FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Fenomena itu dinamakan Darvaza atau The Burning Gate atau "Pintu Neraka". Terletak di wilayah gurun Karakum, Turkmenistan (Asia Tengah), tepatnya di sisi timur Laut Kaspia. Darvaza ini bukan fenomena alami, namun lebih kepada hasil perbuatan manusia (man-made) akibat kecelakaan pengeboran yang mirip dengan kasus Banjar Panji-1 di Porong, Sidoarjo. Kawasan Laut Kaspia alias Danau Kapiskoye More (karena laut ini pada hakekatnya sebenarnya adalah danau terbesar di Bumi) dikenal kaya akan kandungan hidrokarbon yang terjebak dalam reservoir2 karbonat. Bagian selatannya menjadi tempat cadangan hidrokarbon terbesar milik Iran. Sementara di sisi barat, berlebihnya cadangan hidrokarbon dan kondisi sedimen setempat memunculkan banyak sekali kantung lumpur (baca : diapir) di dalam tanah yang muncul ke permukaan sebagai mud volcano di Azerbaijan, tepatnya di sekitar kota Baku. Sementara di sisi timur, di kawasan Turkmenistan, cadangan hidrokarbonnya pun luar biasa. Diperhitungkan ada 16,5 milyar ton hidrokarbon baik dalam bentuk minyak maupun gas yang terpendam di kawasan ini. Mengapa AS menginvasi Afghanistan dan kemudian disusul Irak dan kini juga sedang bersiap melanjutkan petualangannya ke Iran, selain mendirikan pangkalan2 militer dan rudal di Asia Tengah ? Salah satu tujuannya untuk "menguasai" cadangan hidorkarbon yang melimpah di sekitar Laut Kaspia ini. Hanya, maksud itu 'dibungkus' dengan selimut anti-terorisme dan anti-nuklir yang ambigu dan sudah usang (ingat2 saja pidato pongah Hillary Clinton usai memenangi pemilihan pendahuluan di Pennsylvania, soal tekadnya menyerbu Iran). Pada masa Uni Soviet, sekitar tahun 1970-1971, di tengah gurun Karakum dilakukan pengeboran eksplorasi setelah survei menyebut di sini ada potensi cadangan hidrokarbon yang ekonomis terjebak dalam karbonat. Namun survei itu sendiri tidak lengkap. Sebab karbonat di sini ternyata sudah berkembang menjadi karst yang bahkan sudah membentuk goa bawah tanah. Tanpa sadar mereka sedang mengebor goa ! Akibat pengeboran ini muncul retakan2 radial di sekeliling sumur yang melemahkan struktur batuan, dan mungkin karena influks air kedalamnya membuat struktur ini gagal. Akibatnya keseluruhan lapisan sedimen di atas gua mendadak runtuh (subsidens), membuat keseluruhan rig dan bangunan2 disekitarnya (termasuk orang2 didalamnya) terperosok ke dalam cekungan besar (kawah) bergaris tengah 100 m. Dari kawah ini menyembur gas. Takut ada kandungan gas beracun, maka diputuskan agar gas ini dibakar saja (seperti biasa dilakukan di sumur2 minyak). Dan selama 37 tahun kemudian apinya tetap menyala tanpa terputus.. Sedikit out of topic, kalau kita baca publikasi2 Juris Zarin dan Nicholas Clapp tentang situs Ubar/Iram di Oman (sempat diulas dikit oleh Harun Yahya dalam The Perished Nations-nya ketika bercerita tentang kaum Aad) sebagian besar dari situs oasis ini juga runtuh oleh proses subsidens yang sama dengan Darvaza, yakni kegagalan struktur di atas goa bawah tanah. So setelah menjadi pusat pemerintahan suku Aad dan hancur oleh bencana angin topan dahsyat yang kemungkinan dipicu oleh jatuhnya asteroid di Kawasan Teluk Persia pada 2200 BCE, situs Iram masih bertahan (utuh) di atas permukaan Bumi untuk menjadi bahan pelajaran dan renungan manusia hingga akhirnya runtuh ke dalam cekungan yang mendadak terbentuk di sekitar 100 - 200 CE. Beberapa puluh km di dekat Iram juga dijumpai Struktur Habhab, juga di Oman, yang semula dicurigasi sebagai salah satu kawah tumbukan benda langit, namun penyelidikan lapangan menunjukkan struktur ini juga merupakan cekungan subsidens. So cekungan subsidens memang umum dijumpai di kawasan kaya karbonat yang melimpah di Timur Tengah dan Asia Tengah. Pelajaran berharga dari kasus Darvaza : berhati-hatilah bila mengebor. Memang lubang bor yang terbentuk hanya berdiameter beberapa inci, namun retakan2 radial yang dibentuknya bisa menjalar hingga radius puluhan meter dari lubang. So bila sumur tak diberi pelindung dan ada "sesuatu" di bawah sana, ia bisa menjalar ke mana2. Sayangnya, kemungkinan besar itulah yang terjadi pada Mei 2006 di sumur Banjar Panji-1, Porong, Sidoarjo. Sudah tahu itu wilayah beresiko tinggi karena banyaknya diapir dan berada di jalur patahan Watukosek, malah nekat ngebor dengan melanggar prosedur. Akibatnya ya pecah formasi-lah, dan memicu salah satu diapir memuntahkan isinya. "Beruntung" ada Gempa Yogya 27 Mei 2006, hingga kesalahan itu bisa ditutupi dan dikambinghitamkan ke alam. Spoiler for gambar:
kalo berkenan silahkan kirim :thx: atau :grp: bro n sis... :xiexie: |
#2
|
||||
|
||||
![]()
serem bgt yaa ndan
baru yg di dunia aja udah serem gitu, apalagi neraka yaaah ![]() Numpang naro thread yaa ndan... maaf kalau ga sopan... ^_^ |
![]() |
Thread Tools | |
|
|