Jakarta -Meski berat, cita-cita memproduksi mobil nasional (mobnas) ternyata masih ada. Dari zaman Soeharto berkuasa, Indonesia selalu bermimpi memiliki merek mobil sendiri.
Di tahun 1990-an, mobnas mungkin saja bisa berhasil kalau saja tidak disemprit oleh Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Saat itu mobil nasional diberi fasilitas bebas pajak impor barang mewah. Kebijakan ini membuat Jepang dan Uni Eropa membawa masalah mobnas ini ke WTO. Mobnas pun kemudian kandas.
Setelah itu, bukan berarti cita-cita mobnas terhenti, beberapa perusahaan, seperti Bakrie, bahkan ada beberapa produsen lokal yang benar-benar memproduksi mobil sendiri berusaha bertahan dan bersatu dalam Asianusa.
Joko Widodo pun memantik asa mobnas dengan menjadi duta untuk mobil Esemka, mobil rakitan anak-anak SMK di Solo, saat akhirnya dia terpilih menjadi presiden. Meski kini nasib Esemka juga belum jelas, apakah diteruskan atau tidak.
Kini PT Adiperkasa Citra Lestari yang dikomandoi mantan Kepala BIN AM Hendropriyono mencoba peruntungan mereka mengembangkan mobnas dengan menggandeng produsen Malaysia, Proton.
Ambisi besar pun diucapkan, tidak hanya membidik Indonesia, tetapi negara di kawasan ASEAN pun diharapkan bisa memiliki mobil nasional sendiri. Kita tahu mobil-mobil yang dipasarkan di ASEAN rata-rata merupakan merek pabrikan Jepang.
Next