FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Nasional Berita dalam negeri, informasi terupdate bisa kamu temukan disini |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
JAKARTA - Rencana pasangan Arif Afandi-Adies Kadir (Cacak) menggugat hasil pilwali ke Mahkamah Konstitusi (MK) ditanggapi santai oleh Mahfud M.D. Ketua MK tersebut mengatakan, pihaknya siap menerima permohonan itu dan akan memutus sesuai dengan bukti-bukti yang diajukan. "Kalau memang bukti kuat, ya akan kami putus sesuai dengan permohonannya," kata Mahfud kepada Jawa Pos di gedung MK kemarin (9/6).
Pada kesempatan tersebut, Mahfud juga menegaskan bahwa pihaknya akan bersikap netral dan tidak bakal mau diintervensi pihak mana pun. Dia juga menyatakan tidak sungkan meski Adies adalah putra Wakil Ketua Mahkamah Agung (MA) Bidang Yudisial Abdul Kadir Mappong. Apalagi, Mahfud yakin Abdul Kadir juga tidak akan ikut-ikutan mengintervensi. "Rugi kalau hakim agung mengintervensi saya. Sebab, begitu intervensi, dia sudah kalah satu poin dengan saya. Artinya, begitu dia titip perkara, saya akan kurangi nilainya sehingga akan semakin kalah," tandasnya. Mantan menteri pertahanan di era Presiden Abdurrahman Wahid itu menegaskan, siapa pun tak bisa mengintervensi MK. "Jangankan anak hakim agung, anak ketua Mahkamah Agung saja, atau presiden sekalipun, nggak bisa intervensi. Begitu mencoba intervensi, poinnya kurang," papar pria asal Madura tersebut. "(Kalau ada intervensi, Red), rasa ingin membela itu menjadi turun untuk yang bersangkutan. Sehingga jangan coba-coba intervensi," tuturnya. Sementara itu, hari ini pasangan Cacak rencananya mendaftarkan gugatan ke MK soal hasil pilwali. Gugatan tersebut dilayangkan karena kubu Cacak yakin ada kecurangan dalam pelaksanaan pilwali. Yunianto Wahyudi, ketua tim pemenangan eksternal Cacak, mengatakan bahwa timnya menengarai adanya kecurangan sistematis dan terstruktur dalam pelaksanaan pilwali. Sejumlah bukti pun siap dibawa dan dibeberkan ke MK. "Ini bukan tentang kekuasaan, tapi demi proses demokrasi," ucapnya didampingi Ketua Media Relations Cacak Taufik Rohman saat jumpa pers di Sekretariat Pemenangan Cacak, Jalan Comal, Surabaya, kemarin. Tadi malam, kata pria yang akrab dipanggil Masteng itu, timnya akan berangkat ke Jakarta. "Kuasa hukum kami sudah mendahului pergi ke Jakarta hari ini (kemarin, Red)," ujarnya. Rencananya, pagi ini tim Cacak mendaftarkan gugatan tersebut ke MK. "Pengumpulan bukti dan saksi sudah final," ujarnya. Dia mengatakan, potensi kehilangan suara Cacak akibat coblos tembus yang semula dinyatakan tidak sah cukup besar. Berdasar survei internal yang dilakukan tim Cacak sebelum pencoblosan, perolehan suara Cacak sekitar 36 persen. Sedangkan Risma-Bambang 34 persen. "Kami yakin itu. Sebab, kami memiliki pendukung di Surabaya by name by address. Karena itu, kami meyakini menang," ungkapnya. Namun, kata Masteng, karena terjadi kecurangan, Cacak kalah. Sebagaimana diberitakan, tim Cacak meminta KPU dan panwas menghitung surat suara yang coblos tembus. Permohonan itu pun sudah dikabulkan. Hasil penghitungan suara coblos tembus di semua panitia pemilihan kecamatan (PPK) hingga final belum mampu mengantarkan pasangan nomor 3 tersebut ke posisi teratas. Sementara itu, untuk kali pertama pasangan Risma-Bambang mengadakan jumpa pers bersama di Rumah Makan Hari-Hari. Dalam jumpa pers kemarin, pasangan wali kota dan wakil wali kota baru tersebut didampingi Ketua Tim Pemenangan Whisnu Sakti Buana dan Ketua Tim Pemenangan Bidang Eksternal Jagat Hariseno. "Kami ini syukuran. Yang utama, karena Pilkada Surabaya 2010 ini telah berlangsung aman, tertib, dan tidak ada riak macam-macam. Saya mengutip ketua DPRD Surabaya (Wishnu Wardana, Red) yang menyebut bahwa yang menang adalah rakyat Surabaya karena berhasil menggelar pilkada yang relatif lancar," tutur Whisnu membuka jumpa pers kemarin. Selain itu, pria yang juga menjabat ketua DPC PDIP Surabaya tersebut mengatakan bahwa pihaknya akan terus membuka komunikasi politik setelah pilkada. "Agar terjadi stabilitas politik yang sehat," tambahnya. Sementara itu, Risma sendiri mengatakan bahwa kemenangan tersebut bukanlah kemenangannya, melainkan kemenangan rakyat Surabaya. "Saya juga mengatakan bahwa kami tidak menetapkan apa saja dalam tenggat tertentu, seperti 100 hari pertama. Sebab, ada sejumlah program yang bisa diselesaikan dalam hitungan minggu, ada yang bulan, dan ada yang baru bisa selesai dalam jangka waktu panjang," ucap Risma. Selain itu, menjawab pertanyaan soal bagaimana nanti pola hubungan antara wali kota dan wakil wali kota, Risma mengatakan, itu sudah tak menjadi masalah. "Meski Pak Bambang adalah mantan atasan saya, komunikasi di antara kami sudah sangat baik. Jelas ada pembagian tugas yang jelas. Karena tak mungkin kompleksnya permasalahan di Surabaya bisa saya pikir sendiri," tambahnya. (kit/ano/aga/c9/nw) sumber -> berita |
![]() |
|
|