FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() SEMANGAT Kata semangat atau Viriya sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Biasanya kata semangat ini diucapkan saat kita merasa diri kita kurang punya minat pada hal tertentu sehingga kita tidak sepenuh hati melakukan hal tersebut. Sementara kata Viriya terdapat dalam beberapa teks-teks Buddhis, antara lain pada Syair-syair Dhammapada, dan juga termasuk dalam Sad Paramita atau enam paramita. Berikut 2 cuplikan Dhammapada yang memuat mengenai semangat "Seseorang yang hidupnya hanya mencari kesenangan, yang inderanya tidak terkendali, yang makan tanpa batas, yang lamban dan bersemangat rendah. Sesungguhnya Mara menumbangkannya bagaikan angin menumbangkan sebuah pohon lapuk." (Yamaka-vagga,7) "Seseorang yang hidupnya tidak mencari kesenangan, yang inderanya terkendali, yang makan secukupnya, yang penuh keyakinan dan bersemangat. Sesungguhnya Mara tidak dapat menumbangkannya bagaikan angin tidak dapat menumbangkan sebuah gunung karang." (Yamaka-vagga,8) Dua syair kembar diatas menceritakan mengenai dua orang murid Buddha yang bernama Mahakala dan Culakala. Mahakala sangat tekun melatih Samadhi, sedangkan Culakala lebih senang bermalas-malasan. Karena ketekunannya, Mahakala mancapai tingkat kesucian Arahat. Suatu saat, Sang Buddha dan para siswanya singgah di Hutan Simpasa. Kemudian para bekas istri Culakala mengundang Sang Buddha dan para siswanya untuk menerima dana makanan dirumahnya. Kemudian Culakala memohon ijin kepada Sang Buddha untuk ikut bersama istrinya untuk mempersiapkan tempat bagi Sang Buddha. Karena Culakala tidak tekun dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajibannya sebagai bhikkhu, ia terbujuk rayuan istrinya dan akhirnya ia kembali ke kehidupan duniawi bersama istrinya. Kemudian bekas istri Mahakala juga ingin membujuk Mahakala untuk kembali disisi mereka. Bekas istri Mahakala meminta ijin pada Sang Buddha juga. Kemudian para bhikkhu mengungkapkan kekhawatiran dan ketakutan mereka bahwa Mahakala akan mengikuti jejak Culakala untuk kembali ke kehidupan duniawi. Lalu Sang Buddha menjelaskan bahwa sifat kedua saudara itu tidak sama, Culakala seperti pohon lapuk, tetapi Mahakala bagai gunung karang. Kemudian Sang Buddha membabarkan kedua syair diatas. Dari cerita Mahakala dan Culakala tersebut, dapat kita simpulkan bahwa orang yang penuh keyakinan dan bersemangat dalam melaksanakan kewajibannya akan seperti gunung karang yang tidak dapat ditumbangkan oleh angin, sama seperti karakter Mahakala. Sedangkan orang yang lamban dan bersemangat rendah dalam melaksanakan kewajibannya akan seperti pohon lapuk yang mudah ditumbangkan oleh angin, sama seperti karakter Culakala. Sementara itu, di dalam Sad Paramita, Virya Paramita (kesempurnaan kekuatan/semangat) dirumuskan melalui "kekuatan" untuk melaksanakan paramita secara terus-menerus dan teratur dengan melaksanakan perbuatan yang berguna, baik siang maupun malam tanpa mengeluarkan air mata dan tanpa mengeluh. Dalam Sad paramita pula, terdapat pembagian atas dua macam virya, yaitu : Sannaha-virya (memakai perisai dalam arti mempersiapkan diri), dan Prayoga-virya (ketekunan dalam pelaksanaan). Kedua macam virya ini sebagaimana yang diajukan dalam Mahayana Sutralankara, dari sumber lain diterangkan sebagai 'penguatan diri' terhadap timbulnya gangguan, yang diumpamakan sebagai memakai perisai. Dan untuk yang kedua, yang berkenaan dengan pelaksanaan, yang ditekankan adalah ketekunan dalam mempelajari ajaran agama serta kesungguhan pelaksanaannya. Apakah anda ingin menjadi orang yang penuh keyakinan dan bersemangat seperti Mahakala ataukah menjadi orang yang lamban dan bersemangat rendah seperti Culakala? Semuanya adalah pilihan. Dan jawabannya ada pada diri anda sendiri. |
![]() |
|
|