Pasar Saham Asia Tergelincir dari Level Tertinggi 2 Tahunan
TOKYO - Pasar saham Asia turun dari level tertinggi dua tahunan mereka, setelah rencana pemangkasan pajak di Amerika, yang sudah lama ditunggu-tunggu, gagal menginspirasi investor. Selain itu, investor juga prospek pertumbuhan global dan kekhawatiran tentang risiko politik di Eropa. Indeks MSCI yang merupakan indeks terbesar di Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,1% setelah mencapai level tertingginya sejak Juni 2015. Sedangkan pasar saham Jepang, Nikkei N225 turun 0,3%.
Pasar saham global sempat menguat berkat bantuan putaran pertama pemilihan presiden Prancis, dan juga oleh tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global yang solid dalam beberapa bulan terakhir. Sayangnya, rencana pajak Amerika mendorong turunnya imbal hasil AS dan dolar AS. Pasar saham Amerika Serikat, Wall Street, berakhir turun 0,05% dan gagal memperpanjang kenaikan sebelumnya, yang didapat karena pandangan optimistis terhadap laba para emiten. Secara keseluruhan, keuntungan emiten di indeks S&P 500 meningkat 11,8% pada kuartal pertama, terbesar sejak 2011. Investor pun masih melihat Europan Central Bank (ECB) yang dijadwalkan mengadakan pertemuan pada hari Kamis, dengan fokus pada stimulus moneter di bulan-bulan mendatang. Meskipun tidak ada perubahan yang diharapkan, para pembuat kebijakan diharapkan mengirimkan sinyal kecil untuk mengurangi stimulus moneter di Juni.
Ekonomi Amerika Melambat, Jadi Ancaman Bagi Pasar Modal Indonesia
JAKARTA – Department of Commerce United States mencatat, gross domestic product (GDP) Amerika hanya meningkat 0,7%. Sementara pada kuartal IV tahun 2016, GDP di posisi 2,1%. Realisasi tersebut jauh dari harapan para ekonom, yang memproyeksikan GDP bisa meningkat menjadi 3%, Analis NH Korindo Securities Bima Setiaji mengatakan, penurunan PDB Amerika bisa menjadi kekhawatiran tersendiri bagi kondisi pasar modal Indonesia.
Pasalnya, dengan penurunan tingkat PDB, investor cenderung untuk mengalihkan dana mereka kepada safe haven seperti emas, dibandingkan masuk pada aset berisiko dalam pasar modal.
“Kalau kita lihat kan data pertumbuhan domestik bruto (PDB) AS periode kuartal I-2017 menurun menjadi 0,7% dari proyeksi ekonom senilai 1,3% dan triwulan IV-2016 sebesar 2,1%,” terang dia saat dihubungi Okezone. Sekadar informasi, pertumbuhan ini merupakan kinerja terlemah sejak kuartal pertama 2014. Kendati demikian, lonjakan investasi bisnis dan pertumbuhan upah menunjukkan adanya aktivitas yang positif.
Selain Amerika, perekonomian Inggris melambat tajam dalam tiga bulan pertama 2017, karena belanja rumah tangga terpukul inflasi yang tinggi, yang meningkat tajam sejak pemungutan suara Brexit tahun lalu. Kantor Statistik Nasional Inggris mencatat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan melemah ke level terendah satu tahunan di 0,3% dari sebelumnya 0,7% pada akhir 2016. Angka tersebut, lebih rendah dari perkiraan para analis sebesar 0,4%.
Dolar Tertekan, Rupiah Berjaya ke Level Rp13.294 per USD
JAKARTA - Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat. Rupiah pagi ini berhasil menguat ke level Rp13.200-an per USD.
Melansir Bloomberg Dollar Index, Rupiah pada perdagangan spot exchange rate di pasar Asia menguat 14 poin atau 0,11% ke Rp13.298 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp13.291-Rp13.307 per USD.
Analis Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, Rupiah berhasil menguat pada perdagangan Selasa bersama kurs lain di Asia. Dolar yang lemah lebih menjadi pemicu dibanding sentimen domestik yang justru sedang diliputi ekspektasi kenaikan inflasi serta ketidakpastian pengumuman peringkat utang oleh S&P.
"Ruang penguatan rupiah masih tersedia melihat dolar index yang terus tertekan walaupun secara fundamental, tren naik harga komoditas yang belum kembali, akan membatasi ruang apresiasi," ujar Rangga dalam risetnya.
Sementara Yahoofinance mencatat Rupiah hari ini menguat 16 poin atau 0,12% menjadi Rp13.294 per USD. Sepanjang perdagangan, Yahoofinance bergerak dalam rentang Rp13.115 per USD hingga Rp13.330 per USD.