Login to Website

Login dengan Facebook

 

Post Reply
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
ondelondel's Avatar
ondelondel
Ceriwis Lover
 
Join Date: May 2012
Posts: 1,996
Rep Power: 16
ondelondel mempunyai hidup yang Normal
Default Surat seorang IBU kepada anaknya

Anakku,

Pada waktu masih kecil dulu, kamu sering

rewel, ngambeg bila tidak diberi uang jajan,

atau sulit bila disuruh mandi. Kau ingat

betapa manjanya kamu. Setiap kali kau lari

ke pangkuanku bila engkau bertengkar dengan kakakmu, bila dimarahi ayah, atau

bila dinakali teman-temanmu. Aku menjadi

saksi untuk masa kecilmu yang manja,

sehingga aku tak sempat lagi mengurus diri

atau pergi sesuka hati.....



Kini engkau sudah dewasa,

Aku bangga padamu, engkau harapanku.

Namun aku sering sedih melihat

kelakuanmu; kala engkau bermalas-

malasan untuk bangun, kala bermain

seharian tak tahu waktu. Hampir-hampir aku menangis bila kuingat betapa sulitnya

menyuruhmu belajar, mengerjakan PR,

atau mengingatkanmu untuk tidak

membolos. Sepertinya kau tidak tahu

bahwa ini semua demi kamu sendiri.

Sungguh aku tidak bermaksud mau menyengsarakanmu dengan aturan-

aturanku. Aku ingin engkau bahagia, bisa

hidup pantas di tengah-tengah dunia yang

penuh dengan persaingan ini. Kamu harus

pandai supaya tidak mati tertelan jamanmu

nanti.....



Anakku,

Betapa sedihnya aku, ketika aku kau tuduh

orang tua kolot, orang tua yang tidak

mengikuti jaman, atau orang tua

kampungan. Aku ingin dipahami bahwa

kalau kusuruh kau bergaul tidak sembarangan, berpakaian yang pantas

dan mau menghargai orang lain, adalah

sungguh-sungguh supaya kamu menjadi

manusia yang bermoral, bukan begajulan

yang menghancurkan hidupnya dengan

mau hidup sebebas-bebasnya....



Kau lihat betapa banyak teman sebayamu

yang sudah harus berhenti sekolah untuk

mengasuh anak, betapa banyak teman

seusiamu jatuh pada obat bius dan

pornografi. Anakku, aku tahu engkaupun

tidak ingin menjadi seperti itu....



Sungguh kalau aku keras dalam hal ini

karena aku tahu betapa halusnya bujukan

setan dan betapa beratnya hidup yang

tidak tegas terhadap yang jahat. Aku ingin

kau pun memahami itu. Hatiku akan hancur

bila sikapmu selalu melawan aku, bila kau selalu menganggap dirimu benar sendiri....



Setiap malam aku berdoa untukmu, tak

sekejap pun engkau hilang dari hidupku.

Bila aku sedang memasak di dapur, yang

kubayangkan adalah kepuasan makanmu

dan juga kesehatan tubuhmu. Bila aku ikut

membantu bekerja, yang kuinginkan engkau tidak terhambat karena biaya. Bila

kubenahi kamarmu yang selalu berantakan

yang kuinginkan agar kau krasan di rumah.

Bila kubelikan kau baju-baju yang modis,

aku ingin kau tidak malu pada teman-

temanmu. Dan bila aku merawat kesehatan tubuhku sendiri, aku hanya ingin agar aku

dapat lebih lama lagi mendampingi dan

menyerahkan hidup kepadamu....



Sekarang ini kamu sudah dewasa, banyak

hal sudah dapat kau lakukan sendiri.

Lambat laun akan terasa bahwa hidupmu

memang menjadi tanggung jawabmu

sendiri; tidak ada seorangpun yang dapat

menggantikannya termasuk ibumu ini. Mohon jangan kecewakan aku dengan

sikap keras kepalamu yang kekanak-

kanakkan itu. Aku tidak cemburu kalau

kamu sekarang sudah melebihi aku dalam

segalanya. Aku malah bangga karena

Tuhan sudah berkenan membiarkan aku ikut menyaksikan pembentukkan hidupmu.

Seperti sebatang lilin, hidupku sudah

meleleh habis... dan sebentar lagi pasti akan

padam... untuk menerangi hidupmu,

anakku. Kini engkau sendiri sudah mulai

menyala, lebih terang dari yang kupunya....



Anakku,

kalau engkau memang sulit menerima aku

yang sering rewel, kolot atau lamban ini,

aku mohon paling tidak kamu mau

menghormati ayahmu. Sepanjang hari

setiap hari selama bertahun-tahun dia bekerja keras untukmu, hingga tubuhnya

lemah, hingga kulitnya kerut merut tertimpa

banyak penderitaan. Cintanya padamu

membuatnya tidak malu untuk bekerja di

tempat-tempat yang kotor, membuatnya

tahan duduk berjam-jam menangani tugas- tugas yang membosankan, dan

membuatnya setia menjagai kita semua....



Dia juga hanya ingin agar kita ini

berbahagia. Anakku, jangan sia-siakan

cintanya. Jarang sekali dia mengeluh kala

menghadapi beratnya beban kehidupan,

tugas-tugas berat dan tuntutan anak-

anaknya. Di hadapan kita, dia selalu tersenyum dan tertawa gembira. Kadang-

kadang aku merasa kasihan kepadanya

kalau dia tidak bisa pulang seharian, kalau

tubuhnya yang sudah kecapaian itu harus

dipaksa untuk bekerja lagi. Saya sendiri

sering merasa bersalah karena rasanya hanya memperlakukan ayah seperti kuda

beban atau sapi perahan. Kita bisa beli ini

itu, bisa pergi ke sana kemari atau bermain-

main dengan santai di rumah, sementara itu

dia hanya puas dengan secangkir kopi dan

baju yang itu itu saja, dia juga tidak mempunyai banyak waktu untuk bersantai-

santai seperti kita. Sungguh anakku, aku

mohon hormatilah ayahmu....



Akhirnya,

Sebagai orang tuamu aku minta maaf kalau

selama ini aku kadang-kadang egois,

menuntut terlalu berlebihan, kolot dan keras

terhadapmu. Maafkan aku bila aku kurang

mengerti kebutuhan-kebutuhan dan dunia mudamu. Kadang aku masih

menganggapmu seperti anak-anak yang

harus kuatur segalanya agar tidak keliru.

Maafkan aku anakku, yang membuat

banyak kesalahan atau malah

menyengsarakanmu, yang tidak dapat mencintai dengan cara yang cocok dengan

keinginanmu. Kata maaf darimu adalah

hadiah yang paling kutunggu....



Anakku,

Aku sudah kangen kamu. Ingin rasanya

kubisikkan aku sayang kamu. Hanya peluk

ciumku untukmu.....



Ibumu...



Sponsored Links
Space available
Post Reply




Switch to Mobile Mode

no new posts