FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() DEPRESI Statistik menunjukkan adanya peningkatan yang mengkuatirkan terhadap depresi dan tindakan bunuh diri di kalangan remaja akhir-akhir ini. Sebuah pusat penelitian bersama Heritage Center for Data Analysis melaporkan "sekitar 3.000 anak usia remaja setiap tahun mengakhiri hidup mereka sendiri, dan 90 persen telah didiagnosa menderita gangguan kesehatan jiwa." Orangtua, para guru dan para hamba Tuhan bagi kaum muda hendaknya mempelajari wabah baru yang sedang melanda remaja kita ini. The Nasional Institute of Mental Health (Institut Nasional bagi Kesehatan Jiwa) memperkirakan bahwa 8 persen remaja dan 2 persen anak-anak (berusia sekitar mepat tahun) menunjukkan gejala-gejala depresi, akademis yang tinggi, dan beragam tekanan sosial-berusaha mencari suatu cara tertentu atau berusaha berada dalam kelompok yang tepat-para remaja terus menerus didesak hingga di tepian jurang. Epidemi atau wabah yang menyerang budaya kaum remaja ini didefinisikan sebgai suatu ketidakseimbangan kimiawi di dalam otak yang menyebabkan munculnya berbagai pemikiran yang merusak diri sendiri, citra diri yang lemah, kemarahan, kesedihan dan kelesuan yang menyengsarakan mereka." Untuk memahami depresi, orang harus melihat dan sekaligus mempelajari definisi penyakit ini. Bahkan setelah memperoleh pengetahuan tentang definisii depresi, kita masih perlu memahami penyebabnya. "Depresi seringkali berlatar belakang masalah fisik. Pada tingkatan yang paling sederhana, kita tahu bahwa kurang tidur, olahraga yang tidak sesuai, efek samping dari narkoba, berbagai penyakit fisik, atau diet yang tidak layak, semuanya itu bisa menimbulkan depresi. Pengaruh-pengaruh secara fisik lainnya, seperti kegagalan fungsi kerja syaraf kimiawi, tumor otak, atau berbagai gangguan kelenjar merupakan pencetus depresi yang jauh lebih rumit. Ada bukti yang menyatakan bahwa depresi diturunkan dalam garis keturunan keluarga dan mungkin mempunyai dasar genetik," kata Gary Collins dalam bukunya, Christian Counseling: A Comprehensive Guide. Seperti halnya terhadap penyakit apapun, orangtua dan para pelayan kaum muda hendaknya mewaspadai tanda-tanda peringatannya. Tanda-tanda depresi biasanya berlangsung lebih dari dua minggu dan tampak lima atau lebih bukti jelas pada waktu yang sama. 1. Keluhan-keluhan fisik yang samar seperti sakit kepala 2. Berulang kali tidak hadir di sekolah 3. Nilai-nilai yang merosot tajam 4. Beberapa kali menjerit dan menangis histeris 5. Perlaku ceroboh 6. Kepekaan yang berlebihan terhadap penolakan dan kegagalan 7. Hilangnya minat terhadap teman dan sahabat Jika tanda-tanda ini nampak jelas pada diri seorang remaja, orangtua atau orang dewasa yang peduli perlu mencarikan bantuan profesioanl baginya. Memberikan diagnosa dan perawatab yang memadai bagi remaja yang depresi dapat menjadi hal yang menegangkan. Riset menunjukkan bahwa "satu dari dua puluh remaja akan mengalami masa-masa depresi, dan hampir setiap empat dari lima anak tidak menerima perawatan." Data statistik yang meresahkan iniadalah realistis karena para profesional dalam bidang gangguan mental seringkali tidak menyadari gejala-gejalnya. Dalam banyak kasus, yang sering terjadi adalah kesalahan mendiagnosa, yaitu sebagai penyakit radang otak atau sindrom kelelahan kronis, sebab beberapa gejala dan perilakunya serupa. Menemukan dokter yang tepat bagi para remaja yang mengalami depresi merupakan tugas yang sulit. "Hanya ada sekitar 7.000 orang dokter jiwa anak dan remaja di seluruh negeri ini, jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah, yang menurut para ahli kesehatan jiwa, diperlukan saat ini." Faktor ini mempengaruhi penderitaan remaja terhadap berbagai bentuk gangguan mental, terutama mereka yang berasal dari komunitas berpendapatan rendah dengan traumatis lingkungan yang tinggi seperti kekerasan fisik dan serangan seksual. Denagn berbekal pengetahuan ini, pusat konseling Perguruan Tinggi kini merawat para remaja yang menderita depresi. Suatu survei berskala nasional pada tahun 2001 mengeluarkan hasil demikian: "Delapan puluh lima persen pusat-pusat konseling Perguruan Tinggi melaporkan adanya peningkatan jumlah siswa yang menderita 'masalah psikologi yang parah'..lebih tinggi dibandingkan pada tahun 1998 yakni sebesar 56 persen." Para konselor atau pembimbing menemukan bahwa kaum muda ini tengah menghadapi masalah-masalah yang lebih berat. Para remaja yang tertekan menemukan aktivitas seksual sebagai suatu cara untuk melepaskan diri dari lubang yang telah menelah hidup mereka. Kurangnya rasa dikasihi, diterima, dan rasa bahwa diri mereka itu penting membuat mereka menggunakan seks sebagai pelampiasannya. Mereka tidak menyadari bahwa seks pranikah hanya mengarah pada ketegangan emosional dan juga ketidakbahagiaan. Tanpa perawatan profesional, intervensi atau campur tangan orang dewasa yang peduli, hubungan yang positif dengan orang dewasa, atau dengan mitra yang secara rohani bertanggung jawab, maka para remaja yang tertekan akan terus berada dalam resiko tinggi untuk gagal di sekolah, mengisolasi diri secara sosial, terlibat dalam hubungan seksual yang tidak sehat, berupaya mengobati diri sendiri (dengan narkoba dan alkohol), dan bahkan bunuh diri (urutan nomor tiga dari sepuluh penyebab tertinggi kematian di kalangan remaja berumur dua puluh tahunan). Depresi yang lebih parah, seperti penyakit dan gangguan kepribadian berkutub atau berpenyebab ganda, sangat melemahkan remaja secara fisik dan mental. Ayat-ayat Alkitab berikut ini menawarkan harapan bagi para remaja yang tertekan: "Kekuatiran dalam hati membungkukan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia" (Amsal 12:25) "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkan segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu" (1 Petrus 5:6-7) "Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan; itulah yang akan menyembuhkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu" (Amsal 3:5-8) Dari suatu sudut pandang praktis, saran-saran berikut ini layak untuk direkomendasikan pada kaum muda yang tenagh ditekan oleh depresi Akuilah dan hindari dosa.Tindakan rohani sederhana dalam mengakui pelanggaran dapat mengangkat orang keluar dari depresi. Dalam beberapa hal, mereka tidak hanya mengakui kesalahan mereka itu kepada Tuhan tetapi juga pada orang-orang yang mereka percayai. Untuk mencegah munculnya kembali dosa-dosa itu, remaja seharusnya tidak perlu ragu untuk mengubah gaya hidup mereka. Tidurlah yang cukup. Kebanyakan remaja merasa bahwa mereka tidak terkalahkan, tetapi kurang tidur pada akhirnya melemahkan diri mereka. Tentu saja, terkadang kehidupan sosial mereka atau tunutan lembaga pendidikan membuat mereka harus tetap terjaga untuk jangka waktu yang lama, bagaimanapun jam tidur yang terampas itu dapat meningkatkan resiko depresi. Berhentilah kuatir. Ada yang mengatakan bahwa 98 persen dari apa yang kita kuatirkan tidak pernah terjadi. Kuatir tidak menyembabkan gangguan secara mental dan jug secara fisik pada organ dalam pada orang yang kuatir. Sebagai gantinya, kita hendaknya mendorong remaja untuk menjadikan kekuatiran sebagai pencetus respon yang proaktif seperti berdoa atau terlibat secara mental dan juga secara fisik pada organ dalam pada orang yang kuatir. Sebagai gantinya, kita hendaknya mendorong remaja untuk menjadikan kekuatiran sebagai pencetus respon yang proaktif seperti berdoa atau terlibat secara aktif. Dengarkan pesan-pesan yang tepat. Musik yang baik mengangkat suasana hati atau rohani kita. Daripada mendengarkan gaya musik "musik rap gangsta grunge yang mengecam dengan permainan gitar yang carut marut," remaja hendaknya mendengarkan musik yang lebih tenag. Bersamaan dengan begitu banyaknya pilihan dalam musik yang membantu baik mental dan kondisi rohani mereka. Selain itu, mereka juga perlu mendengarkan orang-orang yang dapat menggugah dan membangkitkan semangat mereka. Berkumpullah bersama orang-orang yang benar Jika para remaja berkumpul dengan orang-orang yang tertekan, mereka juga akan tertekan. Mereka mungkin perlu bergantian sahabat dan lingkungan di sekitar mereka yang mendorong semangat dan membangun diri mereka, mungkin dengan orang yang benar-benar berlawanan dengan diri mereka saat ini. Lakukanlah sesuatu yang menyenangkan Mendorong para remaja untuk bangkit dari rutinitas-rutinitas mereka dan turut bagian dalam aktivitas ekstrakulikuler, hobi, menjadi sukarelawan, atau membantu orang. Hal ini dapat mengalihkan perhatian yang terpusat pada diri sendiri dan atau yang lainnya. Menjauh dari lingkungan mereka, meski untuk waktu yang singkat akan sangat membantu keadaan mental mereka. Berolahraga Laporan medis membuktikan bahwa olahraga teratur memberi dorongan kekuatan mental yang alami bagi pelakunya. Jadi doronglah remaja untuk bersemangat dan berolahraga. Mereka perlu menjauhi kebiasaan makan makanan ringan sambil duduk di sofa dan bermain video game, di depan komputer, atau menyaksikan televisi selamam berjam-jam. Mereka perlu berjalan, lari, berenang, bersepeda, jalan sehat, mengemudi kendaraan, atau memanjat. Carilah bantuan profesional Para remaja yang tertekan perlu umat mengunjungi Pendeta mereka, dokter, atau penasihat yang memenuhi syarat. Jika depresi tetap berlangsung, mereka tidak boleh menjalaninya seorang diri. |
![]() |
|
|