Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
lumpiabasah's Avatar
lumpiabasah lumpiabasah is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,728
Rep Power: 0
lumpiabasah is a New Born
Default INDONESIA , Kau Kemanakan Budayamu ?

Hari ini, kekesalan saya pada negeri dan rakyat negeri ini meletup kembali. Aku tak tahu apakah di negeri ini masih layak disebut negara 'berbudaya' atau tidak.



Semakin saya lama hidup di negeri ini, saya rasakan bahwa negeri ini memang angkuh dan manja. Selalu mengagungkan dirinya sendiri sebagai surga khatulistiwa dengan balutan zamrud hijau yang melimpah di hamparan daratannya. Selalu mengkisahkan lautan luasnya sebagai kolam susu dimana penduduknya tinggal menunggu dihampiri ikan dan udang. Lalu dengan dangkalnya, mengklaim memiliki tanah surga dimana hanya perlu menancapkan tongkat yang kemudian entah bagaimana bisa menghasilkan pangan yang melimpah ruah. Buta mata bahwa dirinya berada di jajaran negara ketiga. Tuli telinga bahwa dirinya selalu berada di peringkat terbawah untuk kategori negara terbaik. Sudah mati penciumannya bahwa dirinya dinilai negara busuk oleh dunia yang dibuang ke jajaran negara terjelek di dunia.



Sebelum diriku melebar kesana kemari, mari tegaskan bahwa tak perlu lagi kuuraikan satu persatu sekian banyak kekesalanku pada negeri dan rakyat di negeri ini. Cukup kuurai dari satu sisi saja : sikap pengguna jalan raya.



Bukan rahasia umum bahwa dimensi pengguna jalan raya berbanding lurus dengan dominasi yang dimilikinya. Dalam artian, semakin kecil ukuran kendaraan Anda, apalagi Anda yang tanpa kendaraan, maka semakin kecil atau bahkan tidak ada lagi nilai dominasi yang Anda miliki dan sebaliknya.



Bus dan truk kalah dengan kereta api. Mobil kalah dengan bus dan truk. Motor kalah dengan mobil. Becak dan sepeda kalah dengan motor. Pejalan kaki? Bukan lagi kalah. Sudah menjadi kasta sudra di jalanan negeri ini.



Bagaimana tidak?

Pertama. Trotoar naik turun seperti ular tangga yang tidak memiliki titik akhir.

Kedua. Trotoar berlubang dari yang hanya seukuran telapak kaki hingga seukuran TV 29', bahkan lebih besar lagi. Jika Anda beruntung, maka lubang tersebut akan menganga tepat di tengah trotoar. Dan jika ditambah dengan kondisi jalanan yang tanpa penerangan berarti yang membuat Anda dengan gemilang terperosok kedalamnya, Anda tidak perlu merasa pilu karena mungkin Anda merupakan satu dari sekian ratus korban yang mendahului Anda.

Ketiga. Trotoar, baik sempit ataupun lebar, tidak pernah lepas dari sasaran PKL yang dengan tenang menggelar dagangannya serasa berjualan di halaman rumahnya sendiri.

Keempat, sudah begitupun nasib lebih naas terjadi pada trotoar dekat lampu merah dan area macet. Bukan lagi menahan beban orang berjalan tapi ditambah motor yang tidak jarang tetap berjalan 30km/jam saat berkendara di atas trotoar demi mengejar sesuatu yang tak kasat mata.



Nasib adik sang trotoar, yaitu zebra cross, tidak kalah tragis. Dengan sopan dan sangat berbudi rela berbaring di tengah jalan untuk mengamankan pedestrian menyeberang. Tapi apa yang terjadi? 97% pengguna jalan di negeri ini mengabaikan fungsi dan keberadaannya, termasuk pedestrian itu sendiri. Pedestrian menyeberang seenak kaki di mana saja mereka inginkan. Pun pedestrian yang memilih menyeberang di zebra cross pun dipaksa menunggu hingga intensitas kendaraan agak berkurang dan aman untuk membulatkan tekad menyeberang jalan.



Nah! Ini dia sumber kekesalan saya hari ini.



Prolog.

Jika saya sebagai pengguna motor, saya belajar untuk sangat menghargai pengguna jalan terutama pedestrian. Jika ada pedestrian yang dengan elegan menyeberang bukan di zebra cross pun, saya pasti memelankan laju dan memberikan kesempatan kepada sang kanjeng putri atau kanjeng pangeran itu untuk menyeberang.



Kisah.

Tapi beda halnya dengan yang saya alami saat ini. Hanya ingin menyeberang untuk mengambil uang di ATM Plaza tempat saya bekerja di seberang jalan, susahnya seperti orang ingin buang air di saat sembelit, lama sekali! Meski akhirnya sudah dibantu Mr. Satpam dengan peluit dan tongkat merah bercahaya di tangannya, saat diriku menyeberang dengan bergegas, eits, dari sekian kendaraan yang melambat memberi kesempatan, ada satu motor pria yang tidak mau mengalah bahkan 'nyelonong' penuh nafsu sehingga hampir menabrak dan melindas kaki saya. Terdiam, lalu saya pandang sang pengemudi dengan motor sadisnya, yang ternyata adalah seorang wanita muda berkerudung - yang tampak sedikit panik dan kesal memainkan gigi dan koplingnya setelah mengerem mendadak. Sesaat kemudian, secara reflek saya lambaikan tangan ke samping sebagai tanda 'monggo bin mangga' untuk mempersilahkannya lewat terlebih dahulu, dengan kesal tentu saja. Lalu saya teruskan misi menyeberang dengan sumpah serapah bilingual, English dan Bahasa Indonesia yang tidak baik dan tidak benar.



Sambil kesal, kemudian muncul pertanyaan di benak saya.

Pertama. Apakah wanita itu buta warna sehingga tidak bisa melihat saya menyeberang, dimana saya saat itu menggunakan kameja merah menyala dan menyeberang di tempat terang dengan dibantu Mr. Satpam yang memegang tongkat merah bercahaya juga?

Kedua. Apakah wanita itu sudah menahan hasrat buang air besar begitu lama sehingga tidak rela mengorbankan sekian detik perjuangannya memperkencang lubang pantatnya menahan serbuan pasukan kuning dari dalam perutnya?

Ketiga. Apakah ada urgensi yang dialaminya sehingga menabrak apapun di jalan dia lakukan demi datang tempat waktu di suatu tempat?

Keempat. Apakah wanita itu baru belajar naik motor pria?

Kelima. Apakah wanita itu seperti banyak orang Indonesia lainnya yang meskipun sudah professor sekalipun tapi tidak cukup berbudi untuk memiliki budaya menghormati orang di jalan raya?



Apapun yang mendasarinya, menurut pendapat saya negeri ini lebih dari sekadar memerlukan pimpinan yang baik, namun membutuhkan sebuah revolusi budaya di masyarakatnya.



Saya berharap, orang-orang yang tidak berbudaya seperti wanita tersebut akan terlindas habis oleh sebuah revolusi, punah, lalu digantikan oleh orang-orang yang lebih beradab dan kuat budaya serta instingnya menghargai orang lain, baik di jalan raya, tempat umum, maupun lingkungan tempat tinggal dan kerjanya.



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:48 AM.


no new posts