Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Kristen

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta Pendeta is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default Disturbing Behavior - 37/53 - Pemakaian Ritalin

PEMAKAIAN RITALIN



Matthew Smith mulai mengkomsumsi Ritalin pada umur enam tahun. Saat berumur empat belas tahun, ia masih mengkomsumsi Ritalin ketika ia tiba-tba roboh pada saat sedang bermain skateboard lalu meninggal pada sore hatinya. Petugas pemeriksa medis di The Oakland County, Michigan, Dr. Dragovic menentapkan penyebab kematian anak itu adalah akibat mengkomsumsi Ritalin. Satu-satunya penjelasan kematian Matthew adalah karena dia terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama mengkomsumsi zat perangsang itu. Terhadap berbagai tekanan agar mengubah kesimpulan itu, Dr. Dragovic menjawab, "Saya tidak memerintahkan apa yang harus orang perbuat terhadap anak-anak mereka...Inilah hasil temuan kami. Terserah apakah Anda menenrima atau menolaknya." Beberapa kejadian penembakan di beberapa Sekolah Menengah Umum telah dikaitkan dengan Ritalin. Pembunuh murid Sekolah Menengah Umum telah di Oregon, Kip Kinkel, terbukti mengkomsumsi obat jenis ini.. T.J. Solomon, juga seorang murid Sekolah Menengah Umum di Georgia, ternyata juga mengkomsumsi Ritalin sebelum melakukan aksi penembakan brutalnya.


Pada tahun 2000, Lebih dari enam juta anak Amerika (satu dari setiap delapan) mengkomsumsi Ritalin. Amerika Serikat hanya memiliki kurang dari 5 persen dari populasi dunia tetapi yang sangat mengejutkan ternyata merupakan 85 persen pnegkomsumsi Ritalin di seluruh dunia. Lebih dari sepuluh tahun belakangan ini, telah terjadi peningkatan pemakaian Ritalin sebesar 500 persen. Parar murid yang didiagnosa mengidap gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif (Attention-Deficit/Hiperactive Disorder) membutuhkan lebih banyak biaya atas staf-staf tambahan di sekolah dan program-program khusus bagi mereka sesuai Peraturan Pendidikan Bagi Individu yang Mengalami Gangguan (Individuals with Disabilities Education Act) yang mengamanantkan, "Anak-anak yang layak menenriman akses pendidikan khusus dan/atau pelayanan terkait." Singkatnya, sekolah-sekolah mendorong orangtua agar anak-anak mereka didiagnosa menderita ADHD. Beberapa murid yang lebih tua bahkan menumbuk dan menghaluskan Ritalin yang di resepkan, lalu dihisap layaknya kokain, agar mengalami efek mabuk seperti jika mengkomsumsi narkoba tersebut, dan bukannya secara normal dengan menelan pil itu yang akan diserap perlahan-lahan."


Para dokter seringkali melakukan kesalahan dengan mendiagnosa demikian banyak remaja maupun pemuda sebagai pengidap Attention Deficit Disorder (gangguan pemusatan perhatian) atau Adhd dan memberi mereka Ritalin sebagai resep pengobatannya. Petunjuk ilmu kedokteran anak untuk mendiagnosa ADHD masih bersifat subjektif. Selama berada di kelas lima, 18 penderita ADHD. Studi ini menyarankan bahwa kriteria untuk mendiagnosa ADHD mempunyai variasi yang luas di seluruh pelosok Amerika Serikat, dan bahwa beberapa kelompok masyarakat telah didiagnosa dan dirawat secara keliru. Gretchen Lefever menyarankan terhadap sekolah-sekolah dimanan Ritalin telah diresepkan dan dikomsumsi disana, "Orangtua dan para tenaga profesional disanan mungkin telah salah paham terhadap perilaku anak-anak tersebut, yang akibatnya mereka mendukung pemberian pengobatan dengan zat psikotropika dalam dosis yang tinggi. Studi-studi lebih lanjut sangat diperlukan untuk mental dan perilaku para murid seperti penurunan minat dan perhatian, perilaku impulsif (mudah emosi), hiperaktif, juga berbagai kebijakan keesiapan sekolah, dan penggunaan pengobatan dalam usaha meningkatkan prestasi akademis dan tingkat kedewasaan murid dalam waktu singkat.


The Mental Health Charity Young Minds menjabarkan gejala-gejala ADHD:anak resah dan tidak dapat duduk dengan tenang, perhatiannya mudah beralih, tidak mampu memperhatikan pelajaran, berkelahi di sekolah, tidak mendengarkan pengajaran, menggangu anak lain saat bermain, dan membuat keputusan secara terburu-buru atau ceroboh. Menurut buku berjudul Ritalin Nation gejala-gejala itu biasanya mula timbul ketika anak mulai belajar berjalan dan sebelum mecapai umur tujuh tahun. Sekitar 1 hingga 2 persen anak mengidap ADHD, dan biasanya menimpa anak laki-laki.


Menurut penulis Ritalin Nation, banyak ahli percaya kondisi itu disebabkan oleh masalah di bagian otak yang mengendalikan berbagai dorongan dan kemampuan ntuk memusatkan perhatian, meski faktor-faktor lain uga dapat terlibat, termasuk faktor lingkngan. Beberapa pakar kesehtana cenderung menyatkana bahwa alergi makanan, permasalahan keluarga, permasalahn di sekolah (yaitu, perselisihan pribadi denan guru dna murid lain) atau kesulitan belajar merupakan penyebabnya dan agar tidak terburu-burur memberi pnegobatan Ritalin.


Peter Wilson adalah Direktur Young Minds. Ia mengatkan bahwa Ritalin membantu 70 persen kasus tetapi hampir sepertiga dari anak-anak tidak memberikan respon. Ia yakin bahwa diagnosa yang tepat sangat diperlukan dan bahwa permasalah itu perlu diteliti lebih lanjut sebelum menentapkan haisl diagnosa. "Karena meminum pil-pil dari botol obat dan membuat orang merasa sehat untuk sementara waktu meski sebenarnya tidak diperlukan itulah yang disebut gangguan," kata Wilson. Ia kuatir ada terlalu banyak anak telah menjalani pengobatan yang sebenarna tidak mereka butuhkan." Profesor bidang ilmu jiwa bernama Russell Barkley dari The Medical University of South Carolina berkata bahwa kelas-kelas dengan jumlah murid yang sedikit, dan perhatian pada setiap individu dapat menolong anak pengidap ADHD, tetapi pengobatan secara medis jauh lebih menolong mereka. Seorang penulis bernama Chris Mercogliano mengatakan dalam bukunya The Teaching the Restless: One School's Remarkable No-Ritalin Approach to Helping Children Learn and Succeed mengaku bahwa semua anak, bahkan mereka yang didiagnosa mengidap ADHD, dapat dididik meski tanpa penggunaan Ritalin.


Ruth Stark, seorang tenaga profesional dari The British Associantion of Social Workers in Scotland, berkata bahwa pengobatan mungkin dipakai sebagai jalan pintas akibat kurangnya tenaga terlatih dan untuk menghemat waktu. Dia berkata bahwa orang dapat menenangkan anak, tetapi juga dapat "menutupi" kemampuannya berkonsentrasi.


Kritikus bernama John Lang menulis, "Orang Amerika akan terkejut saat menyadari bahwa 2 juta anak di seluruh pelosok negri itu sedang diberi kokain oleh orangtua dan dokter mereka agar berperilaku lebih baik di sekolah, tetapi sebenarnya diperlukan seorang ahli kimia untuk mengatakan hal yang sebaliknya. Pengaruhnya hampir sama. Anak-anak ini sebenarnya sedang dipasangi bom waktu."


Meski berbagai studi menunjukkan bahwa Ritalin membantu anak muda menyeimbnagkan emosi dan energi mereka, dan agar berperilaku sosial yang sedemikian rupa sehingga diterima masyarakat, ternyata banyak remaja yang sedang menjalani pengobatan Ritalin justru mengalami ketidakstabilan emosi dalam hidup mereka. Draipada mencari alasan fisiologis dari ledakan emosi dan perilaku sosial yang buruk dan tak terkendali, mungkin saja itu hanya akibat dari kehidupan mereka, segala aktivitas yang rutin dan berulang-ulang yang membuat mereka merasa bosan dan frustasi. Reaksi mereka bisa berupa sikap sangat agresif atau justru secara pasif tidak memperhatikan pelajaran di kelas.


Sekalipun perdebatan terus berlanjut, orangtua perlu memastikan apa yang terbaik bagi anak remaja mereka. Orangtua harus mempertimbangkan setiap kelalaian terhadap tanggung jawab orangtua yang dapat menjerumuskan anak-anak mereka dalam perilaku buruk. Bgai beberapa orangtua, Ritalin telah mejadi pengobatan pilihan, menggantikan disiplin dan keterlibatan orangtua dalam hidup anak-anak mereka. Ini seharusnya tidak boleh ditolerir. Bagi para orangtua lainnya, itu hanyalah suatu pertanyaan tentang pendidikan dan informasi. Meskipun para dokter menentukan Ritalin sebagai pengobatan, mereka mungkin saja salah. Orangtua perlu mendengarkan pendapat dokter lain. Mereka hanya setuju untuk menempatkan anak-anak mereka di bawah pengobatan Ritalin setelah dokter mereka sendiri (bukan dokter sekolah itu) permasalahan, baik masalah perilaku maupun medis, telah diselesaikan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri kepada orangtua dan dokter. Dokter dan orangtua harus menyadari bahwa Ritalin hanyalah perawatan, bukan penyembuh. Itu seperti mengkomsumsi aspirin untuk mengatasi sakit kepala. Pengobatan bekerja dengan baik, gejala-gejala itu hilang, tetapi masalah yang mendasar masih perlu diungkap.


"Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4). Orangtua harus berpikir dua kali terhadap penggunaan Ritalin.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 04:01 AM.


no new posts