Gerhana Bulan Total Terlama Tahun Ini (16 Juni 2011)
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Kamis, 16 Juni 2011, dini hari besok adalah kesempatan langka bagi masyarakat Indonesia untuk menyaksikan gerhana bulan total berdurasi panjang. Selama 100 menit bulan masuk ke dalam bayangan gelap Bumi.
Gerhana bulan total bisa dilihat mulai pukul 01.23 WIB dari berbagai tempat dengan syarat langit dalam kondisi cerah. Beberapa institusi dan komunitas astronomi mengadakan observasi bersama. Berikut ini lokasi pengamatan gerhana bulan total di beberapa kota.
1. Planetarium Cikini, Jakarta
Kegiatan dimulai Rabu, 15 Juni 2011, pukul 22.00 WIB hingga Kamis, 16 Juni 2011, pukul 05.00 WIB. "Pengamatan ini terbuka untuk umum, dipandu tim Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ)," ujar Ketua HAAJ Muhammad Rayhan kepada Tempo, Rabu, 15 Juni 2011.
2. Lapangan Timur, Monumen Nasional, Jakarta
Kegiatan dimulai Rabu, 15 Juni 2011, pukul 22.00 WIB hingga Kamis, 16 Juni 2011 pukul 05.00 WIB. Kegiatan dipandu tim Forum Pelajar Astronomi.
3. SMAN 38 Jakarta, Jalan Raya Lenteng Agung, Jakarta
Kegiatan dimulai Rabu, 15 Juni 2011, pukul 22.00 WIB hingga Kamis, 16 Juni 2011 pukul 05.00 WIB.
4. Planetarium Jagat Raya Tenggarong, Kalimantan Timur
Kegiatan dimulai Kamis, 16 Juni 2011 pukul 02.00 WITA. Planetarium menyediakan dua teleskop sebagai alat bantu pengamatan. "Kami juga akan memotret tahapan gerhana," ujar Staf Ahli Planetarium Tenggarong, Hanief Trihantoro, kepada Tempo, Rabu, 15 Juni 2011.
5. Masjid Asy-Syifa, Kompleks RS PKU Muhammadiyah, Jalan Yos Sudarso, Gombong, Jawa Tengah
Kegiatan dimulai Rabu, 15 Juni 2011, pukul 19.00 WIB.
Masyarakat juga bisa menyaksikan siaran langsung gerhana dari setidaknya enam kota di Indonesia. Tayangan ini bisa diakses melalui http://bosscha.itb.ac.id.
sumber
|
Quote:
16 Juni 2011 mendatang Indonesia akan mengalami gerhana bulan total terlama untuk tahun ini."Gerhana bulan total nanti akan terjadi sekitar 1,5 jam," kata Thomas Djamaluddin, profesor riset bidang astronomi dan astrofisika dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional kepada VIVAnews melalui sambungan telepon, Selasa 7 Juni 2011.
Total durasi gerhana, dari mulai gerhana bulan sebagian awal sampai akhir, kata Djamal, diperkirakan berlangsung selama 3 jam 20 menit, yakni dari pukul 01.22 WIB - 05.02 WIB. Durasi itu, Djamal menambahkan, lebih panjang dari gerhana bulan total yang juga akan terjadi pada 10 Desember 2011 mendatang.
Dibandingkan dengan gerhana bulan Desember nanti, gerhana 16 Mei ini juga memiliki peluang lebih besar untuk bisa dinikmati dengan mata telanjang, mengingat saat ini memasuki musim kemarau. "Gerhana bulan Desember nanti relatif lebih sulit diprediksi, karena berada di musim hujan," kata dia.
Djamal juga mengungkapkan, ini kesempatan bagi masyarakat untuk mengetahui kualitas lapisan atmosfer bagian atas (lapisan stratosfer yang berada di ketinggian di atas 5.000 meter dari permukaan bumi) yang mungkin selama ini dicemari oleh akumulasi debu-debu vulkanik.
Pasalnya, debu-debu vulkanik yang sampai di lapisan atmosfer bagian atas, bisa bertahan hingga bertahun-tahun. Contohnya, letusan Gunung Pinatubo yang terjadi pada 1991 dan memakan ratusan korban jiwa, debu vulkaniknya bertahan hingga dua tahun.
Menurut Djamal, kualitas atmosfer itu bisa diukur dengan melihat kecerahan warna garis antara bayangan bumi dengan cahaya bulan. Bila warna cahaya bulan terlihat cerah dan tegas, maka kualitas atmosfer lebih baik. Tapi bila warnanya lebih gelap, maka kualitas atmosfer lebih buruk.
Djamal memisalkan, setelah letusan Gunung Tambora pada 1815 yang menewaskan sekitar 100 ribu jiwa, atmosfer lapisan bumi saat itu tertutup debu vulkanik sampai beberapa waktu sehingga saat gerhana bulan, garis antara bayangan bumi dengan cahaya bulan berwarna gelap dan baur.
Selain itu, Djamal juga menerangkan, ketika gerhana bulan total terjadi, maka bulan, bumi, dan matahari berada dalam satu garis dan secara teoritis potensi pelepasan energi tektonik atau vulkanik berada di titik maksimum. Sebab, saat itu gaya tarik yang dialami oleh bumi melebihi gaya tarik di waktu-waktu pasang biasa pada tiap awal dan tengah bulan.
"Secara teori peluang pelepasan energi di waktu itu berada di kondisi maksimum. Namun, kita tidak bisa memastikan kapan energi tersebut benar-benar dilepaskan sehingga bisa terjadi gempa atau letusan gunung berapi," kata Djamal.
Oleh karenanya, kata Djamal, sebaiknya kita tak terlalu mencemaskan hal itu. Sebaliknya menurut Djamal, ini merupakan kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan gerhana bulan dengan lebih baik. "Kita bisa bangun lebih awal, melakukan salat gerhana, dan menyaksikan gerhana bulan yang relatif cukup panjang."
sumber
|
Quote:
[BANDUNG] Apabila cuaca cerah pada Kamis (16/6) malam besok maka masyarakat Indonesia akan bisa menyaksikan salah satu fenomena alam yang cukup unik, yaitu gerhana bulan total. Fenomena gerhana bulan total kali ini menjadi unik karena peristiwanya akan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang, mulai dari pukul 01:25 WIB hingga 05:04 WIB.
Direktur Observatorium Bosscha, Hakim L. Malasan mengatakan peristiwa gerhana bulan total pada tahun ini akan terjadi sebanyak dua kali, pada tanggal 16 Juni dan 10 Desember 2011.
“Yang bulan Juni ini menarik karena prosesnya cukup panjang dalam periode 100 tahun ini,” ujar dia kepada SP di kantornya, Rabu (15/6) pagi.
Menurut Hakim, pada wilayah Indonesia bagian barat, bulan akan mulai tertutup oleh bayangan Bumi pada pukul 02:25 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 03:14 WIB.
“Gerhana bulan total yang pada bulan Desember akan terjadi selepas magrib,” katanya.
Hakim menyarankan agar masyarakat yang ingin menyaksikan peristiwa tersebut mengakses laman Observatorium Bosscha di www.bosscha.itb.ac.id karena pengamatan yang dilakukan menggunakan teleskop modern itu akan disiarkan langsung lewat jaringan internet.
“Kami juga bekerjasama dengan jaringan pengamatan hilal yang tersebar mulai dari Aceh sampai ke Mataram.”
Kerjasama tersebut, ungkap Hakim, melibatkan observatorim di Lhoknga (Nanggroe Aceh Darussalam), Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasam (Pekanbaru), Planetarium Tenggarong (Kalimantan Timur), Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), Rukyatul Hilal Indonesia di Yogyakarta, hingga Universitas Negeri Mataram.
“Yang paling pertama bisa melihat gerhana itu dari Mataram. Semuanya akan disiarkan lewat jaringan internet,” kata Hakim.
Pengamatan dengan jaringan hilal ini dilakukan sebagai persiapan untuk uji coba penghitungan hisab menjelang 1 Ramadhan atau puasa nanti. Hakim mengungkapkan pengamatan di Bosscha sendiri akan dilakukan oleh lima tim yang memiliki misi berbeda-beda.
“Mulai dari yang persiapan untuk pengamatan hilal, pengamatan oleh para peserta olimpiade astronomi, sampai ke tim yang akan membuat film tentang gerhana bulan,” ujarnya.
Pengamatan di Observatorium Bosscha sendiri akan menggunakan berbagai teleskop modern yang semuanya ditujukan untuk merekam peristiwa tersebut.
“Semuanya dilengkapi kontrol komputer, video, sampai ada yang menggunakan spektrum.”
Gerhana bulan total kali ini, sambung Hakim, bisa dilihat dengan mata telanjang apabila cuaca cerah. Meski terhalang oleh Bumi, cahaya matahari masih dapat menerobos dan mencapai bulan. Akibatnya di langit, bulan tidak tampak hitam melainkan berwarna kemerahan.
Dampak gerhana bulan total ini ke bumi hanya pada pasang surut laut. Menurut Hakim, gerhana tersebut juga bisa disaksikan penduduk negara lain di sekitar Indonesia hingga Mikronesia dan India.
sumber
|
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana bulan penuh akan terjadi Kamis (16/6) dini hari. Keunikan gerhana bulan penuh kali ini dibandingkan yang sebelumnya adalah karena peristiwa alam tersebut akan bisa disaksikan di seluruh wilayah Indonesia secara merata.
Peristiwa gerhana bulan nanti adalah gerhana bulan total pertama pada tahun 2011 ini. Gerhana bulan total kedua diprediksi akan terjadi 10 Desember nanti."Total tahun ini akan terjadi enam gerhana," kata Astronom Institut Teknologi Bandung (ITB), Moedji Raharto.
Dua dari total enam gerhana tersebut adalah gerhana bulan total, sedangkan empat lainnya adalah gerhana matahari sebagian. Peristiwa gerhana matahari pertama dan kedua sudah terjadi masing-masing 4 Januari dan 1 Juni lalu, namun peristiwa tersebut tidak bisa dilihat di Indonesia, begitu juga gerhana matahari pada 1 Juli dan 25 November nanti.
Menurut Moedji, peristiwa nanti merupakan peristiwa yang unik karena bulan yang masuk ke umbra bumi sama sekali tidak dapat sorotan cahaya dari matahari kecuali yang dibelokkan bumi. Ia memprediksi akan terdapat warna-warni di daerah umbra yang merupakan indikator dari tanggungan debu aerosol yang ada di angkasa bumi. "itu sangat unik karena saat ini sering hujan, meskipun seharusnya masuk musim kemarau," katanya
Moedji menyatakan tinggi gerhana bulan nanti rata-rata adalah 45 derajat. Khusus untuk wilayah Indonesia bagian timur, seperti Jayapura, tampaknya tingginya hanya 20 derajat.
Moedji merinci, fenomena gerhana umbra nanti sebenarnya akan berlangsung sejak pukul 01.22 WIB sampai pukul 05.03 WIB. Namun gerhana bulan total hanya akan berlangsung selama satu jam 41 menit, yakni dari pukul 02.2 WIB sampai 04.03 WIB. Puncak gerhana bulan total akan berlangsung pada pukul 03.13 WIB, yaitu ketika posisi pusat bundaran blan berada dekat dengan sumbu kerucut Umbra.
Momen gerhana Umbra 16 Juni 2011 akan berlangsung dini hari pada jam 01:22 wib – jam 05: 03 wib. Kemudian Bulan meninggalkan Penumbra pada jam 06:01 wib. Diantara momen gerhana Umbra tersebut terdapat momen gerhana Bulan Total yang akan berlangsung selama 1 jam 41 menit yaitu antara jam 02.22 WIB sampai 04.03 WIB.
sumber
|
Quote:
TEMPO Interaktif, Bandung - Tahun ini akan terjadi dua kali gerhana bulan total yang bisa terlihat di Indonesia, yaitu pada 16 Juni dan 10 Desember. Saat itu, bulan akan muncul dengan warna baru dan mengalami proses gerhana yang cukup panjang. “Spektakuler untuk disaksikan,” kata Direktur Observatorium Bosscha, Lembang, Jawa Barat, Hakim L. Malasan, Selasa, 7 Juni 2011.
Gerhana bulan total akan terjadi pada 16 Juni dini hari dan bisa disaksikan dari seluruh wilayah di Indonesia. Di Indonesia bagian barat, proses gerhana akan dimulai pukul 01.25 hingga 05.04 WIB. “Bulan akan mulai tertutup pukul 02.25 dan totalnya pada 03.14 WIB”, ujarnya.
Hakim mengatakan, proses gerhana ini cukup lama atau panjang dibanding gerhana bulan total biasanya karena terjadi dini hari hingga menjelang fajar. Ia juga menyarankan umat Islam agar melakukan sholat gerhana dulu sebelum subuh. “Biasanya gerhana bulan pada malam hari, kali ini menjelang pagi” katanya.
Fenomena alam itu rencananya akan disiarkan langsung lewat Internet oleh Observatorium Bosscha bersama jaring pengamatan hilal dan pemerintah yang bakal melakukan uji coba streaming baru. Kerjasama ini, kata Hakim, melibatkan observatorim di Yogyakarta, Aceh, Pakanbaru, Lapan di Pameungpeuk, dan Mataram. “Direkam dengan teropong, lalu disiarkan di Internet,” ujarnya.
Menjelang 1 Ramadhan atau puasa, momen gerhana juga akan dipakai untuk uji coba penghitungan hisab. Adapun bagi para astronom, gerhana bulan total bisa dimanfaatkan untuk melihat tingkat kebersihan atau kekotoran atmosfer.
Saat gerhana bulan, kata Hakim, cahaya matahari masih dapat menerobos celah atmosfer bumi hingga sampai ke bulan. Akibatnya di langit, bulan tidak tampak hilang atau berwarna hitam penuh seperti saat gerhana matahari total. “Cahaya bulan hanya redup saja, kemerahan. Itu akan jadi ukuran kotornya atmosfer kita,” ujarnya.
Dampak gerhana bulan total ini ke bumi hanya pada pasang surut laut. Menurut Hakim, gerhana tersebut juga bisa disaksikan penduduk negara lain di sekitar Indonesia hingga Mikronesia dan India.
Adapun gerhana bulan total kedua tahun ini akan terjadi pada 10 Desember 2011. Berbeda dengan gerhana 16 Juni, pada akhir tahun itu gerhana akan muncul sebelum tengah malam. Waktunya, kata Hakim, dimulai pukul 19.46 WIB. Total gerhana terjadi pukul 21.04 dan selesai 23.17.
sumber
|
Quote:
TEMPO Interaktif, Jakarta - Gerhana bulan total kembali menghampiri Indonesia. Gerhana kali ini istimewa karena masuk kategori gerhana terpanjang dalam satu abad terakhir, yaitu selama 100 menit. Fenomena astronomi ini bisa disaksikan dari Afrika, Eropa, Asia, dan Australia.
Di Indonesia, gerhana bulan bisa disaksikan pada dini hari, 16 Juni 2011, mulai pukul 01.23 WIB, ketika piringan bulan mulai memasuki bayangan gelap Bumi (umbra). Seluruh permukaan bulan berubah gelap pada pukul 02.22 WIB. Selama 110 menit berikutnya, bulan akan berada di dalam umbra Bumi.
Secara teori, gerhana bulan terpanjang yang bisa disaksikan manusia berdurasi 107 menit. Untuk mencapai rekor tersebut, bulan harus melintas persis di tengah titik pusat umbra.
Pada gerhana bulan kali ini, lintasan bulan sedikit melenceng dari titik ini sehingga terjadi selisih durasi gerhana selama 7 menit dari rekor yang mungkin terjadi. "Namun, perbedaan ini tipis sekali, menjadikan peristiwa kali ini sebagai gerhana berdurasi panjang," ujar Deputi Sains Pengkajian Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penelitian Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, kepada Tempo, Senin lalu.
Menurut catatan, terdapat tiga kali gerhana bulan total berdurasi panjang dalam satu abad terakhir, yaitu pada 16 Juli 1935, berlangsung 101 menit; 6 Juli 1982, berlangsung 107 menit; dan 16 Juli 2000, berlangsung 107 menit.
Dari ketiga gerhana berdurasi panjang tersebut, Indonesia hanya sekali disinggahi, yaitu pada tahun 2000. Kesempatan gerhana berdurasi panjang berikutnya baru bisa disaksikan tujuh tahun lagi, yaitu pada 27 Juli 2018.
Selama 110 menit berada di dalam umbra, bulan tidak menghilang sama sekali. Cahaya matahari masih sempat dihamburkan oleh atmosfer Bumi yang tipis.
Sebaran cahaya ini lebih banyak menghamburkan warna merah sehingga membuat bulan purnama yang biasanya memancarkan kilau putih keperakan menjadi merah. Terang cahaya bulan yang hari itu berada dalam fase purnama mendadak berkurang 10-100 ribu kali hanya dalam beberapa jam.
Namun, Thomas mengingatkan bahwa gerhana bulan total tak selamanya sesuai dengan pengalaman. Aerosol yang terkandung dalam atmosfer akan sangat menentukan warna bulan. Dia mencontohkan gerhana bulan total yang terjadi hampir dua abad lalu setelah peristiwa letusan Gunung Tambora. Ketika itu, abu Tambora menyebar ke seluruh permukaan atmosfer, mengotori udara yang menyelimuti Bumi.
"Akibatnya, saat gerhana total, bulan benar-benar hitam tak terlihat," tuturnya. "Gerhana bulan total selalu memberi kejutan. Jadi, kita lihat saja seperti apa warnanya," kata dia.
Warna bulan pada saat gerhana bisa bervariasi, mulai hitam, merah tua, merah bata, hingga merah kecokelatan, bahkan jingga. Ahli astronomi Australia menduga abu vulkanik akan membuat gerhana bulan total berwarna lebih merah.
Ahli astronomi dari Canberra, Paul Floyd, mengatakan gerhana bulan total biasanya berwarna jingga atau kemerahan karena atmosfer Bumi bertindak seperti sebuah lensa lemah yang membawa cahaya dari matahari ke dalam bayangan. Namun, tahun ini gerhana ada kemungkinan lebih merah daripada biasanya karena ada abu yang dipancarkan ke atmosfer Bumi dari letusan gunung api di Cile dan Islandia.
"Gerhana ini berpotensi akan sangat merah, tak sekadar jingga, tapi kita tak akan tahu sampai itu terjadi," kata Floyd.
Untuk mengamati gerhana, Thomas menganjurkan masyarakat menggunakan mata telanjang agar seluruh tahapan gerhana bisa terlihat. Jika membutuhkan alat bantu, Thomas menganjurkan penggunaan binokuler supaya bulan terlihat lebih besar.
Penggunaan teleskop tidak dianjurkan karena membuat medan pandang menjadi sempit sehingga tidak seluruh piringan bulan terlihat.
Menurut Direktur Observatorium Bosscha, Hakim L. Malasan, gerhana bulan total kali ini datang pada saat yang tepat. "Indonesia sedang memasuki musim kering sehingga kemungkinan langit cerah sangat besar," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman Hakim meneropong bintang di Observatorium Bosscha, langit setelah dini hari bebas dari gangguan awan. Karakteristik cuaca seperti ini amat bergantung pada kondisi geografis masing-masing wilayah. Oleh karena itu, masyarakat bisa mengenali pola cuaca di tempat tinggalnya sebelum melakukan pengamatan gerhana bulan total.
Di daerah pedesaan, gerhana bulan total akan tampak lebih indah. Sejurus setelah bulan tersembunyi di balik umbra, awan putih terang tampak memanjang dari barat daya ke utara. Awan putih ini adalah Galaksi Bima Sakti, tempat bermukimnya 200 miliar bintang, termasuk matahari.
ANTON WILLIAM | CANBERRATIMES
sumber
|
Last edited by mesugeneh; 15th June 2011 at 01:26 PM.
|