Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
lumpiabasah's Avatar
lumpiabasah
Senior Ceriwiser
 
Join Date: May 2012
Posts: 5,728
Rep Power: 0
lumpiabasah is a New Born
Default Sedikit Share Blue Ocean Strategy (bab7)

Share tugas kuliah.. mudah-mudahan bermanfaat



Mengatasi Rintangan-Rintangan Utama Organisasi


Dibandingkan dengan strategi samudra merah, strategi samudra biru melambangkan langkah yang signifikan dalam meninggalkan status quo. Strategi samudra biru dilandaskan pada pergeseran dari konvergensi ke divergensi dalam kurva nilai dengan biaya yang lebih rendah. Hal ini meningkatkan kadar kesulitan eksekusi. Para manajer menghadapi empat rintangan dalam mengatasi eksekusi. Salah satunya rintangan kognitif: menyadarkan karyawan akan pentingnya perpindahan strategis. Samudra merah mungkin bukan jalan menuju pertumbuhan menguntungkan di masa depan, tapi samudra merah itu terasa nyaman bagi orang-orang dan bahkan terbukti masih berguna bagi organisasi. Rintangan kedua adalah keterbatasan sumber daya. Semakin besar bergeseran dalam strategi, semakin besar sumber daya yang dibutuhkan untuk mengeksekusi strategi itu. Akan tetapi, sumber daya malah sedang dipangkas, bukan ditingkatkan, dalam banyak organisasi. Rintangan ketiga adalah motivasi. Bagaimana anda dapat memotivasi pemain-pemain kunci untuk bergerak cepat dan dengan tangkas meninggalkan status quo? Ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dan manajer tidak punya waktu selama itu. Rintangan terakhir adalah rintangan politis. Sebagaimana dikemukakan seorang manajer. � dalam organisasi kami, Anda ditembak dulu sebelum berdiri.� Untuk dapat menerapkan startegi dalam mengatasi keempat rintangan tersebut secara efektif diperlukan penerepana kepemimpinan tipping point. Kepemimpinan ini dapat mengatasi keempat hambatan dengan cepat dan dengan biaya rendah, sembari juga mendapatkan dukungan karyawan dalam mengeksekusi perpindahan dari status quo.


Tuas Penting : Faktor-Faktor Pengaruh yang Tidak Proporsional

Kepemimpinan tipping point bisa dilacak akarnya pada bidang epidomiologi dan teori tipping point. Kepemimpinan ini berlandaskan pada pengetahuan bahwa pada setiap organisasi perubahan-perubahan fundamental bisa terjadi dengan cepat ketika keyakinan dan energi dari orang kebanyakan menciptakan gerakan meluas ke arah satu ide. Kunci untuk membuka gerakan luas ini adalah pemusatan (konsentrasi), bukan penyebaran (difusi). Kepemimpinan tipping point dilandaskan pada realitas korporat yang jarang dimanfaatkan, yaitu bahwa dalam setiap organisasi, ada orang, tindakan, dan kegiatan yang memberikan pengaruh tidak proporsional terhadap kinerja. Jadi, berlawanan dengan pengetahuan konvensional, menghadapi tantangan yang masif bukanlah dengan membrikan respon yang sama masifnya dimana sukses kikerja didapatkan melalui investasi proporsional dalam hal waktu dan sumber daya. Sebaliknya, menghadapi tantangan masif adalah soal melestarikan sumber daya dan memanfaatkan waktu dengan berfokus pada upaya mengidentifikasi dan kemudian memperbaiki faktor-faktor pengaruh tak proporsional dalam suatu organisasi.


Mendobrak Rintangan Kognitif

Untuk merobohkan rintangan kognitif, para pemimpin tipping point memberi perhatian pada aksi dari pengaruh tak proporsional: membuat orang melihat dan mengalami realitas yang keras secara langsung. Penelitian dalam neurosains dan sains kognitif menunjukkan bahwa orang mengingat dan merespon paling efektif pada apa yang mereka lihat dan percayai: �Melihat dulu baru percaya (seeing in believing).� Dalam ranah pengalaman, rangsangan positif memperkuat perilaku, sedangkan rangsangan negatif mengubah sikap dan perilaku. Kepemimpinan tipping point melandaskan diri pada pengetahuan ini untuk mengilhami perubahan cepat pada kerangka berpikir, yang didorong secara internal oleh pikiran orang itu sendiri. Alih-alih mengandalkan angka untuk merobohkan rintangan kognitif, para pemimpin tipping point membuat orang merasakan perlunya ada perubahan dengan terjun langsung ke tempat yang sulit/terburuk dan bertemu dengan konsumen yang tidak puas.


Melompati Rintangan Sumber Daya

Daripada berfokus untuk mendapatkan lebih banyak sumber daya, para pemimpin tipping point berkonsentrasi pada melipatgandakan nilai dari sumber daya yang mereka miliki. Berkenaan dengan kelangkaan sumber daya, ada tiga faktor pengaruh tak proporsional yang bisa ditingkatkan eksekutif untuk melepaskan sumber daya secara dramatis, disatu sisi, dan melipatgandakan nilai sumber daya disisi lain. Tiga faktor itu adalah titik panas, titik dingin, dan dagang-sapi.

Titik panas (hot spot) adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki input sumber daya rendah, tapi keuntungan kinerja potensial yang tinggi. Sebaliknya, titik dingin (cold spot) adalah kegiatan-kegiatan yang memiliki input sumber daya tinggi, tapi dampak kinerja yang rendah. Dalam setiap organisasi, biasanya banyak terdapat titik panas dan titik dingin. Dagang-sapi (horse trading) adalah mentransaksikan/ menukar kelebihan sumber unit lain demi mengisi celah sumber daya yang ada. Dengan belajar menggunakan sumber daya yang ada secara tepat, perusahaan kerap mendapati bahwa mereka bisa langsung merobohkan rintangan sumber daya.


Melompati Rintangan Emosional

Untuk dapat memotivasi pegawai secara efektif dan berbiaya murah para pemimpin tipping point menepaki jalan berbeda dan berusaha mencapai pemusatan yang masif. Mereka berfokus pada tiga faktor pengaruh tak proporsional dalam memotivasi pegawai, yaitu faktor pemain kunci (kingpin), manajemen kolam ikan (fishblow management), dan atomisasi

Memusatkan perhatian pada kingpin, untuk dapat menghasilkan perubahan strategis yang menghasilkan dampak yang riil jangan terlalu menyebarkan perhatian. Konsentrasikan kepada kingpins, para pemberi pengaruh kunci dalam organisasi. Mereka adalah orang-orang yang dalam organisasi merupakan pemimpin alamiah, yang sangat dihormati dan persuasif, atau yang memiliki kemampuan untuk membuka atau menghalangi akses pada sumber-sumber daya utama.

Menempatkan kingpin dalam kolam ikan, inti upaya memotivasi para kingpin secara lestari dan bermakna adalah berusaha menyoroti tindakan-tindakan mereka secara berulang-ulang dan tampak jelas. Ini yang disebut manajemen kolam ikan yang dimana tindakan dan kepasifan kingpin ditampakan setransparan mungkin kepada satu sama lain sebagaimana ikan transparan dalam kolam air. Supaya manajemen kolam ikan ini dapat bekerja harus didasarkan pada transparasi,inklusi dan proses yang adil.

Atomisasi, faktor pengaruh tak proporsional yang terakhir adalah atomisasi. Atomisasi berkaitan dengan pembingkaian tantangan strategis�salah satu tugas paling sensitif dan subtil bagi pemimpin tipping point. Konsepnya memecahkan masalah menjadi atom-atom kecil yang dapat diselesaikan.


Merobohkan Rintangan Politis

Untuk mengatasi kekuatan-kekuatan politik, pemimpin tipping point berfokus pada tiga faktor pemberi pengaruh tak proporsional : memanfaatkan malaikat,membungkam iblis, dan merekrut seorang consigleire pada tim manajemen atas Anda. Malaikat adalah orang-orang yang paling mendapat manfaat dengan adanya perubahan strategis. Iblis adalah orang-orang yang paling mendapat kerugian dari perubahan strategis. Dan, consigliere adalah orang dalam yang piawai secara politis, tapi sangat dihormati, yang sudah tahu mengenai semua jebakan yang ada, termasuk orang-orang yang akan menentang Anda dan orang-orang yang akan mendukung Anda.

Mendapatkan Consigilaire dalam tim manajemen, kebanyakan pemimpin berkonsentrasi membangun tim manajemen atas memiliki keahlian fungsional kuat, seperti pemasaran, operasional, dan keuangan�dan hal ini penting. Akan tetapi, pemimpin tipping point juga melibatkan satu peran yang hanya dipertimbangkan oleh sedikit eksekutif lain: peran consiligiere.

Memanfaatkan Malaikat Anda dan Membungkan Iblis Anda. Jangan bertempur sendirian. Jadikan suara yang lebih tinggi dan lebih luas bertembur bersama Anda. Identifikasikan penghalang dan pendukung Anda�lupakan pihak diantara keduannya�dan berusahalah mencari hasil yang menguntungkan kedua belah pihak. Tetapi, bergeraklah dengan cepat. Isolasi para penghalang Anda dengan menggalang koalisis yang lebih luas dengan malaikat-malaikat Anda sebelm pertempuran dimulai. Dengan begini, Anda akan menurunkan potensi terjadinya perang sebelum perang itu dimulai atau mendapatkan momentum.


Menentang Pengetahuan Umum

Upaya perubahan difokuskan pada bagaimana menggerakkan massa, dan ini menuntut sumber daya yang berlimpah dan kerangka waktu yang panjang�kemewahan yang hanya dimiliki oleh sedikit eksekutif. Kepemimpinan tipping point, disisi lain, mengambil jalan berbeda. Untuk mengubah massa, kepemimpinan ini berfokus mentrasformasikan kubu-kubu ekstrem: orang-orang, tindakan, dan kegiatan yang memberikan pengaruh tak proporsional kepada kinerja. Dengan mentransformasikan kubu-kubu ekstrem, para pemimpin tipping point mampu mengubah kondisi inti dengan cepat dengan biaya rendah demi mengeksekusi strategi baru mereka.

Tidaklah pernah mudah untuk mengeksekusi perubahan strategis, dan melakukannya secara cepat dengan sumber daya terbatas bahkan akan lebih sulit lagi. Tetapi, penelitian tentang ini menyatakan hal itu bisa dicapai dengan meningkatkan kepemimpinan tipping point. Dengan secara sadar menangani rintangan atau hambatan-hambatan terhadap pengeksekusian strategi dan berfokus pada faktor-faktor pengaruh tak proporsional. Anda juga bisa merobohkan rintangan-rintangan tersebut demi memuluskan perubahan strategis. Jangan mengikuti pengetahuan konvensional. Tidak setiap tantangan memerlukan tindakan proporsional atau setara. Berfokuslah pada tindakan-tindakan yang memiliki pengaruh tak proporsional. Inilah komponen kepemimpinan penting untuk mewujudkan strategi samudra biru. Aspek ini memadukan tindakan pegawai dengan strategi baru.




Sumber : buku Blue Ocean Strategy




Sponsored Links
Space available
Post Reply




Switch to Mobile Mode

no new posts