FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Dhammacakkappavattana Sutta (Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma) ![]() Asa?ha dalam bahasa Pa?i atau Asadha dalam bahasa Sansekerta adalah nama bulan yang bersamaan dengan bulan Juli. Bulan purnama dalam bulan Asadha adalah hari yang penting dalam sejarah kehidupan Buddha Gotama. Pada hari Asadha ini lebih dari 2500 tahun yang lalu, Buddha mengajarkan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, kepada lima orang petapa yang bernama Ko??a��a, Vappa, Bhaddiya, Mahanama, dan Assaji. Pengajaran tersebut yang diberi nama Dhammacakkappavattana Sutta, Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma, yang menyebabkan lima petapa mencapai tingkat kesucian Sotapanna; Ko??a��a yang pertama kali mencapai kesucian disusul dengan yang lainnya. Mereka semuanya mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah mendengar khotbah kedua, yaitu Anattalakkhana Sutta atau Khotbah tentang Tanpa Jiwa, lima bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat. Peristiwa penting lain pada hari Asadha yaitu terbentuknya Ariya Sa?gha yang terdiri dari enam orang suci, yaitu Buddha dan lima bhikkhu. Sejak saat itu lengkaplah sudah Tiratana atau Tiga Permata yang terdiri dari Buddharatana, Dhammaratana, dan Sa?gharatana. Demikian pula Tisara?a atau Tiga Perlindungan sudah lengkap, yaitu Perlindungan kepada Buddha, Dhamma, dan Sa?gha. Khotbah dimulai dengan penjelasan tentang dua cara ekstrim yang harus dihindari oleh petapa, yaitu: 1) mengumbar nafsu indriya (kamasukhallikanuyoga), dan 2) menyiksa diri (attakilamathanuyoga) Jalan Tengah yang terhindar dari kedua jalan ekstrim itu, yang telah sempurna diselami oleh Sang Tathagata, membuka mata batin, menimbulkan pengetahuan, membawa ketenangan, pengetahuan batin luar biasa, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbana. Jalan Tengah yang dimaksud adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya A??ha?gika Magga), yang terdiri dari: 1. Pandangan Benar (samma di??hi) 2. Pikiran Benar (samma sa?kappa) 3. Ucapan Benar (samma vaca) 4. Perbuatan Benar (samma kammanta) 5. Penghidupan Benar (samma aj?va) 6. Usaha Benar (samma vayama) 7. Perhatian Benar (samma sati) 8. Konsentrasi Benar (samma samadhi) Kemudian Buddha menjelaskan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, yakni: I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha Kelahiran, usia tua, kematian, ratap tangis, penderitaan jasmani, kepedihan hati, kekecewaan, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, tidak mendapat apa yang diinginkan adalah dukkha. II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha Kesenangan (ta?ha), inilah yang membuat kelahiran kembali, yang disertai dengan hawa nafsu dan kegemaran, yang menggemari objek di sana sini, yakni: kamata?ha (kesenangan terhadap nafsu inderawi), bhavata?ha (kesenangan terhadap kemenjadian), dan vibhavata?ha (kesenangan terhadap ketidakmenjadian). III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha Musnahnya kesenangan tersebut tanpa sisa karena lenyapnya nafsu, terlepasnya kesenangan, tertolaknya kesenangan, terbebas dari kesenangan, tak terikat oleh kesenangan. IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha Jalan menuju musnahnya dukkha adalah Jalan Mulia berunsur Delapan, yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar. Empat Kebenaran Mulia ini dijelaskan oleh Sang Tathagata dalam Tiga Tahap dan Dua Belas Ciri Pandangan. Tiga tahap itu adalah: 1) pengetahuan tentang Empat Kebenaran Mulia (sacca �a?a), 2) pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan tentang Empat Kebenaran Mulia (kicca �a?a), dan 3) pengetahuan mengenai apa yang telah dilakukan dengan Empat Kebenaran Mulia itu (kata �a?a). Dari Tiga Tahap Pengetahuan, maka Empat Kebenaran Mulia dijelaskan dalam Dua Belas Ciri, yaitu: I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha 1. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Dukkha 2. Kebenaran Mulia tentang Dukkha patut dipahami (pari��eyya) 3. Kebenaran Mulia tentang Dukkha telah dipahami (pari��ata) II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha 4. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha 5. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha patut dihindari (pahatabba) 6. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha telah dihindari (pah?na) III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha 7. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha 8. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha patut dicapai (sacchikatabba) 9. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha telah dicapai (sacchikata) IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha 10. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha 11. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha patut dikembangkan (bhavetabba) 12. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha telah dikembangkan (bhavita) Ketika pemahaman terhadap pengetahuan sebagaimana yang sebenarnya (yathabutha �a?adassana) tentang Empat Kebenaran Mulia, yang terdiri dari tiga tahap dan dua belas ciri yang ada pada Sang Tathagata telah sempurna, maka pada saat itu Sang Tathagata menyatakan diri sebagai orang yang mencapai Penerangan Sempurna, nan tiada bandingnya di dunia, di alam dewa, alam mara, dan alam brahma, bersama dengan himpunan para sama?a, brahma?a, dewa, dan manusianya. Timbullah dalam diri Sang Tathagata pengetahuan dan pengertian, �Tak tergoncangkan kebebasan batinKu. Ini adalah kelahiranKu yang terakhir. Kini tidak ada tumimbal lahir lagi.� Setelah mendengar sabda Sang Bhagava, para bhikkhu Pa�cavaggiya merasa puas dan bersuka cita atas sabda Sang Bhagava. Ketika Roda Dhamma (Dhammacakka) diputar oleh Sang Bhagava, di Taman Rusa Isipatana, dekat kota Bara?as?, yang tak dapat dihentikan oleh para samana, brahmana, dewa, mara, brahma, atau siapapun juga di dunia, seketika itu juga kabar gembira ini tersebar ke alam Dewa Catummaharajika, Tavati?sa, Yama, Tusita, Nimmanarati, Paranimittavasavatti, hingga para dewa yang bersemayam di alam brahma. Demikian pada saat itu juga, suara berkumandang hingga menembus ke alam brahma. Serentak sepuluh ribu tingkat alam berguncang, bergetar, bergoyah, dan sinar gilang-gemilang yang tiada taranya muncul di dunia melebihi kemampuan cahaya kedewaan. |
![]() |
|
|