Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Buddha

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Buddha Buddha is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 1,075
Rep Power: 16
Buddha mempunyai hidup yang Normal
Default Culasihanada Sutta

CULASIHANADA SUTTA

Demikianlah saya dengar:

Pada suatu waktu Sang Bhagava menginap di Jetavana, arama milik Anathapindika, Savatthi. Kemudian Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu."
"Ya, Bhante,� jawab mereka.
Selanjutnya Sang Bhagava berkata: "Para bhikkhu, hanya di sini ada samana (sotapanna), hanya di sini ada samana kedua (sakadagami), hanya di sini ada samana ketiga (anagami) dan hanya di sini ada samana keempat (arahat). Dalam ajaran yang lain tidak ada samana; beginilah hal itu harus diraungkan (sihanada)."
Mungkin para pertapa dari ajaran lain bertanya: "Apakah sebabnya maka anda mengatakan demikian?"

Pertanyaan itu harus dijawab: "Saudara, empat dhamma telah dinyatakan oleh Bhagava, yaitu: (1) Kami yakin pada guru (sattha, Sang Buddha), (2) kami yakin kepada Dhamma, (3) kami memiliki sila yang sempurna, (4) kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma (saha-dhammika) apakah mereka umat awam (gahattha) atau pabbaja (meninggalkan kehidupan berumah-tangga menjadi petapa-bhikkhu)."
Berdasarkan hal-hal itu kami menyatakan begitu.
Namun, para pertapa dari ajaran lain dapat berkata: "Kami juga yakin kepada guru, yaitu guru kami; kepada dhamma yaitu dhamma kami; sila kami sempurna, sesuai dengan sila kami dan kami mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja. Apakah perbedaannya?"
Hal itu harus dijawab dengan bertanya: "Apakah tujuannya hanya satu atau banyak?"
Mereka akan menjawab dengan benar: "Tujuan hanya satu, bukan banyak."
"Apakah tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan, keinginan dan kemelekatan?"
"Ya, tujuan itu bebas dari napsu, kebencian, kebodohan, keinginan dan kemelekatan."
"Apakah tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukai dan menolak, maupun perbedaan?"
"Ya, tujuan itu disertai penglihatan, tanpa menyukal, menolak maupun perbedaan," jawab mereka dengan benar.
Ada dua ditthi (pandangan) yaitu bhava ditthi (pandangan tentang ada makhluk) dan vibhava ditthi (pandangan tanpa ada makhluk). Para samana atau brahmana yang berpaham bhava ditthi menentang paham vibhava ditthi. Sedangkan para samana atau brahmana yang berpaham vibhava ditthi menentang paham bhava ditthi.
Para samana dan brahmana yang tidak mengerti 'sebagaimana apa adanya tentang asal mula' (yatthabhutam), lenyapnya, kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi (pandangan) itu adalah diliputi oleh nafsu, kebencian, kebodohoan, keinginan, kemelekatan, tanpa penglihatan, terlibat dalam pro dan kontra, menyenangi dan menikmati perbedaan. Mereka tidak dapat bebas dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap-tangis, kesakitan, duka-cita dan putus asa. Mereka tidak dapat terbebas dari dukkha (penderitaan).
Para samana dan brahmana yang mengerti sebagaimana apa adanya tentang asal mula, lenyapnya, kesenangan, bahaya dan jalan keluar dari dua ditthi itu adalah tidak diliputi oleh napsu, kebencian, kebodohan, keinginan, kemelekatan, berpenglihatan, tidak terlibat dalam pro dan kontra, tidak menyenangi dan tidak menikmati perbedaan. Mereka dapat bebas dari kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratap tangis, kesakitan, duka cita dan putus asa. Mereka dapat terbebas dari dukkha.
Ada empat macam kemelekatan (upadana): Kemelekatan pada napsu indera (kama-upadana), kemelekatan pada pandangan salah (ditthi-upadana), kemelekatan pada upacara dan ritual (silabbataupadana), kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal (attavada-upadana).
Ada samana dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci menerangkan 'pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan' itu. Mereka menerangkan 'pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada napsu indera, tetapi tidak rinci menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara dan ritual, dan kemelekatan pada pandangan adanya jiwa. Mengapa begitu? Karena mereka itu tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang tiga kemelekatan itu. Maka, walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas mengenai napsu indera, tanpa menerangkan tiga kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci menerangkan �pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan� itu. Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tetapi tanpa menerangkan tentang, kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka itu tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang dua kemelekatan itu. Maka walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas mengenal nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tanpa menerangkan dua kemelekatan yang lain.
Ada pertapa dan brahmana yang menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi tidak rinci menerangkan �pengetahuan jelas tentang semua kemelekatan�. Mereka menerangkan dengan pengetahuan jelas tentang kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan salah dan kemelekatan ' pada upacara serta ritual, tetapi tanpa menerangkan tentang kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal. Karena mereka tidak mengerti dengan jelas sebagaimana apa adanya tentang dua kemelekatan itu. Maka walaupun mereka itu menyatakan berpengetahuan jelas tentang semua kemelekatan, tetapi mereka hanya menerangkan tentang pengetahuan jelas mengenal nafsu indera dan kemelekatan pada pandangan salah, tanpa menerangkan dua kemelekatan yang lain.
Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma, namun tidak terarah dengan benar; pelaksanaan sila-sempurna tidak terarah dengan benar; mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja juga tidak terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena dhammavinaya itu salah diuraikan, salah dinyatakan, tanpa tujuan, tidak mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh bukan Samma Sambuddha.
Para bhikkhu, ketika Tathagata, Arahat Samma Sambuddha membabarkan pengetahuan jelas tentang semua macam kemelekatan, ia dengan sempurna menguraikan semua macam kemelekatan, yaitu: kemelekatan pada nafsu indera, kemelekatan pada pandangan salah, kemelekatan pada upacara dan ritual serta kemelekatan pada pandangan adanya jiwa yang kekal.
Para bhikkhu, dalam 'dhammavinaya' seperti itu adalah biasa menyatakan keyakinan kepada guru dan dhamma yang terarah dengan benar, pelaksanaan sila sempurna yang terarah dengan benar, mencintai saudara-saudara pelaksana dhamma yang hidup sebagai umat awam atau pabbaja yang terarah dengan benar. Mengapa demikian? Karena 'dhammavinaya' itu benar diuraikan, benar dinyatakan, bertujuan, mengarah ke kedamaian dan dibabarkan oleh Samma Sambuddha.
Apakah sumber, asal mula, tempat kelahiran dan yang menghasilkan empat kemelekatan?
Empat kemelekatan ini bersumber dari keinginan (tanha), berasal mula dari keinginan, lahir dari keinginan dan dihasilkan oleh keinginan.
Apakah sumber keinginan?
Keinginan bersumber dari perasaan (vedana), berasal mula dari perasaan, lahir dari perasaan dan dihasilkan oleh perasaan.
Apakah sumber perasaan?
Perasaan bersumber mula dari kontak (phassa), berasal mula dari kontak, lahir dari kontak dan dihasilkan oleh kontak.
Apakah sumber kontak?
Kontak bersumber dari enam indera (salayatana), berasal mula dari enam indera, lahir dari enam indera dan dihasilkan oleh enam indera.
Apakah sumber enam indera?
Enam indera bersumber dari batin dan jasmani (nama-r�pa), berasal mula dari batin dan jasmani, dilahirkan oleh batin dan jasmani, serta dihasilkan oleh batin dan jasmani.
Apakah sumber batin dan jasmani?
Batin dan jasmani bersumber dari kesadaran (vi��ana), berasal mula dari kesadaran, dilahirkan oleh kesadaran serta dihasilkan oleh kesadaran.
Apakah sumber kesadaran?
Kesadaran bersumber dari bentuk-bentuk kamma (sankhara), berasal mula dari bentuk-bentuk kamma, dilahirkan oleh bentuk-bentuk kamma dan dihasilkan oleh bentuk-bentuk kamma.
Apakah sumber bentuk-bentuk kamma?
Bentuk-bentuk kamma bersumber dari kebodohan (avijja), berasal mula dari kebodohan, dilahirkan oleh kebodohan dan dihasilkan oleh kebodohan.
Para bhikkhu, segera setelah kebodohan (avijja) dilenyapkan dan pengetahuan (vijja) muncul, maka ia tidak lagi melekat pada nafsu indera, pandangan salah, pada upacara dan ritual serta pandangan tentang adanya jiwa yang kekal. Ketika tidak ada kemelekatan, maka ia tidak menderita. Ketika ia tidak menderita maka ia mencapai nibbana. Ia mengerti: kelahiran telah lenyap, kehidupan suci telah dicapai, apa yang harus dikerjakan telah dilaksanakan, tidak ada sesuatu melebihi ini.


Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:06 PM.


no new posts