FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Buddha Pronounces the Sutra of Maitreya Bodhisattva's Attainment of Buddhahood
Translated from Sanskrit into Chinese in the Yao Chin Dynasty by The Tripi?aka Master Kumarajiva from Kucha http://www.sutrasmantras.info/sutra11.html Buddhavacana Maitreya Bodhisattva Sutra (Sutra Tentang Maitreya Bodhisattva Mencapai Buddha) milis dharmajala Indonesia campur Inggris karena bhs indonesianya tidak lengkap Demikian yang kudengar: Ketika itu Buddha Sakyamuni berdiam di Kerajaan Magadha setelah Beliau menjelajah ke suatu tempat suci yang bernama: Gunung Pasa. Pada masa silam tempat ini selalu dihuni Mara jahat yang sering mengganggu serta menyerang para Buddha yang hidup pada zaman itu, namun setiap serangan Mara jahat dapat dikalahkan oleh para Buddha yang berada di atas gunung tersebut! Ketika musim panas tiba, sebagian besar dari Bhikshu yang berada di dalam Vihara sedang mengadakan liburan Varsa-Vasana dan mereka jarang bepergian ke tempat yang jauh. Pada saat itu, Hyang Buddha bersama dengan murid-Nya, Arya Sariputra, sedang berjalan-jalan di puncak gunung Pasa, tiba-tiba Beliau terkenang kembali akan masa silam, yakni gambaran para Buddha, dan Beliau sangat mengagumi-Nya karena para Buddha pada masa silam memiliki tenaga batin (Rddhibala) yang demikian kuat dapat menaklukkan para Mara jahat di tempat suci ini! Kemudian Hyang Buddha juga mengenang dan memuji kebijaksanaan serta kewibawaan dari seorang Buddha baru yang akan muncul di dunia ini pada masa yang akan datang. Kemudian Beliau mengucapkan Gatha memuji-Nya: "Dengarlah baik-baik, O, Arya Sariputra! Terdapat satu Samadhi yang disebut Maharasmiprabhasa; Seorang Arya yang memiliki pahala yang tak terhingga. Dan yang akan mengunjungi ke dunia Jambudvipa! Dan yang akan mengkhotbahkan Saddharma-Nya pada masa mendatang. Siapa yang mendengar atau menghayati Dharma-Nya, Pasti mencapai Kesempurnaan! Bagaikan orang haus yang menemukan air suci Amrta (minuman Dewa); Setelah meminum airnya ia akan segera bebas dari kesengsaraan!" Setelah kabar baik dari tempat suci ini diketahui oleh keempat kelompok siswa Buddha Sakyamuni yakni para Bhiksu, Bhiksuni, Upasaka, Upasika serta rombongan dari para umat awam, mereka datang berbondong-bondong, dan di antara mereka banyak yang membawa perkakas-perkakas menuju ke tempat suci ini. Dengan gembira mereka melebarkan atau meratakan jalan dengan perkakasnya, membersihkan tempat suci itu dengan sapu dan alat-alat lain. Kemudian mereka menyalakan dupa wangi, menyiramkan air wangi serta menaburkan bunga-bunga di depan Hyang Buddha. Bahkan banyak peserta yang menyajikan sajian-sajian suci kepada Hyang Buddha serta para Bhiksu Sangha. Mereka dengan khidmat dan gembira menatap wajah Buddha Sakyamuni, seperti seorang anak yang memiliki rasa sayang kepada orang tuanya! Mereka seperti orang yang kehausan dan ingin memperoleh minuman segar. Sungguh, mereka menginginkan 'Bapak-Dharma'-nya sudi mlindungi dan membimbing mereka. Maka dari itu, para hadirin bertekad dan bersatu hati ingin meminta kepada Raja Dhamma untuk memutarkan Roda Dharma kepada mereka! Kini mereka telah memanunggalkan pikirannya, dan hati nuraninya pun seperti aliran air yang terus mengalir ke hati Hyang Buddha. Dengan serentak para Bhikshu, Bhikshuni, Upasaka, Upasika, Dewa, Naga, Gandharva, Asura, Garuda, Kimnara, Mahoraga, manusia, serta bukan manusia, semua bangkit dari tempat duduknya, lalu mengelilingi Hyang Buddha dari kanan ke kiri sebanyak 3 kali, kemudian bernamaskara di depan Hyang Buddha dengan mencucurkan air mata dan mengeluarkan tangisan tersedu-sedu di tempat suci tersebut. Waktu itu, Yang Mahajna Sang Arya Sariputra...... (bersambung) Waktu itu, Yang Mahajnana Sang Arya Sariputra merapikan jubahnya agar pundak kanannya terlihat. Beliau bukan saja mengerti perasaan para hadirin bahkan isi hati dari Raja Dharma pun diketahuinya. Maka beliau bisa menuruti kemauan Buddha dan membantu Buddha memutar Roda Dharma. Kini, beliau adalah seorang Pembantu Buddha yang berjasa dan ia adalah seorang Panglima Dharma yang penuh kuasa! Sekarang beliau sedang iba terhadap segala makhluk yang sengsara dan bertekad membantu mereka melepaskan belenggu penderitaan kelahiran dan kematian. Maka, setelah ia berpikir matang segeralah ia memohon kepada Hyang Buddha untuk menerangkan tentang arti dari Gatha yang baru saja diucapkan di tempat suci ini: "O, Tathagata yang termulia! Terangkanlah kepada kami arti dari Gatha-gatha yang baru saja Hyang Tathagata ucapkan di puncak gunung Pasa tadi! Kami ingin tahu siapakah Arya termulia yang disanjung oleh Tathagata tadi. Sebab, dalam Sutra-sutra yang pernah Hyang Tathagata khotbahkan, sama sekali tak tercatat orang seperti itu! O, Tathagata! Hadirin yang sedemikian banyak telah mencucurkan airmata karena berhasrat ingin mengetahui Arya yang termulia itu, dan mereka sangat menghargai jasa-jasa yang dapat dicapai di dunia manusia yang telah dimilikinya! Sekarang mereka telah siap untuk mendengar khotbah Tathagata tentang Buddha baru yang akan muncul di dunia Jambudvipa pada masa yang akan datang, agar jalan menuju ke tempat air suci Amrta itu terbuka selebar-lebarnya bagi mereka! Kami mohon agar Hyang Tathagata sudi menjelaskan tentang nama, jasa-jasa, Rddhibala serta negeri Buddha baru yang indah dan agung dari Sang Maitreya itu, serta syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi seseorang yang hendak dilahirkan ke negeri Buddha baru itu; Dan mereka harus memiliki akar kebaikan apa? Harus menjalani Sila apa? Selama hidup di dunia mereka harus melaksanakan Samadhi apa? Harus beramal dengan Dana apa? Harus memiliki kebijaksanaan yang bagaimana? Ketrampilan apa yang harus dimiliki agar mereka dapat memperoleh kesempatan yang cerah untuk melihat Buddha Maitreya? Dan, jika mereka telah berada di negeri-Nya bagaimana cara melaksanakan Dharma Aryastangika-Marga (8 Jalan Kesucian) agar dapat mencapai ke-Buddha-an sedini mungkin!" Begitu pertanyaan Arya Sariputra selesai, ratusan ribu Dewaputra dan para Raja Brahma yang datang dari berbagai Sorga semua mengatupkan telapak tangan dengan khidmat dan serentak memohon kepada Hyang Buddha Sakyamuni: "O, Tathagata yang termulia! Izinkanlah! Bantulah kami untuk memperoleh kesempatan yang cerah untuk melihat atau bertemu Buddha Maitreya yang memiliki pahala teragung di dunia manusia; Yang dapat menggugah mata umat di alam Triloka menjadi terang; Yang akan menguraikan Saddharma yang mengandung Maha-Maitri-Karuna untuk para makhluk Jambudvipa di masa yang akan datang!" Pada saat itu juga kelompok makhluk beramai-ramai ber-anjali dengan serentak memohon kepada Hyang Tathagata untuk menguraikan Dharma-Nya. Kemudian para Raja Brahma bersama dengan pengikutnya mengatupkan tangannya lagi, seraya memuji Hyang Tathagata dengan Gatha-Gatha sebagai berikut: "Namo Tasya Bhagavat Bulan Purnama nan Sempurna! Yang memiliki Tathagata Dasabala! (10 amcam Tenaga Buddha) Jendral Maha Virya. Seorang manusia yang perkasa, tak memiliki rasa takut; Tapi memiliki Sarvajnana! (segala kebijaksanaan) Ia yang keluar dari Triloka! Ketiga macam Vidya telah diraih-Nya; (Tisro Vidya: Purva-Nivasanusmrti, Cyuty-Upapada, dan Asrava-Ksaya) Keempat macam Mara pun ditaklukkan-Nya! (Catvaro-Mara: Skandha, Klesa, Mrtyu/kematian, dan Mara dari Devaputra) Ia adalah penyebar Buddha Dharma; Hati-Nya tenang, tak tergoyahkan sedikitpun! Walaupun masih berada di dunia Ia tak terikat keduniawian! Ungkapan-Nya: Segala sesuatu pada dasarnya Sunya (kosong) Namun juga tidak kosong total. Makna dari ke-Sunyata-an telah diuraikan di dalam Sutra-Nya. Apalagi kami sekalian telah bersatu hati, Bertekad berlindung kepada Hyang Tathagata! Kami mohon, O, Tathagata! Putarkanlah Roda Dharma kepada kami sekalian!" Setelah pujian dari para Raja Brahma selesai, Hyang Buddha bersabda kepada Arya Sariputra: "Dengarlah baik-baik dan renungkan artinya sedalam-dalamnya, O, Arya Sariputra! Sekarang Aku akan menguraikan peristiwa-peristiwa tentang Buddha baru itu secara terperinci untuk kamu sekalian! Sungguh, setelah kalian memusatkan pikiran dengan batin yang tersuci memohon Aku menguraikan Dharma-luhur yang disebut Maha-Prajna itu, kesemua maksud kalian telah Aku ketahui, seumpama seperti buah Amale (buah Mangga) matang yang berada di dalam telapak tangan-Ku!" Hyang Buddha melanjutkan sabda-Nya: "O, Arya Sariputra! Barangsiapa pernah mendengar nama Buddha atau pernah ber-anjali (bersujud dengan merangkapkan telapak tangan), atau pun pernah memuja tujuh Buddha dari masa silam - yakni: Buddha Vipasyi, Buddha Sikhi, Buddha Visabhu, Buddha Kakusandha, Buddha Kanakamuni, Buddha Kasyapa, dan Buddha Sakyamuni, di dalam Vihara-Nya atau di depan-Nya. Maka jasa-jasa mereka itu akan menghilangkan segala penghalang yang ditimbulkan oleh karma buruk! Dan, jika sekarang mereka dapat mendengar Dharma yang penuh Maha-Maitri-Karuna dari Sang Maitreya, maka mereka akan memperoleh sebuah hati yang suci. Betapa bahagianya! Oleh karena itu, maka sekarang kamu sekalian harus bertekad berlindung kepada Sang Maha-Maitri-Karuna yang akan muncul di masa mendatang itu! Sekarang Aku akan menerangkan secara terperinci keadaan negeri Buddha Maitreya yang akan terwujud setelah 5.670.000.000 tahun kepada kamu sekalian: Di negeri-Nya seluruh rakyat mempunyai penghidupan benar, rajin serta disiplin. Tidak ada seseorang pun yang berkelakuan munafik atau leceh-budi. Dan rakyat-Nya selalu menjalankan Dana-Paramita, Sila-Paramita, serta Prajna-Paramita, sehingga pikiran mereka tidak mudah digoda atau melekatkan nafsu keinginan duniawi rendah. Mereka selalu berpegang pada prinsip Pranidhana-Maha-Dasa memegahkan dirinya. Pranidhana-Maha-Dasa = 10 Janji Utama, yakni: 1. Hormat kepada para Buddha; 2. Memuji Buddha; 3. Memuja Buddha; 4. Bertobat; 5. Ikut-bergembira; 6. Memohon kepada Buddha untuk memutarkan Roda Dharma; 7. Memohon kepada Buddha menetap di alam semesta; 8. Tekun menuntut ajaran Buddha; 9. Mengabdi kepada segala makhluk, dan 10. Menyalurkan jasanya. |
![]() |
|
|