Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
sijampang's Avatar
sijampang sijampang is offline
Ceriwis Lover
 
Join Date: May 2012
Posts: 1,802
Rep Power: 16
sijampang mempunyai hidup yang Normal
Default Ada Apa dengan Film ? (Tanda Tanya)

SEMOGA ANE GK











Dirasa film ? (tanda tanya) bisa merusak aqidah ummat Islam, Front Pembela Islam (FPI) melakukan protes atas tayangan film itu. Protes yang dilakukan oleh FPI dengan cara mendatangi pihak yang dirasa sebagai produser film ?, yakni Mahaka Pictures, Dapur Film, dan Harian Republika.



FPI merasa gerah dengan film itu sebab film itu menceritakan soal pluralisme, bukan pluralitas, di mana dalam masalah beragama bisa dicampuradukan, bahkan menampilkan sebuah kebiasaan yang selama ini mungkin tidak pernah terjadi, seperti Menuk (Rivalina S. Temat) seorang gadis yang taat beribadah dan memakai jilbab, namun menjadi panitia acara Paskah. Kemudian Surya (Agus Kuncoro) seorang pemuda yang kadang bertingkah seperti santri, kadang seperti abangan, ketika ditawari Rika (Endhita), seorang muslim namun murtad menjadi seorang Katolik dengan nama baptis Theresia, bersedia menjadi pemeran Jesus saat pementasan drama penyaliban Jesus pada acara Paskah.



Intinya dalam film tersebut adalah awalnya agama sumber konflik, namun setelah berproses, agama adalah damai, pindah agama adalah suatu hal yang biasa, dan perbedaan agama tidak menjadi masalah. Hanung Bramantyo menyampaikan pesan pada film itu adalah perlunya toleransi dalam kehidupan beragama. Film itu dibuat di tengah munculnya konflik yang dilatarbelakangi perbedaan agama yang marak beberapa waktu yang lalu.



Hanung Bramantyo membuat film ? dengan tema pluralisme, mungkin sebuah upaya pria asal Jogjakarta itu untuk menjaga keseimbangan produksinya, sebelumnya sudah banyak film-film produksi Hanung Bramantyo yang bertemakan Islam, seperti Perempuan Berkalung Surban, Ayat-Ayat Cinta, dan Sang Pencerah.



Membuat produksi film bermutu seperti apa yang dilakukan Hanung, patut diapresiasi, sebab dengan langkah seperti itu mampu menarik masyarakat untuk berduyun-duyun ke bioskop untuk menonton film Indonesia di tengah boikot film Hollywood.



Apa yang dilakukan oleh Hanung dengan membuat film yang mendidik dan syarat makna, meski tetap perlu dikritisi, sebagai upaya untuk melawan film-film yang tidak berkualitas dan hanya menonjolkan keseksian dan kemolekan pemain tanpa diimbangi isi cerita yang mencerdaskan. Bayangkan bila film dibuat hanya bertujuan untuk mencari untung semata.



Demi meraih untung semata, beberapa produser mendatangkan bintang-bintang porno untuk bermain film di Indonesia. Setelah bintang porno seperti Miyabi bermain di film Indonesia, kemudian disusul Leah Yuzuki, Tera Patrick, Rin Sakuragi, Sora Aoi, dan rencananya Sasha Grey. Kalau filmnya dibintangi oleh pemain seperti itu, pasti kita bisa menebak alur ceritanya. Bayangkan bila film-film yang demikian dilepas di pasar, pasti kita akan membayangkan dampaknya.



Banyaknya produser film mengundang bintang film porno untuk main di film garapannya selain hanya mencari keuntungan, bisa jadi mereka tidak mau bersulit-sulit dalam membikin film. Dengan bintang film porno pastinya setting tempatnya paling-paling sebatas ranjang. Dari sinilah maka, Garin Nugroho pernah mengatakan, film-film Indonesia saat ini terlalu meremehkan penonton dengan dibuat dan dikemas seadanya sehingga membuat penonton bosan. Akibat dari itu membuat perfilman Indonesia lesu, sebab proses pembuatannya kebanyakan dilalukan secara instan.



Film-film yang dibintangi film porno memang juga mengundang protes dari masyarakat, anggota DPR Komisi X pun sering meyayangkan dan mengkritik banyaknya bintang film porno yang bermain di Indonesia, menteri terkait pun juga mengatakan hal yang sama dengan anggota DPR.



Bila demikian apakah membuat film di Indonesia tidak bebas dan justru dicabeinsi oleh masyarakat sendiri? Tentu tidak, membikin film di Indonesia diberi kesempatan yang luas, buktinya film Gie yang disebut ke kiri-kiri-an saja bisa tayang di Indonesia, meski demikian semuanya harus ada rambu-rambunya. Semua film harus patuh pada norma dan aturan yang ada, dan realita yang benar-benar terjadi di masyarakat. Tujuan film dibuat tidak hanya sekadar menghibur namun juga memberi pendidikan.



Dari sini jelas film mana yang perlu diprotes dan mana yang tidak. Film-film yang dibintangi oleh bintang film seperti Miyabi, Leah Yuzuki, Tera Patrick, Rin Sakuragi, Sora Aoi, dan Sasha Grey, pastinya tidak cocok dengan realita yang terjadi di masyarakat, perilaku bintang filmnya saja sudah tidak sesuai dengan norma kepatutan dan etika bangsa Indonesia, sehingga secara otomatis filmnya juga tidak cocok dengan budaya kita.



Sementara film-film misalnya seperti Alangkah Lucunya Negeri Ini dan ?, menggambarkan sebuah realita yang benar-benar terjadi di masyarakat. Seperti dalam film Alangkah Lucunya Negeri Ini, diceritakan bagaimana watak bangsa Indonesia meski berpendidikan masih tetap saja korupsi, meski beragama tetap saja melanggar hukum. Dengan film seperti itulah maka masyarakat bisa mengambil hikmahnya. Dengan film seperti itu kita bisa bercermin sejauh mana perilaku kita.



Di sini film-film bermutu seperti garapan Hanung Bramantyo dan Deddy Mizwar tidak hanya sekadar memberi pendidikan kepada masyarakat, namun juga sebuah upaya untuk memproduksi film yang tidak sembarangan. Produksi film yang tidak sembarangan ini sebagai kontra dari produksi film yang sembarangan, sembarangan dari bintang filmnya dan sembarangan dari ceritanya.



Menurut ane sih gk nge Fitnah Islam ane dah nonton tpi biasa2 aja tuh



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 03:04 AM.


no new posts