Tim Liputan 6 SCTV
02/12/2010 08:25
Liputan6.com, Washington: Presiden Amerika Serikat Barack Obama menunjuk seorang pakar antiterorisme untuk memimpin upaya mengurangi dampak penyebarluasan dokumen rahasia melalui situs
WikiLeaks, Rabu (1/12). Pakar itu juga bertugas mencegah pengungkapan data secara tidak sah pada masa depan.
"Wakil Direktur Pertukaran Informasi di Pusat Antiterorisme Nasional, Russel Travers, akan memimpin upaya komprehensif untuk mengidentifikasi dan mengembangkan pembaruan struktural yang dibutuhkan mengingat pelanggaran
WikiLeaks," jelas juru bicara Gedung Putih.
Upaya Washington itu dilakukan setelah
WikiLeaks mengungkapkan sekitar 250.000 kawat diplomatik rahasia AS. Banyak dari data itu mengungkapkan penilaian yang mempermalukan para pemimpin asing.
Penunjukan Travers membuktikan langkah substantif pemerintahan Obama dalam menghindari terulangnya kebocoran seperti itu. "Travers akan memberikan nasehat pada staf keamanan nasional mengenai aksi-aksi korektif, langkah-langkah pencegahan, dan rekomendasi-rekomendasi kebijakan terkait dengan pelanggaran itu," kata juru bicara Gedung Putih.
Travers juga akan mengoordinasikan pembicaraan-pembicaraan antarbadan mengenai tindakan-tindakan pengembangan berkenaan dengan teknologi atau perubahan kebijakan untuk membatasi kemungkinan kebocoran seperti itu terjadi lagi. Travers sebelumnya ditugasi untuk menyusun berkas informasi terkait terorisme yang mengalir ke badan-badan AS sejak serangan 11 September 2001.
Sosok Travers, menurut
Washington Post, adalah penjaga database tentang kelompok-kelompok teroris dan seorang koordinator prakarsa-prakarsa pertukaran informasi terorisme. Pusat Antiterorisme Nasional tempat ia bekerja, termasuk di antara beberapa badan yang gagal membongkar rencana untuk meledakkan sebuah pesawat AS pada Hari Natal tahun lalu.
Departemen Luar Negeri AS telah melancarkan peninjauan kembali atas prosedur keamanannya. "Departemen itu juga akan mengerahkan sebuah alat otomatis yang akan mengawasi secara terus-menerus jaringan rahasia untuk mendeteksi keganjilan-keganjilan dan mengerahkan staf yang akan menganalisa keganjilan-keganjilan tersebut," tambah juru bicara Gedung Putih.(ANT/SHA)