FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() ![]() Kata-kata indah yang sedemikian memukau. Memberi rasa nyaman kepada siapa saja yang mendengarnya. Memberi rasa aman kepada siapa saja yang dicekam ketakutan. Memberi pengharapan kepada siapa saja yang tak memiliki pengharapan. Memberi ketenangan kepada mereka yang galau dengan beratnya perjalanan hidup. Daud tak asal berujar. Bukan karena Daud pintar mencari kata-kata indah. Singkatnya, bukan hanya goresan puitis tanpa arti. Bagi Daud, Mazmur 23 adalah kehidupannya. Ia menggambarkan hubungannya dengan Tuhan dengan begitu jujur. Demikian hendaknya Mazmur 23 tidak hanya sekedar menjadi tulisan indah penghias dinding kamar. Atau menjadi lagu favorite kita saja. Di tengah-tengah perjalanan yang semakin berat, jadikan Mazmur 23 menjadi rhema dalam kehidupan. Kita akan mengalami Tuhan sebagai Gembala kita yang baik setiap hari. Kita akan diperkaya oleh butir-butir mutiara yang terurai dalam Mazmur 23. Sebuah kata-kata bisa menjadi mutiara kehidupan kalau kita menghidupinya. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku... Mazmur 23:1 Tak ada domba yang gelisah. Tak ada domba yang merasa was-was kalau-kalau nanti mati kelaparan. Mempercayai bahwa gembalanya akan membawanya ke padang rumput hijau. Kawanan domba itu terlalu yakin bahwa gembalanya pasti memelihara. Akankah kita juga memiliki keyakinan yang sama? Percaya bahwa Tuhan sebagai Bapa kita yang baik akan selalu memelihara hidup kita. Resesi memang terjadi di mana- mana, tapi bukankah Ia berada di atas semua resesi? Penyakit dan ancaman wabah memang menakutkan, tapi bukankah bilur Sang Gembala yang menjadi jaminan bagi kita? Situasi dunia memang semakin hari semakin sulit, tapi bukankah Gembala kita ahlinya menaklukan kesulitan dan membuat jalan yang dilalui kawanan dombanya menjadi mudah? Tak peduli rumput yang lain sudah habis dan kering. Bagi kita selalu ada rumput yang hijau, segar dan tebal, yang memungkinkan kita berbaring sambil menikmatinya! Gembala kita memang sangat ahli untuk membuat perbedaan yang mencolok. Bahkan Ia berjanji bukan hanya kita yang dipelihara. Anak dan cucu kita akan dipeliharaNya sehingga tak satu dari keturunan kita akan meminta- minta. Sehingga jaminan pemeliharaanNya lebih dari jaminan perusahaan asuransi paling bonafide sekalipun ( Tak bermaksud meremehkan perusahaan asuransi, hanya sebagai contoh kok). Kalau Ia sudah menyatakan pemeliharaanNya, hal paling kecil pun tak akan pernah luput dari perhatianNya. Bahkan rambut kita terhitung semua dan tak dibiarkan satu rambut pun jatuh tanpa seijinNya. Hebat bukan? Ia membimbing aku ke air yang tenang; ... Mazmur 23:2 Tahukah Anda bahwa banyak manusia dicekam rasa gelisah yang amat sangat. Sungguh ironis, meski mereka kadangkala punya segala-galanya, itu tak cukup memberi rasa tenang kepada jiwa mereka. Uang yang banyak. Rumah yang megah. Mobil yang mewah. Gelar yang berderet. Popularitas yang tak usah diragukan lagi. Kedudukan yang mapan. Bahkan semua yang dimilikinya tak bisa memberikan sedikit juga rasa aman. Mungkin seperti Elvis Presley yang dikira banyak orang sebagai manusia paling berbahagia di dunia karena kekayaan, kemewahan, dan popularitas yang dimilikinya. Siapa sangka semuanya itu hanya untuk menutupi jiwanya yang gelisah, sehingga hanya untuk memejamkan mata ia harus menelan pil tidur dalam jumlah yang sangat banyak. Bersyukur bahwa damai yang diberikan Gembala kita berbeda dengan damai yang diberikan dunia ini. Damai dari dunia ini bersifat sementara. Sedangkan damai yang diberikan kepada Sang Gembala adalah kekal dan tak akan pernah bisa tercuri oleh apapun juga. Tak bisa tercuri oleh penyakit. Penyakit hanya bisa menggerogoti tubuh kita, bukan jiwa kita. Damai yang tak bisa dirusak oleh situasi yang paling buruk sekalipun. Mereka bisa membangkrutkan uang kita, tapi tak akan pernah membuat jiwa kita menjadi miskin. Mereka bisa memenjarakan hidup kita, tapi tak akan bisa memenjarakan hati dan sukacita kita. Rasa tenang dan damai sejati yang sementara banyak orang mencari, kita justru merasakannya. Membiarkan Gembala menuntun kita ke air yang tenang dan merasakan damai sejati. Ia menyegarkan jiwaku. Mazmur 23:3 Tak perlu menunggu ia mengatakannya. Dari sorot matanya kita tahu bahwa ia letih. Bahunya terkulai. Langkahnya juga tak pasti. Kegetiran hidup mengurasnya. Kekecewaan membayanginya. Beban dan tekanan hidup yang berat menindihnya. Letih. Kawanan domba juga kenal dengan istilah letih. Menempuh perjalanan yang jauh bisa menjadi penyebabnya. Tapi gembala punya cara sendiri untuk memulihkan kawanan domba itu, ia membawa ke sebuah sungai yang berair tenang dan membiarkan kawanan domba itu merasakan segarnya air yang mengalir. Ia tahu keletihan kita. Ia tahu kita tak bisa menahan beban yang menindih lebih lama lagi. Itu sebabnya Sang Gembala berkata lembut, "Marilah datang kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu." Kata-kata yang menyegarkan jiwa. Seperti air segar yang mengguyur. Hanya masalahnya apakah kita mau datang kepada Gembala yang baik? Ataukah sebaliknya kita terlalu sombong dan memilih mengeraskan hati? Tak cukup datang, tapi juga mau mempercayakan beban kita kepadaNya. Sayangnya, beberapa orang memilih terus menanggung beban keletihan itu. Seperti seseorang yang telah menempuh perjalanan jauh dan ketika memutuskan untuk berhenti, ia beristirahat dengan tas ransel berat yang terus dipikulnya! Bukankah ini sangat konyol sekaligus bodoh? Letakan beban kita di bawah kakiNya. Lepaskan diri dari beban yang selama ini menindih. Biarkan Ia menyegarkan jiwa kita yang letih. ![]() gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku ... Mazmur 23:4 Jika melakukan perjalanan jauh, saya seringkali tersesat. Lebih buruk lagi, saya tidak begitu hafal jalan. Lengkap sudah kebingungan saya, apalagi jika harus berada di depan persimpangan jalan. Kadangkala saya berspekulasi. Syukur-syukur jalan yang saya pilih tepat, tapi bagaimana jika jalan itu membawa saya tersesat lebih jauh? Domba bukanlah binatang pintar. Domba itu bodoh. Tidak seperti burung merpati yang bisa pulang kembali meski dilepaskan dari jarak jauh. Tidak seperti anjing yang punya penciuman yang tajam, sehingga selalu menemukan jalan. Domba sangat tergantung oleh gembalanya. Gembala yang baik akan menuntun kawanan dombanya dan tak akan biarkan mereka tersesat. Itu juga yang Tuhan lakukan dalam kehidupan kita. Firman Tuhan menuntun hidup kita ke jalan yang benar. Roh Kudus membantu kita memberi hikmat saat berada di persimpangan jalan dan ketika harus mengambil keputusan penting. Suara-suara dunia kadangkala membingungkan kita. Tapi pastikan kita hanya menuruti suara Gembala kita. Percayalah bahwa Ia akan menuntun ke jalan yang benar. Ikutilah langkah dan jejakNya. Tak perlu meragukannya. Tak perlu mempertanyakannya. Apalagi mengajakNya untuk berdiskusi soal jalan mana yang tepat. Ingat, kita ini domba yang bodoh, sedangkan Tuhan adalah Gembala yang sangat hafal medan. Ia tahu jalan terbaik yang harus kita lewati. Meski kadangkala harus turun ke lembah yang curam atau jalanan yang terjal, atau bahkan melewati bebatuan yang tajam, percayalah bahwa Ia tidak pernah salah menuntun. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman... Mazmur 23:4 Ketika rumput sudah menipis dan mulai habis. Seorang gembala akan menuntun kawanan dombanya melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan padang rumput yang baru. Perjalanan yang melelahkan. Kadangkala harus mengitari bukit. Menerobos semuk berduri. Menginjak bebatuan tajam. Dan biasanya akan melewati lembah curam yang sukar untuk dilalui. Itulah pengalaman Daud yang digambarkan dalam syairnya. Sehari kemarin ia dipuja gadis-gadis Israel, hari ini ia harus menghindar dari lemparan tombak Saul. Tak hanya itu, ia menjadi buron dan harus berpura-pura gila. Pengejaran yang mengancam nyawa. Bersembunyi dari gua ke gua. Mungkin juga hari ini kita mengalami pengalaman lembah. Jalan yang harus kita tempuh tak lagi mulus. Akrab dengan kesulitan bahkan sudah terbiasa dengan masalah. Sungguh masa-masa sulit yang harus dijalani. Hanya satu alasan yang membuat Daud tegar dan tak takut menghadapi semuanya itu, karena Tuhan berada di depannya! Demikian juga ini menjadi alasan untuk kita tetap tegar saat melewati pengalaman lembah kehidupan. Kalau Tuhan ada di depan kita, apalagi yang perlu kita takutkan? Tak selamanya kawanan domba itu merasakan pedihnya duri menusuk atau tajamnya bebatuan, atau curam terjalnya lembah yang harus dilalui. Dari kejauhan sudah terlihat area luas berwarna hijau. Padang rumput hijau berhamparan, siap untuk mengenyangkannya lagi. Tak selamanya hidup yang kita jalani berat. Dibalik semuanya itu kita sedang dikenyangkan oleh kebaikanNya! Sebab Engkau besertaku ... Mazmur 23:4 Anda tahu bagaimana rasanya kalau Anda duduk disebuah kafetaria dan tidak ada orang yang duduk di samping Anda. Rumah Anda menjadi begitu sunyi, tak ada tawa atau tangis anak kecil yang memecah keheningan. Begitu menakutkan ketika belum mendapatkan pendamping. Begitu menakutkan bagi pasangan renta yang ditinggal anak cucu karena mereka berada di tempat jauh. Begitu menakutkan bagi mereka yang ditinggalkan orang-orang terdekat. Kesepian yang datang menyergap. Keramaian dan kebisingan tak akan pernah bisa mengusir kesepian. Film atau tontonan yang menarik tetap saja menyisakan kehampaan. Menjelajah tempat-tempat indah juga tak akan mengurangi rasa sepi. Tidak ada penawar kesempian selain kehadiran Kristus dalam jiwa kita. Mungkin terlihat klise bagi kita yang mendengarnya, tapi bukankah benar bahwa di dalam hati kita ada satu ruang kosong dan ruang itu akan terisi kalau Kristus hadir dalam hati kita? Tanyakan saja kepada kawanan domba. Melihat gembala ada di dekatnya, mereka semua merasa aman sekaligus nyaman. Mereka tidak ditinggalkan sendiri. Ada gembala bersamanya. Rasa sepi akan pergi dengan sendirinya, di saat kita memberi ruang hati untuk Gembala yang baik. Bersama Tuhan hidup tak lagi hampa. Hidup akan menjadi lebih hidup, demikian sebuah iklan berkata. Tapi bagaimana mungkin rasa sepi akan pergi seandainya rambut kita telah beruban dan merasa jauh dari anak cucu? Gembala kita berjanji, "Sampai masa tuamu, Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu." Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku... Mazmur 23:5 Domba memang binatang lemah. Binatang lain akan meremehkannya dan akan mengacuhkannya. Memandang sebelah mata, bahkan mungkin akan menganggapnya sebagai underdog dalam dunia fauna. Meski demikian dalam proses seleksi alam, justru kawanan dombalah yang selamat. Meski rusa bisa lari super cepat, ia tetap jadi makanan empuk bagi binatang buas. Meski banteng hutan memiliki kekuatan yang luar biasa, seringkali toh bangkainya ditemukan. Lalu mengapa domba yang lemah justru selamat dan menang terhadap proses seleksi alam? Tentu ini semua karena gembala kawanan domba itu yang menjaganya. Gembala itu yang memberikan kemenangan bagi domba-dombanya dari hukum rimba yang berlaku! Menjadi anak Tuhan harusnya hidup dalam kemenangan, bahkan lebih daripada pemenang. Mengapa? Bukan karena kuat dan gagah kita, melainkan karena Sang Gembala Agung ada di pihak kita. Ia lah yang memberikan kemenangan itu. Bagian kita hanyalah mempercayakan hidup kita kepadaNya dan berjalan sesuai dengan kehendakNya. Tak harusnya kita hidup dalam kekalahan. Tak harusnya kita jatuh bangun terus dalam dosa yang sama. Kita bukan pecundang. Sama sekali bukan. Kita adalah umat pemenang! Apapun bisa kita hadapi bersama dengan Sang Gembala yang selalu memberikan kekuatan kepada kita. Lihatlah di depan kita sudah tersedia "hidangan" kemenangan, sementara musuh dan lawan kita hanya melihatnya tanpa bisa berbuat apa-apa. ![]() Pialaku penuh melimpah. Mazmur 23:5 Ini lebih dari yang biasa. Ini melampaui standar rata-rata. Benar-benar ada garis perbedaan yang jelas. Bukan hanya hidup dalam kecukupan, tapi juga hidup dalam segala kelimpahan. Bukan hanya biasa-biasa saja, tapi sungguh hal-hal yang luar biasa. Janji kelimpahan adalah bagian dari kehidupan orang percaya. Piala kita tidak hanya dibuat penuh, tapi juga melimpah. Piala kita meluber keluar. Kita selalu memiliki lebih dari cukup untuk membagikan sesuatu kepada orang lain karena apa yang kita miliki sudah terlalu penuh. Bukankah sejujurnya kehidupan yang berkelimpahan merupakan keinginan banyak orang, termasuk kita juga? Memiliki kemerdekaan secara finansial dan tidak diperbudak oleh uang sungguh menyenangkan. Memiliki keluarga yang harmonis dan hidup dalam kasih sungguh anugerah luar biasa. Sukses dalam pekerjaan dan menjadi berkat bagi banyak orang adalah hal yang membahagiakan. Mengikut, melayani Tuhan dan memaksimalkan hidup adalah kesempatan terindah. Sebenarnya itulah kelimpahan dalam arti yang lebih luas. Tidak hanya diberkati secara finansial saja, tapi juga kebutuhan kita secara emosi dan spiritual juga terpenuhi dengan melimpah. Anda mendambakan kehidupan yang seperti itu? Saya sangat mendambakannya, bahkan saya sedang menikmatinya. Bagaimana dengan Anda? Rugi besar kalau kita tidak hidup dalam kelimpahan sementara Gembala kita sudah berjanji akan membuat piala kita penuh dengan minyak, bahkan sampai melimpah-limpah. Alami terobosan baru dalam kehidupan Anda dan selamat berkelimpahan! dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. Mazmur 23:6 Tahukah Anda bahwa seorang gembala memiliki kedekatan dengan kawanan dombanya? Bukan sok sentimentil, tapi seorang gembala sebenarnya memiliki hubungan emosional dengan Dombanya. Yah, seperti kita yang begitu mencintai hewan peliharaan kita. Setiap hari sang gembala memanggil nama kawanan domba itu satu persatu. Membalut mereka kalau ada yang sakit. Menjaga mereka kalau bahaya mengancam. Bahkan seorang gembala berani mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan kawanan dombanya. Bukankah fakta ini bisa menjadi indikasi bahwa seorang gembala memiliki kedekatan dengan domba-dombanya? Itu semua menggambarkan hubungan kita dengan Tuhan. Satu kata yang mewakili semuanya itu, keintiman! Keintiman dengan Tuhan yang tak pernah terputus. Tiada hari tanpa mengawali hidup dengan persekutuan bersama Tuhan. Sungguh indah menjadikan hidup kita begitu erat dengan hatiNya. Berbicara tentang keintiman dan persekutan pribadi kita denganNya, Tuhan sungguh memiliki kerinduan yang besar akan hal ini. Bahkan sebelum kita menyatakan kerinduan kita, Ia sudah lebih dulu menghampiri kita dan menanamkan kerinduan itu kepada kita. Keintiman begitu berarti bagi Tuhan. Lebih dari segala-galanya. Lebih dari persembahan kita. Lebih dari pelayanan kita. Itu sebabnya tidak ada yang bisa menggantikan keintiman kita denganNya. Apakah kita cukup peka mendengarkan kerinduan hatiNya? Bukankah harusnya kita menanggapi kerinduanNya itu dan menjadi erat dengan hatiNya? Epilog: Tak perlu was-was dan tak perlu dipusingkan oleh kebutuhan hidup... Tak perlu takut hidup dalam kekurangan... Gembalaku peliharaku. Tak perlu dicekam rasa gelisah. Uang bukan jawabannya. Kedudukan dan popularitas juga tak bisa menjamin. Bahkan pil penenang pun tak akan bisa membuat kita tenang. Gembala kitalah yang menuntun ke air yang tenang. Jangan biarkan beban dan tekanan hidup menghimpit kita sehingga membuat kita letih dan hampir-hampir menyerah kalah... Ia menyegarkan jiwa kita. Kita mudah tersesat. Kita mudah bingung saat harus mengambil keputusan di sebuah persimpangan jalan. Ia menuntun kita di jalan yang benar. Ketika perjalanan menjadi begitu sulit. Menerima tusukan semak berduri. Merasakan tajamnya bebatuan yang harus kita jalani. Susahnya lembah curam yang harus dilewati ... Ia membawa kita melintasinya. Bagaimana jika rasa sepi menyergap? Bagaimana jika suatu keadaan memaksa kita untuk menjalaninya seorang diri? Ia selalu beserta kita. Bagaimana dengan bahaya yang mengancam? Bagaimana dengan musuh yang siap menyerang kita? Sang Gembala tak pernah terlelap untuk melindungi Hidup yang berkemenangan? Memiliki hidup yang lebih dari pemenang? Memiliki iman yang mengalahkan dunia? Mengatasi pencobaan dan menaklukannya? Ia menyediakan kemenangan di hadapan lawan kita. Bukan kehidupan yang biasa-biasa. Lebih dari cukup. Berkelimpahan. Melimpah dalam segala bidang kehidupan. Bahkan kita bisa berbagi dengan banyak orang. Ia mengisi piala kita dengan melimpah. Siapa yang bisa memuaskan hasrat dan kerinduan kita yang paling dalam? Siapa yang bisa menyentuh hati kita dan memberikan damai sejati? Keintiman yang membuat kita menghabiskan sisa umur kita di rumah Tuhan sepanjang masa. Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena namaNya Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gadaMu dan tongkatMu, itulah yang menghibur aku. Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh melimpah. Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah Tuhan sepanjang masa. ![]() sumber: Renungan Spirit |
![]() |
Thread Tools | |
|
|