KURANG dari 20% spesies dari tanaman dan hewan yang hidup di hutan tropis dunia mungkin tidak akan mengalami perubahan hingga akhir abad ini selama terjadinya
global warming atau pemanasan global.
Penemuan tersebut berdasarkan studi terbaru yang dikepalai oleh Departemen Global Ecology Carnegie Institution yang dipublikasikan Conservation Letters, jurnal milik Society for Conservation Biology. Menurut data yang didapat, nanti pada 2100, hanya 18% dari 45% tanaman dan hewan yang membentuk ekosistem di hutan tropis tetap bertahan seperti pada saat ini.
Di Amerika Latin dan Afrika, sekitar 2/3 dari keanekaragaman hayati di hutan tropis daerah tersebut telah berubah akibat dari perubahan iklim dan penebangan hutan yang membuat perubahan pada lahan di daerah tersebut. Di Asia dan dan kepulauan Pasifik, penebangan dan penggundulan hutan juga merupakan penggerak utama atas terjadinya perubahan ekosistem.
Para ilmuwan menyimpulkan, setelah melihat daerah yang disebabkan dari perubahan iklim, dibutuhkan integrasi peta satelit dari penebangan dan penggundulan dan data beresolusi tinggi. "Ini adalah kompilasi proyeksi dampak global pertama untuk ekosistem hutan tropis lembab yang dipengaruhi oleh tekanan gabungan tersebut," kata Greg Asner dari institusi itu.
"Untuk wilayah dunia yang diproyeksikan paling menderita dari perubahan iklim, pengelola lahan bisa fokus pada upaya mengurangi tekanan dari deforestasi. Ini membantu spesies menyesuaikan diri dengan perubahan iklim atau meningkatkan kemampuan mereka untuk melalui masa kritis itu dengan selamat," katanya.
Hutan tropis merupakan rumah bagi lebih dari setengah spesies tanaman dan hewan di seluruh muka bumi. Namun, kombinasi dari perubahan iklim, penebangan, dan penggundulan hutan akan membuat ekosistem yang berada di dalamnya untuk terus beradaptasi, bergerak, dan bahkan musnah
sent CABE aja ndan, kirbal oN

