FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Saya Seorang Buddhis Mereka yang melakukan yang terbaik, dan berlatih di dalam semua ajaran yang telah Ku ajarkan, siaga dan penuh konsentrasi, pada waktunya akan pergi melampaui kekuatan kematian. (Samyuttanikaya I,52) Oleh: Bhikkhu Abhayanando Pendahuluan Suatu hari, saya mendengar cerita seorang ibu tentang pertanyaan yang diajukan kawannya. Pertanyaan itu sebagai berikut, �Agama Kamu apa?� Ibu tadi menjawab, �Saya seorang Buddhis. � �O�, Masih Buddha to,� kata orang tersebut. Ibu tadi bertanya kepada saya, �Bhante, kenapa ya orang berpendapat seperti itu? Apa agama Buddha ini kuno atau tidak ada nilainya sama sekali?� Ketika saya mendengar cerita ibu tadi saya jadi ingat dengan seorang kawan yang juga mendapatkan pertanyaan yang hampir sama. Pertanyaan-pertanyaan yang memojokan dan dapat membuat seseorang sulit menjawabnya kalau tidak mempunyai pengetahuan. Kalau tidak mempunyai bekal pengetahuan Dhamma dan keyakinan yang kuat seseorang menjadi minder bahkan ada yang meninggalkan agama Buddha ketika mendapat pertanyaan semacam itu. Persoalannya sebenarnya terletak pada umat Buddha itu sendiri. Supaya tidak minder atau dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang lain tentang agama Buddha, umat Buddha harus banyak belajar dan juga praktek. Persoalannya kadang kala pengetahuan tentang agama Buddha minim, sehingga tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang lain. Sebenarnya agama Buddha itu permata. Permata itu harus dijaga dan juga dirawat. Siapa yang akan menjaga dan merawatnya? Kalau bukan umat Buddha siapa lagi? Dengan pengetahuan Dhamma dan juga praktik Dhamma seseorang akan bertambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang agama Buddha. Dengan bekal itu keyakinan akan menjadi mantap dan rasa minder itu akan menjadi hilang. Jadi ketika ada orang yang bertanya tentang agama Buddha dapat menjawab dengan baik. Dan kalau ada yang mengatakan agama Buddha kuno dan tidak relevan kita pun bisa memberikan uraian dengan jelas tentang agama Buddha dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Jangan Minder Kenapa harus minder menjadi Buddhis? Walaupun agama Buddha sudah berusia ribuan tahun bukan berarti ajaranya sudah basi dan tidak bermanfaat untuk kehidupan sekarang ini. Kadangkala orang salah mengartikan tentang kuno dan modern sehingga ketika bertemu dengan ajaran yang sudah tua usianya pun dianggapnya ajaran itu sebagai ajaran yang usang dan tidak relevan lagi untuk kehidupan sekarang ini. Peradaban bisa dianggap sebagai kuno atau modern tetapi kebenaran bukan sesuatu yang kuno atau modern. Kebenaran akan tetap ada dalam setiap perkembangan peradaban manusia. Justru kebenaran inilah yang akan membentengi manusia dari rusaknya moral dan rapuhnya mental. Dhamma yang merupakan ajaran Buddha dapat menjawab segala permasalahan dalam kehidupan ini. Demikian pula jawaban bagaimana membentuk manusia yang bermoral dan memiliki sikap mental positif. Walaupun Dhamma ditemukan oleh petapa Sidhartta ribuan tahun yang lalu, tetapi kebenaran yang dibabarkan tidak usang atau lapuk oleh zaman. Karena Beliau menawarkan kehidupan yang dapat mengarahkan manusia pada kehidupan yang memiliki karakter peduli, bermoral dan memiliki sikap mental positif. Pertanyaannya, �Apakah di zaman yang dikatakan sudah maju ini tidak membutuhkan kepedulian, moralitas yang baik dan sikap mental yang positif?� Jawabannya; kehidupan ini sangat membutuhkan manusia yang berkarakter positif yaitu memiliki kepedulian, moralitas yang baik dan juga sikap mental positif. Di tengah-tengah kemajuan pengetahuan, sain dan teknologi bukan berarti tidak diperlukan lagi ajaran yang menawarkan tegaknya moralitas dan sikap mental positif. Sebagai seorang Buddhis tidak perlu minder dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan dan hal-hal lain yang dirasa tidak membawa ke arah yang lebih baik. Seorang Buddhis harusnya bangga, bahwa ajaran yang sekarang ini dipelajari masih sangat relevan dalam kehidupan yang kemajuannya sangat pesat ini. Sebagai seorang Buddhis tidak perlu minder karena kita dapat menjadi contoh yang baik ketika kita dapat belajar dan mempraktekan ajaran Buddha. Bukan Ajaran Pesimis Ada pertanyaan yang juga sering dipertanyakan banyak orang bahkan dalam kalangan agama Buddha sendiri. Pertanyaan itu erat kaitannya dengan ajaran Dukkha. Dukkha ini sering diterjemahkan dengan kata penderitaan, padahal kata Dukkha tidak sedangkal itu kalau diterjemahkan. Karena kata yang paling dekat adalah penderitaan maka kata derita dipakai untuk menterjemahkan kata Dukkha. Banyak orang salah memaknai ajaran Dukkha ini. Bahkan ada ajakan untuk meninggalkan ajaran Buddha karena dianggapnya hanya mengajak umatnya untuk melihat penderitaan. Agama Buddha dianggap sebagai ajaran yang pesimis, lesu, suram dan tidak mengajarkan tentang kebahagiaan. Wajar kalau mereka membuat pernyataan seperti itu karena mereka tidak tahu latar belakang tentang ajaran Dukkha. Justru Sang Buddha mengajak umatnya untuk melihat realita kehidupan ini. Beliau tidak mengajak umatnya untuk larut dalam bayangan kesemuan. Sang Buddha mengajak kita untuk berpikir realistis, bukan pesimis atau optimis. Apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini harus dilihat sebagaimana mestinya, apa adanya. Kebanyakan orang hanya melihat satu sisi semata dan tidak melihat sisi yang lain. Sebagai contoh ketika seseorang mendapatkan kesenangan, seolah-olah kesenangan itu tetap dan tidak akan berakhir demikian pula ketika kemalangan datang. Ia melihat kemalangan sebagai sesuatu yang tetap oleh karena itu ia meratapinya. Walaupun mengajarkan Dukkha tetapi Beliau tidak hanya berhenti pada ajaran Dukkha semata. Dukkha itu ada karena ada sebabnya dan Dukkha itu dapat berakhir. Oleh karena itu sang Buddha juga mencarikan solusi untuk keluar dari Dukkha. Sang Buddha menemukan jalan untuk keluar dari Dukkha. Dari sini, dapat kita simpulkan bahwa Dhamma ini memang luar biasa. Kenapa? Dhamma adalah solusi terbaik dalam kehidupan ini. Jadi, kalau masih ada orang yang mengatakan bahwa agama Buddha itu hanya akan membuat orang pesimis itu tidak benar dan tidak tepat. Tugas kita memberikan penjelasan supaya mereka tidak berpikir seperti itu lagi. Kebahagiaan Surga Surga bagi banyak orang adalah kebahagiaan yang dapat dicapai setelah kematian. Surga bagi banyak orang adalah satu tempat yang membahagiakan oleh karena itu mereka berusaha untuk mendapatkan surga tersebut. Secara alami orang mempunyai cita-cita setelah kematian berharap terlahir di alam surga. Bagaimana dengan agama Buddha? Apakah agama Buddha juga mengajarkan adanya surga? Karena tidak mengerti dengan benar ajaran Buddha banyak orang juga mengklaim bahwa agama Buddha itu tidak ada surga. Benarkah agama Buddha tidak mengajarkan adanya surga? Banyak orang yang kemudian menjadi ragu dengan agama Buddha karena dianggap tidak menawarkan surga. Sang Buddha mengajarkan bahwa dalam kehidupan ini ada kebahagiaan, kebahagiaan duniawi, surgawi dan kebahagiaan tertinggi (Nibbana). Umat Buddha dapat meraih ketiga kebahagiaan itu dengan catatan mereka harus belajar dan mempraktikan ajaran Buddha. Surga tidak begitu mudahnya didapat karena perlu usaha dari orang yang mau meraihnya. Dengan melakukan kebajikan seseorang dapat terlahir di alam surga. Semakin banyak kebaikannya maka semakin tinggi tingkat kebahagiaan yang akan diraih. Artinya dalam agama Buddha bukan hanya menawarkan satu tingkat surga saja tetapi lebih dari itu. Sang Buddha mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana meraih kehidupan yang bahagia setelah kematian. Ada empat hal yang harus dikembangkan oleh umat Buddha yaitu memiliki keyakinan (Saddh�), memiliki moralitas (S�la), memiliki sifat murah hati (Caga) dan memiliki kebijaksanaan (Pa��a). Keempat hal tersebut harus dikembangkan oleh umat Buddha untuk mendapatkan kebahagiaan di kehidupan yang akan datang atau terlahir di alam surga. Ibarat satu perjalanan, untuk dapat mencapai tujuan seseorang harus melakukan perjalanan sampai tuntas. Maksud dari perumpamaan tadi adalah bahwa untuk dapat meraih cita-cita haruslah berusaha tanpa usaha cita-cita itu tidak dapat diraih. Demikian pula untuk meraih kebahagiaan surga juga harus ada usaha dari setiap insan. Tidak serta merta surga itu dapat diraih kalau tanpa usaha. Menjadi Buddhis......Mengapa Tidak? Kenapa harus ragu menjadi Buddhis? Agama Buddha tidak seperti yang dipresepsikan negatif oleh beberapa orang. Agama Buddha bukanlah agama kuno yang sudah tidak relevan lagi. Bukan juga agama yang menawarkan kehidupan yang suram. Bukan pula agama yang tidak menawarkan kebahagiaan surgawi. Sebenarnya masih banyak presepsi yang salah terhadap agama Buddha sehingga membuat orang ragu dan bahkan meninggalkannya. Pada masa sekarang ini agama Buddha justru menarik bagi orang-orang di dunia barat. Padahal orang barat tingkat kemajuannya sudah luar biasa. Kalau memang ajaran Buddha ini tidak relevan lagi kenapa mereka tertarik? Berarti ada yang menarik dengan ajaran Buddha. Menariknya agama Buddha bukan karena vihara yang megah dan indah, bukan karena candi-candi yang terkenal tetapi ajarannya yang dapat mengubah seseorang menjadi lebih berkualitas. Ajaran Buddha dapat membawa manusia pada kehidupan yang tenang, damai dan bahagia. Ajaran Buddha tidak membuat seseorang berkarakter yang negatif sehingga mudah mencela, menghina dan menyakiti yang lain. Inilah yang mampu menarik orang-orang untuk belajar dan praktik ajaran Buddha. Sebuah ajaran yang mampu membuat orang-orangnya menjadi peduli, bermoral dan bijak menghadapi setiap permasalahan yang muncul. Apakah ajaran yang seperti ini harus ditinggalkan? Apakah ajaran yang seperti ini patut diragukan? Alangkah ruginya kalau kita meninggalkan ajaran yang luhur ini. Oleh karena itu jangan hanya mendengar cerita orang yang tidak tahu persis ajaran Buddha atau kepada mereka yang seolah-olah tahu tentang ajaran Buddha tetapi lihat dan buktikan sendiri ajaran Buddha ini. Seiring dengan belajar dan praktik yang dilakukan keyakinan itu akan tumbuh semakin mantap dalam kehidupan umat Buddha. Keyakinan yang kuat dan mantap akan membuat kita terus memantapkan langkah di jalan Dhamma. Jangan ragu menjadi seorang Buddhis! Jangan ragu menjadi umat Buddha! Jangan tinggalkan permata yang indah ini kalau tidak akan menyesal dibelakang hari. Jika ada yang bertanya apakah anda Buddhis, jawab dengan tegas, �Iya,Saya seorang Buddhis.� Daftar Pustaka: Dhammasari; Sumedha Vidyadharma Sang Buddha dan AjaranNya, Ven. Narada Mahathera |
![]() |
|
|