Ceriwis

Tahukah Kamu? Kebanyakan Makan Keju Bisa Meningkatkan Risiko Kanker Prostat Loh!

Ilustrasi pizza mozzarella.
Ceriwis – Baru-baru ini, para peneliti memperingatkan bahaya mengonsumsi produk susu, seperti keju. Menurut mereka, terlalu banyak mengonsumsi produk susu itu bisa meningkatkan risiko terkena penyakit kanker prostat. Sementara mengonsumsi makanan nabati, seperti umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, rumput laut, jagung, dan kacang-kacangan, tampaknya bisa mengurangi risiko terkena penyakit ini.
Hal ini diungkap para peneliti dalam sebuah riset terbaru. Riset itu telah dipublikasikan di Journal of American Osteopathic Association pada 21 Oktober 2019. Dalam riset itu, tim peneliti dari Mayo Clinic mempelajari lebih dari 47 artikel ilmiah yang diterbitkan antara 2006 dan Februari 2017, yang secara keseluruhan melibatkan lebih dari 1 juta peserta.
Riset ini menemukan bahwa orang yang mengonsumsi produk nabati, seperti vegetarian dan vegan, berisiko lebih rendah terkena kanker prostat. Sedangkan orang-orang yang banyak mengonsumsi produk hewani, dan khususnya produk susu, dikaitkan dengan peningkatan terkena penyakit kanker prostat.
Peneliti menjelaskan bahwa kanker prostat banyak ditemukan di negara barat, di mana orang-orang di sana menjadi konsumen terbesar makanan mengandung kalsium. Sebaliknya, kanker prostat jarang ditemui di negara-negara Asia, di mana masyarakatnya lebih sedikit mengonsumsi makanan seperti susu dan keju atau yang mengandung kalsium tinggi.
Kanker prostat pada pria.
Setiap tahunnya, ada sekitar 174.650 kasus baru kanker prostat. Ini menjadikannya sebagai penyakit paling umum yang diderita pria selain kanker kulit. Kanker prostat menjadi penyakit kedua penyebab kematian akibat kanker di AS, setelah kanker paru-paru. Kanker protat sedikitnya telah membunuh sekitar 31.620 orang setiap tahun. Penyakit ini paling umum menyerang pria usia lanjut, di atas 66 tahun.
“Riset kami menyoroti kekhawatiran tingginya konsumsi produk susu. Temuan ini juga mengungkap potensi bermanfaat dari pola makan nabati,” ujar Dr. John Shin, salah satu anggota tim peneliti, seperti dilansir Newsweek.
Meski begitu, para peneliti mengatakan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji validasi temuannya. Misalnya, dengan melakukan uji coba kontrol acak dan melihat efek dari faktor gaya hidup lainnya, seperti merokok dan olahraga.
Ilustrasi memegang penis.
Di sisi lain, menurut Tom Sanders, seorang profesor emeritus nutrisi dan dietetika di King’s College London yang tidak terlibat dalam riset, temuan ini masih perlu dikaji lebih lanjut. Menurutnya, metode yang digunakan dalam penelitian ini masih memiliki banyak kelemahan.
“Penelitian ini terdapat sejumlah kelemahan, terutama dalam analisis statistik yang tidak mendukung kesimpulan yang membenarkan keterkaitan antara konsumsi produk susu dan risiko kanker prostat,” ujar Sanders.
“The World Cancer Research Fund, dalam penelitian yang jauh lebih ketat, menemukan bahwa kelebihan berat badan atau obesitas, adalah salah satunya faktor yang paling tinggi terkait risiko terkena kanker prostat. Penelitian itu hanya mempertimbangkan asupan susu dan kalsium sebagai salah satu faktor yang mungkin menyebabkan kanker prostat.”
Menurut Sanders, adapun alasan kenapa seorang vegan lebih rendah terkena kanker prostat daripada pemakan daging ini karena vegan biasanya memiliki berat badan yang lebih ringan ketimbang pemakan daging.
Sementara itu, Weilin Wu, ahli dari Cancer Research U.K. yang tidak terlibat dalam riset, mengatakan bahwa temuan riset ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Wu menambahkan bahwa tidak ada satu “makanan ajaib” yang bisa menurunkan risiko kanker dengan sendirinya.
“Pola makan seseorang secara keseluruhan jauh lebih penting dibanding mengonsumsi satu jenis makanan saja,” kata Wu.
“Jadi, daripada memenuhi keranjang belanjaan Anda dengan jamur, lebih baik Anda mengonsumsi sayuran yang bervariasi demi gaya makan yang seimbang dan menjaga Anda memiliki berat badan yang sehat,” imbuh dia.

Melanie Putri