru. Jumlah pengikutnya di Indiana utara berkembang pesat dan menimbulkan kegemparan, bahkan di media sekuler. Hobart Freparan mengabarkan Injil penyembuhan. Para pengikutnya diminta agar tidak ke dokter atau ke rumah sakit lagi. Bahkan, dokter gigi dan mata pu tidak diperlukan lagi. Dunia yang belum diselamatkan mungkin membutuhkan bantuan medis seperti itu, tetapi orang-orang percaya sejati memiliki akses yang tak terputus terhadap mujizat penyembuhan. Para wanita hamil di beri tahu bahwa salah satu bisan dari jemaat akan membant mereka dalam proses persalinan. Khotbah Horbart Freeman terdengar begiu sempurna-- sampai akhirnya seorang bayi meninggal saat dilahirkan akibat komplikasi yang relatif kecil, yang tidak bisa diatasi oleh bidan. Lalu, anak yang lain meninggal juga. Pengkhotbaj yang penuh semangat itu menyatakan bahwa anak-anak itu meninggal karena orangtua mereka belum sepenuhnya percaya pada firman tentang kesembuhan. Sementara itu, aula besar yang dibangun oleh para pengikutnya mulai kosong. Hobart Freeman sendiri meninggal beberapa tahun kemudian akibat penyakit ditubuhnya yang dibiarkan tanpa perawatan. Berhati-hatilah apa yang Anda dengar dari pengkhotbah di televisi atau penyembuhan rohani yang tidak sesuai dngan pengajaran Firman Allah. Menurut keyakjinan yang tidak utuh dan menyimpang tentang penyembuhan dapat menjadi sangat berbahaya bagi kesehatan Anda. Terkait:
|
![]() |
|
|