|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() ![]() Ilustrasi [/quote]
Quote:
Siapa bilang masuk ruang-ruang diorama Monumen Nasional itu perlu uang? Tidak juga ya, paling tidak pada Kamis siang lalu (8/12), saat tiketnya bisa diubah menjadi 10 botol kemasan bekas air mineral. Ya, siang itu pengelola Monumen Nasional punya gawe khusus mengaitkan wisata dengan kesadaran lingkungan hidup. Caranya sangat mudah, mendorong masyarakat membuang sampah pada tempatnya dan bahwa sampah anorganik itu juga memberi nilai ekonomi alias nafkah yang lumayan. Pada siang itu, ada yang cukup berbeda karena ada satu mesin berbentuk kotak berkelir merah-kuning yang mirip mesin ATM. Namun sosoknya lebih besar lagi dan dilengkapi unit memindai dan lubang cukup besar; dari lubang tertutup plastik itulah botol kemasan bekas air minum dimasukkan setelah dipindai labelnya. Nama alat yang cukup berat dan kekar namun menyenangkan dalam penggunannya adalah Reserve Vending Machine (RVM). Dalam bahasa Indonesia populernya sederhana saja: mesin mengolah sampah. Mesin ini sendiri sebetulnya telah beberapa kali hadir di ruang publik walau masih pada kalangan terbatas dan kini publik memiliki akses menggunakan sekaligus "menikmati" khasiatnya. "Hanya dengan sepuluh botol plastik bekas anda bisa mengajarkan kepada anak anda bagaimana cara membuang sampah yang benar, sekaligus mengajarkan sejarah Indonesia," kata seorang pengelola Tugu Monumen Nasional itu. Mengumpulkan 10 botol kemasan bekas air minum itu berarti seseorang mengumpulkan 50 poin karena satu botol yang disetorkan dihargai 10 poin. "Harga" tiket masuk menurut cara itu adalah minimal 50 poin. Botol-botol plastik yang dimasukkan ke dalam mulut mesin itu akan dicacah menjadi serpihan plastik, dan serpihan-serpihan dengan daya tampung hingga puluhan kilogram itulah yang kemudian dijual kepada pengepul plastik bekas. RVM diserahkan untuk dipergunakan oleh pihak-pihak di Tanah Air yang peduli dengan kelestarian lingkungan kepada pengelola Tugu Monumen Nasional itu. Mereka tergabung dalam Program Gerakan Membuang Sampah (Gemas), dan diprakarsai Jaring Bisnis Indonesia (IBL), PT Tirta Investama (Danone Aqua) dan LKBN ANTARA. RVM ditempatkan di pintu masuk ruang diorama Tugu Monumen Nasional selama setahun. Apakah cuma itu kegunaan mesin buatan Korea Selatan itu? Ternyata jauh lebih lagi, karena yang ingin dicapai adalah proses mengedukasi masyarakat agar biasa membuang sampah pada tempatnya. Mungkin "target" ini sangat sederhana kedengarannya, yaitu membuang sampah pada tempatnya. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena berkaitan dengan "budaya" perilaku masyarakat yang terlanjur telah terbentuk. "Mesin ini bisa menjadi edukasi kepada masyarakat dan anak-anak sejak dini untuk membuang sampah pada tempatnya," kata seorang perwakilan dari Danone-Aqua. Direktur Eksekutif IBL, Yanti Triwadiantini, mengatakan upaya itu juga bagian dari Program Kemitraan dan Bina Lingkungan beberapa perusahaan yang bekerja sama. "Gerakan ini diharapkan dapat mengubah perilaku orang dan gerakan ini menjadi bentuk kepedulian kami terhadap sosial," katanya. Adapun Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, yang juga hadir pada kesempatan itu, berujar, "Perjuangan kita semua hari ini bukan lagi merebut kemerdekaan seperti dulu, melainkan membangun masyarakat baru lebih arif. Bersama IBL dan Danone-Aqua, ANTARA turut ambil bagian membangun Indonesia yang hijau dan sehat." Mesin pendaur ulang sampah plastik (Reserve Vending Machine/RVM) ditempatkan di pintu masuk ruang sejarah Monumen Nasional (Monas) selama satu tahun sebagai salah satu implementasi Program Gerakan Membuang Sampah (Gemas). Tiga pihak, yakni Indonesia Business Links (IBL), PT Tirta Investasi (Danone Aqua), dan LKBN ANTARA di Jakarta, Kamis, sepakat memprakarsai Program Gemas dan secara resmi menyerahkan satu unit mesin pendaur ulang sampah plastik RVM kepada Kepala UPT Monas, Rini Hariani. "Salah satu masalah di kota besar adalah masalah sampah sehingga sudah saatnya kita mengedukasi masyarakat tentang perilaku pengelolaan sampah plastik secara mandiri," kata Vice President Corporate Secretary PT Tirta Investama (Danone Aqua), Parmaningsih Hadinegoro. Mesin RVM merupakan mesin daur ulang sampah berbobot 450-500 kg yang dilengkapi alat sensor benda guna menyeleksi botol yang dimasukkan plus monitor ukuran 32 inci berupa LCD monitor. Dalam operasionalnya mesin RVM dapat diatur secara spesifik untuk menerima bentuk sampah tertentu, misalnya sampah plastik. Alat itu bekerja dengan dilengkapi monitor yang disiapkan untuk hanya menerima sampah kemasan botol plastik dan kaleng yang benar-benar sudah kosong. RVM akan menolak bila di dalam sampah botol plastik dan kaleng tersebut masih berisi air. Di layar monitor juga akan muncul ajakan kepada masyarakat untuk mengikuti dan membiasakan diri dalam membuang sampah. Mesin tersebut diimpor oleh PT Reksa Kencana yang juga memperkenalkan pengalaman membuang sampah yang menyenangkan (fun) dan mendapat penghargaan (rewarding). Fun karena masyarakat bisa melihat dan merasakan sendiri proses penghancuran sampah. Dan, rewarding karena setelah membuang sampah masyarakat akan mendapatkan poin yang kemudian dapat ditukarkan dengan tiket masuk ke Monas. Kepala UPT Monas, Rini Hariani, mengatakan pihaknya menyambut baik program yang diimplementasikan di Monas berikut penempatan alat RVM di lingkungan monumen tersebut. "Melalui pengalaman membuang sampah yang menyenangkan dan mendapatkan penghargaan, setiap sampah atau botol plastik yang dimasukkan akan mendapat 5 poin. Dengan mengumpulkan sejumlah poin akan dapat ditukarkan dengan tiket masuk Monas di loket penjualan tiket," katanya. Sementara itu, Direktur Eksekutif IBL, Tanti Triwidiantini, mengatakan pihaknya menginisiasi aksi tersebut dengan melibatkan perusahaan yang berkomitmen melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk Indonesia yang lebih baik. "Kami sebagai lembaga nirlaba berupaya untuk menggalang kesadaran pelaku bisnis untuk selalu peduli dan bertanggung jawab," katanya. Direktur Utama Perum LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf, mengatakan pihaknya turut ambil bagian dalam gerakan membangun Indonesia yang hijau dan sehat. "RVM atau Si Gemas adalah ikon gerakan agar bangsa ini menghargai kedisiplinan warganya yang juga mencintai Indonesia dan lingkungan," katanya. Pihaknya sebagai kantor berita dan pengelola portal publik antaranews.com akan turut menyebarkan berbagai kegiatan yang terkait dengan program Indonesia hijau dan sehat. Mesin RVM sendiri telah ditempatkan di pintu utama masuk Ruang Sejarah Monas sejak Selasa (6/12) dan rencananya akan berada di tempat itu selama setahun ke depan. SUMBER & SUMBER Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|