Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Religion > Kristen

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 18th November 2010
Pendeta Pendeta is offline
Ceriwiser
 
Join Date: Nov 2010
Posts: 976
Rep Power: 16
Pendeta mempunyai hidup yang Normal
Default Disturbing Behavior - 12/53 - Tindak Kekerasan oleh Para Wanita

TINDAK KEKERASAN OLEH PARA WANITA



Selama lima tahun ini, jumlah remaja puteri yang terlibat dalam kekerasan terus meningkat, segala bentuk tindakan mulai dari mengganggu teman sekelas, kekerasan seksual hingga pembunuhan. Pada tahun 1995 tindak kekerasan remaja yang melibatkan remaja puteri sekitar satu kejadian dari setiap sepuluh kejadian yang melibatkan remaja putera. Akhir-akhir ini tindak kekerasan seperti itu meningkat hingga berkisar antara satu dari setiap empat kejadian. Perhatikanlah hal-hal berikut ini:

- Berbagai survei menemukan bahwa antara 30 hingga 40 persen remaja putera dan 16 hingga 32 persen remaja puteri mengaku bahwa mereka telah melakukan tindak kekerasan yang serius sejak usia tujuh belas tahun.

- Jaksa penuntut di Howard Country, Arkansas, memutuskan menuntut seorang remaja puteri berumur empat belas tahun dengan tuduhna pembunuhan utama sebagaimana tuntutan terhadap orang dewasa. Terdakwa didakwa telah membantu memberi kemudahan dan menutupi upaya pencurian yang menyebabkan kematian pada George Cook, pria berusia tujuh puluh enam tahun akibat luka tembakan oleh pacar remaja puteri tersebut. Remaja itu akan dijatuhi hukuman maksimum yakni dipenjara seumur hidup jika ia dituntut sebagaimana orang dewasa. Norman Cox, pengacara remaja itu, menyiapkan mosi untuk memindahkan kasus itu pada pengadilan anak-anak dan berencana untuk memohinkan suatu evaluasi psikologi atas klien mudanya. Norman Cox menerima surat yang ditandatangani oleh guru remaja puteri itu yang menggambarkan bagaimana nilai-nilai dan perilakunya di sekolah semakin menurun setelah dia dikembalikan pada pengawasan ibunya, yang pernah dijatuhi hukuman penjara.

- Para siswa puteri dari enam Sekolah Dasar Katolik di St. Louis, Missouri berencana untuk ambil bagian dalam suatu program baru, yakni program anti perploncoan dengan dana dari pemerintah federal yang disponsori oleh peraturan daerah itu the National Council on Alcobolism and Drug Abuse (Komisi Nasional atas Alkoholisme dan Penyalahgunaan Obat). Program bernama "Girl Talk" bertujuan untuk mengajar anak remaja puteri pada kelas lima hingga kelas delapan bagaimana caranya membangun kenyamanan dan kepercayaan diri dan cara saling berkomunikasi satu sama lain secara sopan dna tidak kasar. Sebagai tambahan, untuk mengenali kekerasan fisik,d alam program itudiperkenalkan antara lain "ancaman, intimidasi, serangan secara lisan, gosip, kebohongan, dan desas desus," kata pimpinan program tersebut, Harriet Kopolow.Staf yang terlatih juga akan membantu para pendidik dan orangtua dalam menangani permasalahan ini di antara remaja puteri. Program ini sedang dibiayai dengan dana sejumlah $150.000 pertahun. selama dua tahun oleh U.S Departemen of Health and Human Services (Departemen Kesehatan Amerika Serikat). Jika sukses, bisa jadi program ini akan digunakan sebagai suatu percontohan bagi sekolah-sekolah di daerah lain, baik sekolah negeri maupun swasta. Sejumlah dana juga dipimpin oleh University of Missouri.

- Para penelliti yang tengah mempelajari pasien-pasien berusia delapan hingga empat belas tahun yang sedang dirawat akibat perkelahian, di Rumah Sakit Children's Hospital of Philadelphia, telah menemukan bahwa remaja puteri memiliki kecenderungan enam kali lebih besar dibanding remaja putera untuk terlibat dalam perkelahian sebagai pembalasan dari konflik-konflik sebelumnya. Para peneliti yang dipimpin oleh Dr. Cynthia J.Mollen telha melakukan survei terhadap 190 anak untuk mengetahui apakah perbedaan berbasis gender atau jenis kelamin menjadi penyebab dan metode perkelahian. Hasilnya, yang ditertibkan dalam jurnal Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, mengungkapkan bahwa remaja puteri terlibat dalam sekitar empat dari sepuluh tindak kekerasan dan cenderung untuk berkelahi disebabkan karena ketidakpuasan di masa lalu, lebih besar dari yang dilakukan oleh remaja putera. Mollen dan rekan-rekan kerjanya tidak mengenali suatu alasan yang jelas dari perbedaan ini, tetapi mereka menegaskan bahwa penemuan itu dapat membantu orangtua dan para pendidik dalam mencegah perkelahian antar remaja puteri dengan mengajarkan ketrampilan manajemen konflik yang lebih baik kepada mereka.

Panjangnya grafik dari berbagai tindakan menendang, memukul, dan menyiram dengan segala sesuatu mulai dengan isi perut ikan hingga tinja sebagai bagian dari ritual perploncoan di antara remaja puteri Sekolah Menengah Umum Northbook, di luar Chicago, sangat mengejutkan orang Amerika. Ritual atau upacara ini memakan korban lima orang remaja puteri kelas menengah lima orang remaja puteri kelas menengah hingga harus dirawat di rumah sakit. "Kita adalah negeri yang sulit untuk percaya bahwa para remaja puterinya agresif," kata Rachel Simmons, penulis buku Old Girl Out: The Hidden Culture of Aggression ini Girls. "Saya yakin kejadian ini hanyalah salah satu dari peristiwa-peristiwa agresi atau serangan [oleh remaja puteri] yang tidak terhitung jumlahnya." Kebanyakan permasalahan dari agresi remaja puteri terpusat pada persengkokolan dan gosip brutal yang menggambarkan aneka ragam dunia remaja puteri di Sekolah Menengah Umum. Namun, perploncoan di Northbrook, kata Simmons,"telah melampaui cara-cara menyakitkan yang dipakai dalam perpeloncoan sebagai persyaratan agar diterima. Ini adalah ritual pengenalan,"katanya. "Engkau akan dapat menjadi seperti kami jika engkau mencemarkan nama baikmu sendiri, menghina dirimu sendiri, jika kami mengecewakanmu. Maka ganjarannya adalah engkau dapat menjadi seperti kami."

Pihak yang berwenang mengatakan bahwa kejadian berikut ini merupakan gejala kencenderungan yang mengganggu seluruh negeri: Para remaja puteri seringkali berubah menjadi kejam dengan tingkat intensitas yang mengerikan. "Kini kita melihat para remaja puteri melakukan hal-hal yang dulunya kita upayakan dengan keras agar tidak terjadi pada remaja putera," kata Jansen Robinson, mantan kepala polisi sekolah di Baltimore. "Kejadian ini amat sangat ganas, semacam perkelahian 'aku akan menyakitimu'. Ini menjadi fenomena nasional, dan kita semua telah lengah terhadpnya." Kutipan ini adalah komentar atas tindak pemukulan terhadap Nicole Townes di awal pesta ulang tahun. Anak-anak yang lain menanggapinya hal itu dengan sorak dan tawa riuh, menurut laporan polisi. Ibu dari remaja puteri umur tiga belas tahunyang sedang merayakan hari ulang tahunnya itu tampaknya tersinggung, karena anak laki-laki tersebut seharusnya menjadi pacar puterinya. Sang ibu diduga telah mendesak puterina agar "tangani masalahmu," suatu perintah yang menurut polisi artinya puterinya itu harus menjada kehormatan keluarga. Setidaknya ada enam wanita dna remaja puteri yang mencakari,memukuli , menendangi, dan menyiram Nicole, kata polisi. Dia mengalami koma hampir selama tiga minggu dan menderita kerusakan otak permanen. Yang didakwa atas penyerangan itu adalah remaja puteri yang berulang tahun, umur tiga belas tahun; ibunya; saudarinya yang berumur sembilan belas tahun; dan tiga remaja puteri lainnya yang masing-masing berumur tiga belas, empat belas, dan lima belas tahun.

Ditempat-tempat lain diseluruh negeri, para pengelola sekolah, polisi dan para guru melihat kecenderungan yang terus berkembang dimana remaja puteri menyelesaikan perselisihan melalui kekerasan. Mereka saling melakukan perkelahian, dimana anak-anak perempuan akan terluka dan berdarah, sama halnya anak laki-laki. Sekolah-sekolah juga emlaporkan suatu pola serupa berkaitan dengan banyaknya remaja puteri yang dihukum atau dikeluarkan dari sekolah akibat berkelahi.

Sebgian besar ahli menetapkan bahwa kecenderungan ini semata-mata adalah pencerminan dari masyarakat. Dengan kata lain, remaja puteri menjadi kejma karena masyarakat secara umum makin kejam dan semakin tidak beradab. Para ahli ini mengatakan bahwa gangguan-gangguan serupa juga terjadi dalam keluarga, gereja, komunitas, dan sekolah-sekolah yang dulu dinyatakan sebagai tempat kekerasan antar remaja putera kini akhirnya juga melanda remaja puteri. Sejumlah ahli lainnya percaya bahwa kekerasan tersebut juga diperkuat oleh munculnya para wanita melampiaskan kekerasan tersebut juga diperkuat oleh munculnya berbagai permainan video game dan film misalkan Tomb Raider dimana para wanita melampiaskan kekerasan seperti halnya cerita aksi para pahlawan pria.

Sebagai tambahan,perkelahian antar geng anak remaja puteri di kota-kota seperti Los Angeles dan Chicago membuat para pelayan remaja dan kaum muda kelabakan mencari jalan keluar. "Ini merupakan topik dengan priorotas tertinggi yang bergema di setiap sekolah, dalam benak setiap kepala sekolah pada saat ini," kata Bill Bond, yang memimpin suatu proyek keselamatan sekolah bagi the National Associantion of Secondary School Principal (Asosiasi Nasional Para Kepala Sekolah SLTP). "Saya telah menghadiri tujuh belas pertemuan asosiasi pada tahun ini, dan topik tersebut tetap ditampilkan pada setiap pertemuan."

Bebrapa kasus lainnya:

- Dalam sebulan, lebih dari sepuluh penangkapan telah dilakukan di Dyett Academic Center di Chicago, setelah terjadi tindak kekerasan yang melinatkan sekelompok anak perempuan yang diduga memasuki suatu kelas dan mencekik seorang siswi di sana, mendorongnya ke lantai,dan menyiram wajahnya. Beberapa orangtua di Sekolah Menengah Umum Negeri Chicago Selatan menolak mengirim para puteri mereka kembali ke kelas-kelas mereka kecuali jika para pengurus Sekolah Negri Chicago Selatan mengungkap perilaku kekerasan oleh geng anak perempuan tersebut.

- Dalam suat tuduhan yang lain, sekelompok anak perempuan umur tujuh belas tahun ketika sedang menyusuri aula, meski dengan pengawalan petugas keamanan, diserang kelompok anak perempuan lain.

- Seorang remaja perempuan berusia empat belas tahun sedang bersiri di depan Sekolah Menengah UMum Allentown's South Mountain Middle School di Pennsylvania pada suatu pagi, dan seorang anak perempuan lain muncul di belakangnya, menjambak ikatan rambut ekor kudanya, dna menghantam kepalanya dengan lutut. Setelah menyeretnya mundur ke seberang jalan dan merobek celanan jeans anak itu, si penyerang lalu memukul wajah anak perempuan itu enam kali, hingga hidung dan bibir berdarah. "Dia tidak mengenali puteriku,"kata ibu anak perempuan itu. "Ia mempunyai masalah dengan salah satu sahabat puteriku. Dia berkata dia menghajarnya karena dialah sahabat yang terdekat." Di kota Allentown telah terjadi berbagai penangkapan terhadap remaja putri atas tindak penyerangan dengan kekerasan dalam jumlah yang hampir berlipat ganda dibandingkan tahun lalu.

Setelah mencapai kelas lima dan enam, perkelahian tidak lagi sejkedar "dorongan dan jeritan" kata seorang direktur medis dari suatu pusat perawatan kesehatan jiwa bagi anak dan remaja. "Kami melihat konfrontasi fisik antar remaja outeri yang semakin parah." Satu dari empat remaja puteri murid Sekolah Menengah Umum di negeri ini dilaporkan telah berkelahi setidaknya sekali dalam periode satu tahun, menurut data statistik terbaru, dna itu tidak termasuk dalam penagkapan atas remaja puteri dengan tuduhan penyerangan dengan kekerasan. Sebaliknya hal yang sama tidak terjadi pada remaj putera, yang menunjukkan penurunan intensitas dalam penyerangan dengan kekerasan dalam kurun waktu yang sama. The Center for Study of Preventionof Violence (Pusat Kajian Pencegahan Kekerasan) di Boulder, Colorado, melaporkan bahwa dalam dekade terakhir ini, jumlah remaj aputeri yang tertangkap atas tindak kejahatan yang sadis (pembunuhan, perampokan, penyerangan daengan kekerasan) meningkat 25 persen, sedang penangkapan terhadap remaja putera atas jenis kejahatan dan dalam kurun waktu yang sama tidak mengalami peningkatan presentase.

"Kami melihat meningkatnya intensitas perilaku yang kejam- dalam perkelahian - anatr remaja puteri," kata Catherine Carbone, juru bicara dari the HighLine school district di Negara Bagian Washington. "Dalam kurun waktu lima atau sepuluh tahun terakhir, suatu masalah yang dulunya hanya akan menyebabkan perselisihan dalam bentuk ejekan dan godaan, sekarang berwujud konfrontasi fisik."

Pada tahun 2001, penangkapan atas tindak penyerangan dengan kekerasan antar remaja puteri jumlahnya meningkat 82 persen dibandingkan tahun 1987, keterangan dari the Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention (kantor Peradilan dan Pencegahan Kenakalan Remaja). David Stewart, seorang psikolog yang mengajr di University of Washington, membuat pengamatan antar remaja puteri yang tidak pernah Anda duga-seperti misalnya antara para murid berprestasi dan anggota regu olahraga,"katanya. "Anak-anak ini adalah remaja puteri yang sama, yang kalau pad masa lampau mungkin hanya akan berkata, 'Kita jangan mau berbicara dengannya. Kita tidak perlu mengundangnya ke pesta.'

"Apa yang anak-anak lihat, itu yang mereka tiru, dan jika mereka melihat remaja puteri memainkan peran yang agresif, amak saya pikir wajr jika hal itu menjerumuskan mereka," kata Doug Hostetter, kepala sekolah di Kenrwood High School di Covington,WA, yang emnegaskan adanya peningkatan tindakan agresif. Saya bukanlah pembenci media, tetaoi kenyataannya adalah acara televisi telah berubah. Para wnaita muda di MTV cenderung bersifat agresif, tidak seperti wanita terhormat, yang bersikap tenang atau tunduk, dan saya melihat dengan jelas bahwa para remaja puteri menanggapi konflik dengan lebih agresif. Saya rasa mereka tidak memandang bahwa perkelahian itu adalah sesuatuyang tidak dilakukan oelh anak perempuan."

Lalu apa yang dapat diperbuat oleh orang-orang dewasa yang peduli . Mereka dapat mulai bertindak dalam lingkup mereka sendiri yang mereka kuasai, yakni kaum muda di lingkungan mereka sendiri. Para pelayan kaum muda dan orangtua tidak hanya perlu mengajr mereka bagaimana caranya menganani konflik dan mengendalikan kemarahan mereka, tetapi juga perlu menunjukkan model dan contohnya. Hal itu akan lebih cepat dipahami daripada apa yang diajarkan pada mereka. Mereka perlu mendorong para remaja untuk mendiskusikan alternatif-alternatif dalam memnangani konflik dan ketidaksepahaman serta mempertimbangkan perlunya melibatkan pihak ketiga atau oran yang netral (seperti guru, Pendeta, atau konselor di sekolah) untuk menangani konflik atau ketidaksepahaman permasalah mereka dapat mendorong para remaja untuk membicarakan permasalahn mereka pada seseorang yang mereka percayai dan hormati sebelum bereaksi, serta untuk tetap ingat bahwa kekerasan hanya akan membawa pada kekerasan yang lebih parah. Selain itu, orang dewasa juga perlu mengawasi dengan ketat apa yang diserap oleh para remaja melalui media masa, seperti musik, televisi, internet, video game, dan film. Mereka seharusnya tidak hanya memperbincangkan tentang hal-hal tersebut dalam banyak kesempatanmembatasi mereka.

Dalam Yehezkiel 45:9, Tuhan berkata"...lakukanlah keadilan dan kebenaran" Yunus 3:8 mengatakan bahwa Raja pada zaman itu memutuskan untuk, "masing-masing berbalik dan tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya," Keputusan yang sama itu juga berlaku hari ini.

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:56 AM.


no new posts