FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() Welcome to my thread [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
![]() jika melintas di Jalan Panjaitan Kota Manado, tepatnya di Kampung Cina Kompleks Pasar 45, di deretan sebelah kiri pertokoan ada sebuah bangunan berlantai dua bercat hijau muda. Fisiknya sudah usang. Di bagian atas seperti toko lainya tanpa papan nama. Gedung berlantai dua ini hanya ada tergantung sebuah papan kecil bertuliskan Rumah Kopi Tetap Sinar. Tulisannya sudah kabur, mungkin lama tak pernakh dibersihkan. Di situ lah Ho Kok Khi memulai usaha rumah kopinya. Lelaki Kepulauan Hainan, Cina, yang pertama kali menginjakkan kakinya di Manado pada 1931, itu memulai usaha rumah kopinya pada 1960. Memanfaatkan ruangan seluas 6�4 meter, Ho Kok Khi menghadirkan empat meja dan delapan bangku. Waktu itu bangunannya dari papan, dan tak ada nama pula. Ketika itu per gelas dihargai Rp.75. Dari waktu ke waktu usahanya kian berkembang. Usaha ini makin hari makin banyak peminatnya. Sebagian besar pengunjungnya adalah warga sekitar. Lima tahun usahanya berjalan lancar. Tapi pada tahun 1965 sempat terhenti, karena ada G30/S PKI. Menurut anak keduanya, Ho Kun Yong, Ho Kok Khi dikaruniai enam anak, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Masing-masing Ho Kun Eng, Ho Kun Lan, Ho Kun Yong, Ho Kun Hoa, Ho Kun Do, dan Ellen Ho. Walaupun mereka bersaudara cukup dekat, tapi menurut Ho Kun Yong, di tidak ingat lagi nama ibunya. Dari mereka bersaudara enam, Ko Yong lah yang paling rajin membantu ayahnya mengelola rumah kopi itu. Sejak berusia 16 tahun, waktu itu masih sekolah Kwa Tung (setingkat SMP), dia mendampingi ayahnya berusaha. Tapi pada 1986 sang ayah menghadap sang Khalik, dan Ko Yong lah yang meneruskan usaha rumah kopi itu. Dia telaten mengelola rumah kopi yang sudah berusia 50 tahun itu karena sering dimarahi ayahnya. Pria kelahiran 1949 ini bercerita, ayahnya pernah memarahinya karena sering merokok. Pesan ayah, kalau saya ingin merokok harus kerja, agar tidak menyusahkan orang tua, kata Ho kun Yong, mengenang. Kedai kopi di Pecinan ini buka tiap hari mulai pukul 06.00 pagi hingga 17.30 sore. Kalau hari Minggu hanya dibuka sampai siang, karena sepi pengunjung, ujar Ko Yong yang doyan mengenakan kaos oblong putih dipadu celana jeans plus sendal jepit itu. Minggu sepi lantaran toko-toko di kawasan itu tutup. Lanjut Ko Yong yang membujang hingga kini itu, pengunjung tetap ada walau terkadang sepi. Bersyukurlah sampai sekarang usaha ini tetap bertahan, uturnya. Harganya murah, hanya Rp.3.000 per gelas. Kenikmatan kopi ala Teta Sinar pun berbeda dari yang biasa dilakukan kebanyakan orang. Caranya, kopi dituang di teko dan dicampur air panas. Kemudias di diamkan sesaat di atas tungku bara. Nanti ada yang memesan baru diaduk dengan gula di gelas. Ini maksudnya biar rasa kopinya meresap dan teras nikmat. Kopinya kopi tumbuk, yang kita pesan di tempat khusus, jelas Ko Yong seperti berpromosi. Kalau teh, biasa menggunakan teh Cina. Kini Ho Kun Yong menikmati usaha rumah kopinya. Dia selalu bersyukur karena tetap eksis hingga kini. Bangga bisa meneruskan usaha sang ayah, ucapnya. SUMBER masih kalah tapi gan sama bandung tua nya. ![]() Jangan Lupa Memberikan ![]() ![]() ![]() Untuk Thread Ini Kalo Berkenan ![]() ![]() ![]() ceriwiser yang baik juga meninggalkan comment yang baik. Terkait:
|
![]() |
|
|