|
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Pembalap Movistar Yamaha Jorge Lorenzo. (Yamaha MotoGP) Banyak orang tak mengira bahwa Jorge Lorenzo akan menjadi orang paling galak soal tabrakan Valentino Rossi dan Marc Marquez di Sepang, padahal dia adalah orang paling diuntungkan akibat insiden itu. Kecamannya terhadap sesama pembalap Yamaha Rossi lebih ganas dan lebih cepat datangnya dari para pembalap Honda dan juga tim Repsol Honda, pihak yang paling berkompeten mengkritik Rossi karena Marquez jatuh di balapan itu. Kalau Dani Pedrosa masih sempat bergurau dengan Rossi di atas podium, Lorenzo justru menunjukkan tanda jempol terbalik pada rekannya itu. Pedrosa hanya bicara diplomatis, Marquez pun cuma menyindir “dia dapat 16 poin, saya nol.” Lorenzo? “Saya kehilangan hormat pada Vale, hukuman dia terlalu ringan, nama besar dia mempengaruhi Race Direction” dan sebagainya. Repsol Honda kemudian mengeluarkan pernyataan yang mengisyaratkan agar Rossi dihukum lebih berat, tapi masih keduluan Lorenzo yang berkata tanpa bahasa isyarat: “Rossi harus didiskualifikasi.” Semua orang tahu bahwa dengan hukuman start paling belakang di seri pamungkas nanti, peluang Rossi meraih titel juara dunia ke-10 tiba-tiba meredup. Lorenzo di atas kertas menjadi lebih diunggulkan karena dia punya rekor bagus di Valencia, membalap di kandangnya sendiri, dan berpeluang mengungguli Rossi dengan selisih beberapa pembalap di antara mereka. Bayangkan, selain Lorenzo ada delapan pembalap Spanyol yang harus dilewati Rossi dari posisi paling buncit, dan salah satu dari mereka adalah Marquez! Sembilan pembalap di negara sendiri, pada seri pamungkas musim 2015, mereka tentu akan sangat ngotot. Karena mendapat “durian runtuh” ini, banyak orang menduga Lorenzo akan membuat pernyataan standar misalnya: aksi Rossi disayangkan, ini mencedarai sportivitas MotoGP, atau malah no comment. Mereka keliru. Sepanjang 17 balapan yang telah digelar sejauh ini, Lorenzo seperti memendam seusatu terhadap Rossi, yang akhirnya mencapai titik didih dan meledak jadi luapan emosi di Malaysia. Apa itu? Rasa Takut Terhadap Rossi Ini bukan pernyataan “tanpa dasar”, karena Lorenzo sendiri yang “tanpa sadar” mengungkapkannya. Simak pernyataan-pernyataan dia yang lain usai Grand Prix Malaysia: “Valentino akan start dari posisi terakhir di grid. Mungkin saja turun hujan, mungkin kering, mungkin dia dapat masalah, namun dia tetap bisa menjadi juara dunia, dan ini bukan final kejuaraan yang adil, setelah apa yang terjadi di trek hari ini." "Jika Rossi menang, bagi saya dia bukan juara dunia yang sah saat ini, tahun ini." Apa cerminan dari pernyataan itu? Satu kata: takut. Valentino akan start dari posisi terakhir di grid… namun dia tetap bisa menjadi juara dunia = takut. Mungkin saja turun hujan, mungkin kering, mungkin dia dapat masalah, namun dia tetap bisa menjadi juara dunia = takut. Jika Rossi menang, bagi saya dia bukan juara dunia yang sah saat ini = takut, karena secara logika, dengan Rossi start paling belakang, Lorenzo lebih berpeluang menang. Rasa takut terhadap Rossi ini juga tercermin dari tuntutannya agar Rossi didiskualifikasi, atau tidak mendapat poin di Malaysia. Jika demikian, mereka berdua akan menuju Valencia dengan Lorenzo unggul 13 poin, bukan tertinggal tujuh poin. Nah, baru Lorenzo tidak takut. Jadi Lorenzo lebih galak dan lebih cepat dari Honda dalam merespons kasus ini, karena dia takut sanksi yang diterima Rossi tidak cukup untuk melumpuhkan The Doctor. ![]() Apa Dasar yang Lain? Lorenzo pantas was-was terhadap Rossi, karena ketika dia menjadi pembalap Yamaha paling kencang, Rossi masih bisa menyalipnya seperti di Jerman dan Jepang. Bahkan ketika dia menjadi orang terkencang di planet sehingga Marquez pun menyerah, Rossi bisa memenangi balapan seperti kasus Silverstone yang diguyur hujan. Lalu ketika Lorenzo mulai bisa unggul di balapan hujan Misano dan bisa di depan Rossi, dia malah terjatuh. Dari sudut pandang Lorenzo, ada faktor lain yang tak bisa dijelaskan nalar sehingga menjadi kencang saja tak cukup untuk mengalahkan Rossi. Dia pun butuh faktornya sendiri, dan mungkin dia melihat kasus di Sepang adalah saatnya. Lorenzo sudah menang enam kali musim ini, Rossi baru empat trofi, tapi faktanya setelah sekitar delapan bulan MotoGP digelar, dia cuma sempat memimpin klasemen selama dua pekan saja, selebihnya adalah Rossi. Kalau mengamati riwayat ini, reaksi Lorenzo di Sepang tak mengagetkan lagi. Lorenzo: Rossi yang Takut Menarik untuk diulas juga, Lorenzo justru yang menuduh Rossi takut, tapi itu terjadi dua hari sebelum balapan di Sepang. Kita tahu, sebelum Grand Prix Malaysia dimulai Rossi menuduh Marquez sengaja mempermainkan dia untuk keuntungan Lorenzo dalam balapan di Australia. “Mungkin dia takut kejuaraan ini akan menjadi lebih sulit karena kecepatannya tak cukup untuk melawan Marc, saya atau malah Dani Pedrosa,” kata Lorenzo ketika itu. ![]() |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|