|
Closed Thread |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Sabtu, 22 Mei 2010
MAKASSAR - Menjadi seorang pemimpin tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Perjalanan panjang telah dilalui Komang Mahawira, lelaki kelahiran Singaraja, Bali, 25 Mei 1966, yang kini menjadi Direktur Akademi Pariwisata (Akpar) Makassar. Untuk menjadi seorang pemimpin, ayah dua putri ini telah menjalani pahit getirnya kehidupan. Demi memperoleh ilmu pendidikan, anak ketujuh dari 10 bersaudara ini harus menjadi pembantu rumah tangga di sebuah Warung Sop Saudara Luwu Timur. Kala itu suami Takdiriani duduk di kelas I SMA.Tetapi, karena orang tuanya hanyalah transmigran yang tidak mampu membiayai sekolah anakanaknya, Komang pun memutuskan mencari pekerjaan. Kebetulan saat itu Warung Sop Saudara membutuhkan seorang pembantu. Dengan bekerja sebagai pembantu di warung itu, alumnus S- 1 Fakultas Hukum Unhas ini pun tidak mendapatkan gaji, tetapi majikan membiayai sekolah juga pakaian. Kendati demikian, dia merasa tidak nyaman, sebab majikannya sering memandang sebelah mata. Namun, karena keinginannya sekolah, kenyataan pahit itu pun dihadapinya dengan penuh suka dan duka. Bekerja sebagai penjaga warung yang setiap hari harus menyiapkan kebutuhan warung, membantu majikan membuat bumbu masakan sup merupakan pekerjaan sehari-hari. �Saya biasanya selesai bekerja jam 11 malam, setelah warung tutup. Tetapi, saya tidak langsung tidur, sebaliknya mempergunakan sedikit waktu untuk belajar. Pukul 04.00 subuh, saya harus bangun menyiapkan kebutuhan warung dan jam 07.00 pagi saya berangkat ke sekolah,� katanya. Lelaki yang selalu terlihat ceria ini pun lebih lanjut menceritakan, sejak duduk di bangku SD hingga SMA, dia selalu mendapat peringkat pertama dan mendapatkan penghargaan dari sekolah. Hal yang tidak bisa dia lupakan ketika wali kelasnya datang ke Warung Sop Saudara dan memberikan penghargaan atas prestasinya dalam pen-didikan. Saat itu pula majikannya mulai salut dengannya. Pada 1984,saat duduk di bangku kuliah, anak I Nyoman Wija dan Ketut Seven ini pun kembali menjadi seorang pembantu rumah tangga di Toko Dipa, sebuah toko tekstil ternama di Makassar. Tujuannya sama ingin melanjutkan pendidikannya agar cita-citanya menjadi Menteri Transmigrasi bisa tercapai. Di Kampus Merah Unhas, satu per satu prestasi kembali diraihnya. Majikannya di Toko Dipa hanya membiayai kuliah sampai semester III, selebihnya Komang mendapatkan beasiswa Supersemar. Pada 1990, Komang Mahawira berhasil mendapatkan gelar sarjana hukum (SH). Kemudian dia melanjutkan pendidikan ke program S-2 dan mendapatkan gelar Master Hukum (MH) pada 2001. Sambil kuliah, ayah dari Gita dan Gina ini pun menjadi staf biasa di Departemen Pariwisata. Memasuki 2005, dia berhasil mendapatkan gelar doktor dalam Ilmu Hukum Unhas. Saat itu pula jenjang kariernya pun semakin meningkat hingga dia memimpin Akpar Makassar pada 11 Juli 2009. (andi amriani/koran si) (/) (rhs) Sumber : http://m.okezone.com/read/2010/05/22...akpar-makassar _______________________________________________ Kisah hidup yang sangat menginspirasi buat kita semua... Ga nolak klo diberi ![]() ![]() ![]() ![]() |
#2
|
|||
|
|||
![]()
wew ad yg sarjana jd tukang nyapu skrg prt jd direktur salut deh
![]() |
#3
|
|||
|
|||
![]()
dunia dah kebalik,.. :courage:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Closed Thread |
Thread Tools | |
|