|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
[/quote]
Quote:
ane mau share tulisan yang menurut ane cerdas banget ni , tentang konser SID dan PWG di PRJ kemaren , cekidot ! Hai! Perkenalkan, namaku Dewa Made Cakrabuana Aristokra. Panggil saja aku Dewo, sebagaimana teman-teman sejak TK memanggilku sampai sekarang. Tahukah kamu, kemarin aku baru saja menonton konser live Superman Is Dead setelah sekian lama? Sekian lama... ya, lama sekali! Dan konser kemarin -konser yang kutunggu-tunggu itu- jujur saja agak membuatku sedih. Sedikit sedih ditengah kebanggaan di dada akan kebesaran Superman Is Dead sekarang. Pekan Raya Jakarta jadi saksi pertemuan kami kembali. Bagian menarik dari pertemuan kali ini -entah karena panitianya memang lugu atau bagaimana- mereka menyepanggungkan SID dengan, ehm... Pee Wee Gaskins!!! Panitia yang sangat berani, bahkan terkesan nekat, bukan?! Baik, ini ulasan peristiwanya! Pertama-tama, bayangkanlah sebuah lautan manusia beratribut Outsiders memenuhi bibir panggung dengan kaos, topi, bahkan poster besar pokoknya semua berbau Superman Is Dead. Nah, dimanakah anak Dorky, para fans PWG berada? Of course tidak ditengah-tengah massa hitam-merah ini, mereka ada di belakang. Dan massa berwarna-warni ngejreng dan terlihat masih belia sekali. And the mad time begin! Dimulai dengan MC yang (dibayar untuk) cerewet, dimana setiap mereka menyebut kata-kata tertentu langsung disambut koor "WUU...." dari penonton, sampai pada sesi wawancara pertama untuk PWG yang jauh dari khusyuk. Bagaimana tidak, lontaran teriakan "Anj*ing lo!!!", "Turun bang*sat!!!", dan sebangsanya meluncur dengan fasih dari penonton tiap mendengar kata "Pee Wee Gaskins", "PWG" maupun "Dorky". Belum lagi lautan jari tengah yang mewabah di udara. Outsiders malam itu kompak duduk manis, memberi pesan bahwa PWG yang dipanggung itu tak layak mendapat atensi. Pokoknya, kalau kau menjadi PeeWee malam itu, kau akan menangis dan berlari pulang. Sambil menutupi wajah! Aku pernah punya band, kami pun pernah diteriaki atau dimaki-maki. Itu memang kehidupan wajar bagi tumbuh kembang sebuah band, apalagi yang hidup ditengah massa penuh asap rokok dan bau alkohol. Karena itu ku tahu pasti, keadaan itu akan membuat perut para personel mulas-mulas. Persis seperti saat ku diteriaki oleh para pemabuk di Peanut Bar, Kuta dulu! Sesi wawancara Pee Wee berakhir. Tak lama kemudian, sesi wawancara SID dimulai. Lautan manusia yang tadi duduk manis serentak berdiri. Semua bertepuk tangan. Aku juga berdiri, sumringah. Pertanyaan MC mengalir seiring jawaban dari SID, dimulai yang nyleneh sampai yang serius. Tapi sebelum meninggalkan panggung, Ari Astina alias JRX mengambil microphone dan berpesan,
Quote:
"...nanti jangan ada lempar-lemparan, ya. Atau kami pulang..." Yeah... Sebuah ancaman? Bukan juga. Sudah bukan rahasia lagi bila PWG manggung, berbagai material akan beterbangan ke arah panggung. Semua penonton bertepuk mendengar pesan damai JRX sang orator ini. Aku pun membatin, "bijak sekali kau, JRX... penonton membutuhkan kata-kata itu!" Tapi bahkan pesan langsung dari bibir sang idola tak bisa menempel lama di dahi pemirsa! Begitu PWG naik panggung, massa beringas dan lupa pada aksi duduk diam mereka! Berdiri, berteriak, mengumpat, mengacungkan jari tengah. Hellyeah, meski miris, aku masih manganggap ini oke-oke saja. Tapi -sayang beribu sayang- mulai ada aksi lempar-lempar. Hmm... Panitia mungkin membaca bahwa suasana terlalu panas dan harus segera didinginkan. Secepatnya! Mulailah mereka menyemprot air. Aku awalnya kegirangan, berjingkrak di bawah semprotan air konser yang selalu menyenangkan sambil menari liar ala setan. Tapi ini kok makin deras, haha. Aku pun menyingkir agak ke pinggir. Ternyata semprotan itu sukses membubarkan kerumunan kesetanan secara halus. Tapi masih saja material-material beterbangan. lagu pertama PWG berakhir... ... dan hal mencengangkan itu terjadi!!! Aku tersenyum bangga melihat apa yang nampak di panggung saat ini... Superman Is Dead, tiga pahlawan sejak aku masih ingusan 9 tahun lalu, muncul dari belakang panggung berasap dan berdiri di pinggir panggung. Gagah sekali! Susah payah aku mendongakkan leher agar bisa melihat mereka. Kemudian JRX dengan lantang berkata...
Quote:
"...Kalian terserah berteriak atau mengacungkan jari apapun, tapi tolong jangan melempar sesuatu. Properti band kesayangan kalian juga bisa jadi korban. Hargai band mereka, biarkan mereka menjadi diri mereka sendiri. Menjadi diri sendiri itu tidak mudah, dan usaha itu harus kita hargai..." kata-kata selanjutnya tak kudengar jelas, karena tepuk tangan dan elu-elu membahana terdengar lagi. Ending orasi sang drummer dapat kutangkap sedikit ... "... jangan bikin malu kami..." Yeah... Pee Wee kembali melanjutkan bernyanyi, dan benda-benda beterbangan lagi. Aku terus mengacungkan jari tanda piss ke udara, meski orang-orang yang sibuk mengacungkan jari tengah memandang murka padaku. Aku tak peduli... karena memang itu yang ada di hatiku, itu yang ingin ku sampaikan. Sebuah jari tanda damai! Saat asik mengacung jari, orang disebelah kiri ku -yang sejak tadi memperhatikan- mendadak bicara... "nggak aneh kok bro. Yeah, inilah hidup sebuah band!" Hah? Aku bingung, antara orang ini berbicara padaku, atau ia berbicara dengan dirinya sendiri. "Ingat SID awal-awal muncul dulu?" ia bertanya retoris padaku, "bahkan lebih parah dari ini! Dilempari botol air kencing, panggungnya dibakar, dan lain-lain" Teman disebelahnya mendengarkan, dan menyela, "Tapi PWG tu songong, bro! Tadi anak dork diluar mukulin anak kecil yang berbaju SID" Ia senyum saja. "Emang lo liat? Ah, gosip mah biasa. Dulu SID juga digosipin anti sama etnis Jawa, punya tatto fuck Java, kan? Tapi terbukti itu gosip doank. Kalo niat benci emang dapet aja lah alasannya" ... Mereka berdua asik berdiskusi lagi, sementara aku sibuk dengan pikiranku. Di depan, Pee Wee Gaskins sedang menyanyikan "Dari Mata Sang Garuda" dengan latar bendera merah putih dan Garuda Pancasila. Sayangnya masih ada yang mengacungkan jari tengah. Pikiran melayang dengan adegan flashback, awal ku berkenalan dengan Superman Is Dead... * * * Sejak kelas satu SMP, Superman Is Dead sedang muncul-munculnya dengan album Kuta Rock City. Bahan kekasihku kala itu bercerita bahwa ayahnya disuruh membeli kaset Peterpan malah beli album Kuta Rock ! Tapi yah... perjanannya tidak mulus. Banyak yang mencibir, dari masalah etnis tadi, sampai ke mengungkit-ungkit skill. Tapi aku kala itu terpukau. Kagum! Mulailah aku teratur mendengarkan album ini secara intens lewat kaset tape yang legendaris. Artwork albumnya juara! Merah dengan gambar bergaya stempel hitam. Seketika lelaki di SMP 1 Negara jadi suka mengkancing kerah baju teratas dan berambut mohawk, biar mirip JRX katanya. Aku pun berusaha keras belajar lagu "Kuta Rock City", karena band ku akan membawakannya di panggung sekolah yang biasanya dipenuhi pop Bali, haha ! Banyak yang mencibir, tapi disanalah serunya. Seru menjadi pemberontak, seru punya pendirian musik dan lifestyle, serta seru menjadi minoritas. Bagaimana tidak minoritas? Dulu SID dicap sebagai band biang rusuh. Tiap konser selalu menyerempet bahaya. Dan kami, sekelompok anak desa tetap memberi dukungan penuh. Demi Kuta Rock City, demi Ephedrine King, demi Burn for You, demi Disposable Lies, dan segala demi-demi lain. Ditengah lautan pencibir, kami pemberontak. Dan itu sangat menyenangkan. Punk dan perlawanan terhadap budaya mainstream selalu menjadi pasangan manis, bagaikan kopi dengan pisang goreng di pagi terakhir sebelum hari kiamat; anggun nan horor! Bukankah perasaan berdiri tegak menantang itu juga sedang bergemuruh di dada adik-adik dorky dibelakang sana sekarang? Mereka sedang melawan arus mainstream yang benci PWG dengan datang ke arena PRJ lautan outsiders. Bagaimana aku tak respek pada orang-orang pemberontak macam ini? Aku dulu bangga menjadi muda beda dan berbahaya. Kini, Superman Is Dead sudah besar. Tak ada lagi lemparan, hujatan saat pentas, apalagi bensin dan obor untuk menyulut panggung. Kini ada kata "outsiders" yang menjadi sahabat SID di setiap pestanya. Namun, di malam gelap dengan panggung gemerlapan ini, aku, Dewa Made Cakrabuana Aristokra, pengikut setia Superman Is Dead sejak nyaris 10 tahun lalu merasa rindu akan sesuatu. Mengapa kini ada orang yang mengaku cinta SID justru melempari band lain? Mengapa kini ada orang yang mengaku cinta SID justru menghujat band lain ditengah pentasnya? Tidak kah mereka belajar sesuatu dari perjalanan penuh keringat dan darah band pujaannya ini? Mengapa mereka justru melakukannya pada orang lain? Aku bingung... update di post 2 Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|