|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
ini gan tradisi-tradisi perang yang masih eksis di bali..
perangnya bukan pake pistol, pedang, ama golok tentunya gan ![]() Spoiler for perang api: Tradisi dengan sarana prakpak (daun kelapa kering) digelar setiap dua tahun sekali, tepatnya pada hari Pangerupukan atau sehari sebelum hari raya Nyepi. Tradisi perang api didesa Jasri, selain untuk menyambut pergantian tahun baru caka, juga dilakukan serangkaian dengan upacara usaba Dalem didesa adat setempat. Sebelum perang api dimulai, warga yang mengikuti tradisi tersebut sebelumnya melakukan persembahyangan. Selanjutnya mereka terbagi dalam tiga kelompok besar masing-masing menempati sebelah utara disekitar pohon beringin, sebelah selatan dipatung salak dan bagian tengah di Bale Agung. Meskipun panas terkena semburan api, namun ratusan warga Jasri yang mengikuti tradisi tersebut nampak tetap bersemangat. Tidak ada terlihat wajah ketakutan. Tradisi dua tahunan ini juga menjadi tontonan wisatawan. Spoiler for foto: ![]() Spoiler for perang tipat: Perang ini adalah sebuah ritual tradisi tahunan yang digelar sejak tahun 1337 oleh masyarakat lokal di Desa Adat Kapal, Kabupaten Badung, Propinsi Bali. Perang Ketupat merupakan bentuk rasa terima kasih warga kepada Sang Hyang Widhi atas panen juga sebagai doa agar terhindar dari kekeringan. Perang yang tergolong unik itu setiap tahun sekali wajib dilakukan masyarakat Desa Kapal, kabupaten Badung, sesuai perintah (bhisama) Ki Kebo Iwa sejak tahun 1263 atau tahun 1341 masehi. Kepercayaan tersebut dilakukan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga kini masih tetap lestari. Perang ketupat itu ditujukan kepada masyarakat Desa Kapal untuk melakukan “Tajen pengangon” untuk mohon keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Tradisi ini sering juga disebut Aci Rah Pengangon oleh masyarakat setempat. Ritual ini diawali dengan upacara sembahyang bersama oleh seluruh warga desa di pura setempat. Pada upacara tersebut, pemangku adat akan memercikan air suci untuk memohon keselamatan para warga peserta Perang Ketupat ini. Spoiler for foto: ![]() Spoiler for perang pandan: Perang pandan atau yang sering disebut mekare-kare di Desa Tenganan, Manggis , Karangasem, Bali dilakukan oleh para pemuda dengan memakai kostum/kain adat tenganan, bertelanjang dada bersenjatakan seikat daun pandan berduri dan perisai untuk melindungi diri. Tradisi ini berlangsung setiap tahun sekitar bulan Juni, biasanya selama 2 hari. Perang pandan diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan, setelah itu perang pandan dimulai dan kemudian ditutup persembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan menghaturkan tari Rejang. Pasangan pria yang masing-masing dilengkapi perisai anyaman dan bersenjata seberkas potongan daun pandan berduri beradu ketangkasan untuk saling melukai lawannya. Duri pandan yang tertancap dalam atau merobek daging tubuh disusul cucuran darah segar adalah risiko bagi pelaga yang tidak tangkas menangkis. Namun, dari atraksi itu pengunjung juga disuguhi pemandangan kontras. Aksi saling melukai tersebut justru dilakukan sambil mengembangkan senyum ceria. Atraksi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra. Sang dewa perang itu dihormati dengan darah sehingga atraksi perang pandan dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan. Spoiler for foto: ![]() Spoiler for mekotek: perang kayu yang selalu dilakukan warga Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali, di setiap perayaan Kuningan. Perang ini berbeda dari perang pada umumnya. Tidak ada senjata tajam dan satu sama lain tidak saling menyerang. Mekotek sendiri diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain. Seribu lebih warga dari 12 banjar di desa Munggu ikut serta dalam tradisi yang diwariskan saat perayaan kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam. Setiap warga yang mengikuti Mekotek diwajibkan membawa sebuah kayu jenis pulet yang panjangnya sekitar 3,5 meter. Warga kemudian terbagi dalam beberapa kelompok dan menggabungkan kayu-kayu tersebut hingga berbentuk kerucut. Kemudian, ada salah seorang warga yang naik di atas tumpukan kayu tersebut untuk ditabrakkan dengan kelompok yang mendirikan tumpukan kayu yang lain. Selain sebagai simbol kemenangan, Mekotek juga merupakan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa desa ini puluhan tahun lalu. Pada tahun 1915, Belanda melarang diadakannya tradisi Mekotek karena takut terjadi pemberontakan, kemudian munculah bencana berupa wabah penyakit yang menewaskan 10 orang setiap harinya," ujar Ketua Kerta Desa Munggu Ida Bagus Gede Mahadewa. "Setelah itu, kami melakukan negosiasi dengan Belanda dan akhirnya diizinkan kembali untuk menggelar kembali tradisi ini dan tidak pernah ada lagi bencana seperti sebelumnya," tambahnya. Spoiler for foto: <div class="spoiler">Spoiler for perang jempana: <div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_570daaea8a237" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;">Tradisi Perang Jempana rutin di laksanakan setiap 210 hari (6 bulan) sekali yaitu setiap Hari Tumpek Kuningan atau sepuluh hari setelah hari Raya Galungan. Perang Jempana merupakan ritual cengkrama para Dewa yang dilaksanakan saat perayaan Hari Raya Kuningan, yaitu serangkaian perayaan kemenangan "Dharma" (kebenaran) melawan "Adharma" (kejahatan) <div class="spoiler">Spoiler for foto: <div id="bbcode_spoiler_content" style="margin: 0px; padding: 6px; border: 1px solid #CCC;background: #EEE;color:#000;"><div class="content_spoiler_570daaea8aaf4" id="bbcode_inside_spoiler" style="display: none;background: #EEE;"> |
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|