[bantengwillis]

Original Posted By Natalia Trijaji
Suami-istri tentunya ingin memiliki buah hati yang lahir dalam usia cukup dan normal. Namun harapan tersebut tak selalu terwujud. Bisa saja bayi lahir prematur sehingga membutuhkan perawatan khusus dengan biaya sangat mahal yang belum tentu terjangkau.

Namun kini hal itu bisa diantisipasi melalui FullTerm yang dipaparkan dr. Frans O.H. Prasetiadi SpOG (K), Kepala Staf Medik Fungsional Obstetri Ginekolog RS Husada Utama, dalam seminar Deteksi Dini Bayi Lahir Prematur di Surabaya, akhir pekan lalu.

Ia mengatakan, dari sisi medis, kelahiran prematur adalah jika usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan bayi kurang dari 2,5 kg. Namun biasanya yang dijadikan patokan adalah usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Kelahiran tak bisa dikatakan prematur jika berat badan bayi kurang dari 2,5 kg, namun usia kehamilan mencukupi.

Dr. Frans menuturkan, ia pernah menjumpai kasus seorang pasien yang melahirkan bayi prematur dengan bobot 900 gram. Bayinya kemudian dirawat di ruang khusus selama 2 bulan yang akhirnya mampu mencapai bobot 2,6 kg. Namun biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 60 juta.

Ia membenarkan, perawatan bayi prematur lebih sulit dan lebih mahal dibandingkan perawatan bayi normal. Ini karena bayi prematur membutuhkan penanganan khusus dan terkait dengan dampak kesehatannya yang biasanya muncul pada usia 28 hari.

Frans mencontohkan, ketika lahir, bayi prematur bisa mengalami distress nafas karena paru-parunya belum matang, peradangan usus, pendarahan otak, gangguan pendengaran dan penglihatan. Ketika tumbuh remaja, kemungkinan gangguan lainnya adalah cerebral palsy, penyakit metabolisme diantaranya diabetes mellitus, hipertensi atau hiperkolesterol.

�Orangtua harus benar-benar memperhatikan kesehatan anaknya yang lahirnya prematur. Penyakit-penyakit tersebut bisa sewaktu-waktu muncul ketika si anak beranjak dewasa,� ujar dr. Frans.

Menurut ia, kelahiran prematur bisa diantisipasi sejak dini ketika usia kehamilan menginjak 5 atau 6 bulan. Namun tak semua ibu hamil harus memeriksakan kondisi kehamilannya dengan FullTerm. Hal ini disarankan hanya bagi mereka yang rentan melahirkan bayi prematur.

�Ibu-ibu yang rentan melahirkan bayi prematur adalah ibu hamil di usia muda atau berusia di atas 35 tahun. Juga ibu-ibu yang mengalami stres ketika usia kehamilan 3 bulan maupun yang bekerja berat sehingga mempengaruhi fisiknya, serta ibu yang punya riwayat melahirkan bayi prematur,� ujar dr. Frans.

Ia menjelaskan metode deteksi dini dengan FullTerm yaitu dengan mengukur panjang leher rahim lewat vagina saat usia kehamilan 5-6 bulan. Jika normal, panjang leher rahim 3,5 cm. Jika panjangnya kurang dari 2,5 cm dan mulut rahim sudah membuka, bisa diduga 1 atau 2 minggu lagi bakal melahirkan prematur.

Untuk mengetahui kondisi janin, sampel diambil dari forniks posterior (daerah sekitar mulut rahim di dalam vagina) di laboratorium. Sampel diteteskan ke dalam alat prosesor lalu tombol start ditekan untuk memulai proses. Sampel akan bereaksi dengan antibodi fetal fibronectin. Hasil tes bisa diketahui melalui print out dari alat tersebut sekitar 20 menit kemudian.

Jika hasilnya negatif, kemungkinan bayi akan lahir cukup bulan dan pasien disarankan bed rest. Namun jika hasilnya positif, kemungkinan bayi akan lahir prematur dalam jangka waktu sekitar 14 hari setelah tes. Dokter akan memberikan treatment yang sesuai untuk mencegah persalinan prematur.

�Dengan deteksi dini, biaya kelahiran dan perawatan bayi prematur yang tinggi serta efek samping dari obat-obatan bisa dihindarkan,� dr. Frans. (*)

Terkait:

• Foredi gel mengatasi ejakulasi dini""087731162031""085326083287""

[theghel]

harus di ketahui sebelum terlanjur..