|
Go to Page... |
Post Reply |
Tweet | Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
cekidot ajah gan/sis! [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for First, Read Me!:
Maaf kalo bahasanya acak adut, sebenarnya ini curcol ane di notepad gan. Ane posting supaya apa yang ane alamin bisa diambil hikmahnya buat pelajaran di masa yang akan datang Dear orang tua kami tersayang, Perkenankan kami mencurahkan pikiran dan perasaan kami. Dulu sewaktu kami kecil, kami punya cita-cita ingin menjadi seseorang katakanlah arsitek. Jauh diluar pikiran kami saat itu, anda bermimpi ingin mempunyai anak yang berprofesi sebagai ahli IT. Namun, anda masih berpikir.. terlalu kecil usia kami bagi anda untuk mendoktrin sebuah impian yang selama ini anda pendam, dan saat kami mulai bingung mengisi lembar biodata: Cita-cita: . . . kamipun bertanya, �Ma.. Pa.. kalo cita-citaku jadi seorang arsitek kira-kira bagus gak ya?� dengan terpaksa anda mengatakan �IYA!� toh anda pikir biarlah anak ini berkreasi dengan mimpinya, toh hanya cita-cita dalam sebuah kertas. Demikianlah lalu kita menulis Cita-cita: Arsitek Namun ambisi dan kesempurnaan mulai menguasai pikiran anda, suatu hari selepas kami puas bermain dengan crayon. Kami ingin menunjukkan �ini loh hasil karya kami, hasil karya anakmu� dengan menyodorkan lembaran penuh warna namun anda dengan mudahnya mengatakan �Gambar kamu jelek! Kamu itu gak bakat gambar, gak usah dipaksain deh� Kata-kata tersebut terngiang dalam pikiran kami, seolah menghancurkan kepercayaan diri kami. Tahukah anda? Saai itulah anda mulai membatasi anak anda untuk berkarya. Dilain hari sepulang kantor, anda bercakap dengan rekan anda yang kebetulan putra/putrinya memenangkan suatu lomba menggambar. Disitu anda merasa iri, �Kenapa anak orang ini bisa? Tapi anakku tidak!� Sesampainya di rumah anda bercerita pada kami tentang hal tersebut, jujur.. saat itu kami bingung.. dilain sisi kami ingin seperti mereka bisa membahagiakan orang tua dengan berkarya tapi bukankah selama ini karyaku dianggap jelek yah.. Jadi tolong jangan salahkan kami saat kami mulai berhenti berkarya, itu salah anda! Saat kami mulai beranjak dewasa, perlahan anda mulai berkisah tentang dongeng seorang ahli IT.. dan berusaha mengganti tulisan yang pernah menjadi impian kami sewaktu kecil: Cita-cita: Arsitek Ahli IT satu, dua.. sepuluh tahun berlalu.. tiba saatnya kami bisa menggunakan nalar kami, kami mulai mengerti apa yang anda inginkan selama ini. Karena terdesak oleh keinginan kami untuk membahagiakan anda dan status kami mungkin seperti menjadi anak bungsu dimana posisi kami sebagai harapan terakhir atau mungkin sebagai anak sulung yang akan bertanggung jawab menjadi teladan bagi adik-adik kami. Sungguh sulit rasanya untuk memaksakan keinginan kami sendiri dalam posisi ini. Tibalah kami membuat keputusan untuk mengabulkan keinginan anda dengan pikiran �kapan lagi kami bisa membuat anda bahagia, tak apalah sekali ini kami mencoba bersusah payah demi senyuman manis anda� Suatu hari di sekolah saat pelajaran seni, guru seni mulai menilai karya siswa/siswinya satu persatu namun kami merasa malu untuk menunjukkan karya kami karna doktrin anda selama ini �kamu tidak berbakat� tahukah anda apa yang dikatakan guru seni saat melihat hasil karya kami �Nak, kamu adalah pemuda yang berbakat. Mengapa tidak kau tekuni bidang ini? Sedikit lagi diasah kamu bisa berpartisipasi menyumbangkan karyamu di dunia seni� kamipun hanya bisa menjawab �Maaf pak, kata orang tua saya dari kecil saya itu gak pernah bisa gambar yang bagus dan saya tidak berbakat di dunia itu� dan saat itu kami berusaha membesarkan hati kami dengan mempercayai kata-kata anda daripada kami harus berontak yang berakhir dengan perlawanan anda. Hari-hari sebagai mahasiswa di jurusan yang sesuai dengan keinginan anda berlalu, kami mulai merasa kesulitan karna ini bukan bidang yang kami kuasai. Saat pola hidup kami mulai berubah dengan segala tugas yang mematikan karna kami sangat payah mengerjakan dengan memaksakan apa yang kami tidak suka hingga suatu hari keluarlah nilai kami.. Tidak cukup baik! Andapun emosi dan mulai membandingkan dengan anak orang lain �kenapa nilai kamu gak sebagus anak itu, gak pernah belajar ya? Atau maen aja selama di kosan?� Tahukah anda kami sering tidak tidur.. begadang untuk memahami selembar diktat yang sepayah apapun tak kunjung paham, atau kami berpikir untuk menyelesaikan tugas yang benar-benar kami tidak mengerti. Karna kami paham betul, kami tidak ingin menyia-nyiakan keringat anda untuk membiayai kami menuntut ilmu. Tapi toh, ternyata sesusah apapun kami memaksakan diri untuk menyukai bidang ini toh tetap saja merasa Maaf, ini bukan bidang yang kami bisa taklukkan. Dilain kesempatan, rekan anda bercerita kembali tentang putra/putrinya yang sukses mencari tambahan sendiri dengan karyanya. Andapun kembali bercerita itu pada kami, sebenarnya kami ingin tapi maaf kami tidak lagi sempat berpikir untuk menghasilkan karya yang anda katakan jelek karna kami sibuk memahami mata kuliah yang tidak kami sukai. Tolong mengerti kami.. Saat waktu libur tiba bahkan anda tidak memberikan kesempatan bagi kami untuk sejenak menenangkan diri dengan alasan �Kamu harus belajar buat semester depan!� atau �Kamu jarang-jarang di rumah kok mau keluar, pergaulan diluar itu tidak baik nak� tapi apa yang anda lakukan? Tidak sedikitpun ada inisiatif untuk merubah pola pikir anda untuk mencoba terbuka pada kami atau sedikit meluangkan waktu untuk berlibur bersama atau hanya sekedar bercanda. Ya, kami paham.. anda sibuk dengan pekerjaan anda kan? Belum usai pendidikan kami, anda kembali menjejali impian anda pada kami untuk melanjutkan studi di bidang yang sama. Tapi kali ini maaf, kami bukan keledai yang akan jatuh pada lubang yang sama. Kami ingin merdeka, rasanya cukup sudah mengorbankan diri kami menderita untuk kebahagiaan anda. Tolong ridhoi kami kali ini untuk memilih jalan kami sendiri, menjadi diri sendiri.. Saat kami memberi surat ini kepada anda, tolong jangan mengelak dan mengatakan �Itu salahmu!!� seperti yang pernah kami coba secara terbuka sebelumnya, karena perasaan kami juga bisa hancur.. dan akan menyesal karena kerja keras kami tidak dihargai. Sekian, semoga anda mau membuka diri untuk mengerti dan memahami keadaan kami. Salam sayang, Anakmu Terkait:
|
Sponsored Links | |
Space available |
Post Reply |
|