
5th April 2011
|
 |
Ceriwiser
|
|
Join Date: Nov 2010
Location: Hogwarts|PIC#11
Posts: 618
Rep Power: 50
|
|
CSNOx Dan Harapan Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Quote:
Pemanasan global dan perubahan iklim sebagai akibat dari tingginya gas rumah kaca di atmosfir tak pelak lagi menjadi perhatian dunia, termasuk Indonesia.
Meski Indoensia sadar bahwa emisi gas rumah kaca adalah pekerjaan rumah yang berat, tetapi naiknya pertumbuhan kebutuhan listrik nasional dan perlunya menambah angka persentase elektrifikasi yang saat ini baru mencapai 65%, menjadikan pemerintah berusaha menambah pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar batubara --dikenal sebagai bahan bakar paling polutan-- yang memang murah dengan program 10.000 MW Tahap I dan II. Sektor energi Indonesia yang kini menjadi emitor gas rumah kaca terbesar akan tetap pada posisinya jika tidak ada usaha ataupun solusi.(1)
Berbagai langkah global pun dilakukan, antara lain sosialisasi perilaku bertanggung jawab terhadap lingkungan bagi tiap individu hingga riset metode dan teknologi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan sebagainya.
Pengembangan teknologi penekan emisi gas rumah kaca yang lebih maju tak luput juga dilakukan, hanya saja hasilnya masih belum memuaskan hingga Ecospec mengklaim teknologi terbarunya.
Teknologi Pertama Di Dunia
Teknologi yang dimiliki Ecospec --sebuah perusahaan Singapura yang fokus pada riset dan pengembangan teknologi guna menjadikan lingkungan yang lebih baik-- adalah salah satu teknologi ramah lingkungan yang berfungsi untuk menurunkan emisi gas rumah kaca pada gas buang industri. Teknologi yang bernama CSNOx tersebut juga telah dipatenkan.
Dalam press release yang diselenggarakan pada acara Media Gathering Ecospec Global Technology tanggal 28 September 2010, bertempat di Kembang Goela Restaurant Plaza Sentral, Chew Hwee Hong --pendiri dan CEO Ecospec-- menyatakan bahwa CSNOx merupakan teknologi baru dan yang pertama di dunia dengan 3 fungsi dalam satu sistem penekan emisi gas buang pembakaran pada berbagai industri. Tidak menghasilkan polusi turunan atau produk samping berupa polutan yang harus disimpan. Chew Hwee Hong menyebutnya ''true green technology''.
Sesuai dengan namanya, CSNOx menggambarkan teknologi yang mampu menurunkan emisi ketiga gas rumah kaca --CO2, SO2, NOx--tersebut dalam satu proses. Kemampuan tersebut berkat proses elektrolisa dengan memanfaatkan gelombang frekuensi ultra rendah (Ultra Low Frequency) terhadap air sebagai media ''pembilas'' gas buang industri.
CSNOx terdiri dari 5 subsistem, yaitu Seawater Intake Bio Fouling Controlyang berfungsi menahan pertumbuhan organisme dan melindungi pipa sistem keseluruhan; Spray Water dengan tiga komponen Sulphur Absorption Enhancer (SAE), Mineral Scale Control (MSC) dan CO2 dan NOx Reducer (CNR) yang berfungsi meningkatkan pH dan mengaktivasi air sebelum disalurkan ke menara penekan; Abator Tower atau menara penekan berfungsi sebagai ruang reaksi antara air teraktivasi dengan gas buang; Wash Water menjaga agar air yang keluar dari menara penekan tetap mempunyai pH minimal 6,5; Exhaust Gas Monitoring yang berfungsi memantau tekanan, komposisi dan suhu gas yang keluar dari menara penekan serta tinggi permukaan air di dalam menara penekan.
Uji coba yang dilakukan pada sebuah kapal tanker berbobot 100.000 ton di bulan Februari 2010, yang berangkat dari Singapura menuju Timur Tengah menunjukkan penurunan emisi SO2 sebesar 99%, 77% untuk CO2, dan 66% untuk NOx. Hasil tersebut sudah diverifikasi oleh American Bureau of Shipping, sebuah NGO yang mengembangkan dan memelihara standar teknis pembuatan dan pengoperasian kapal dan struktur lepas pantai.
Tidak hanya itu, menurut Chew Hwee Hong, air yang digunakan untuk ''membilas'' juga mengalami penambahan sifat alkalin yang bermanfaat untuk membantu pemulihan koral yang mengalami ''bleaching'' atau pemutihan akibat tingginya keasaman laut karena banyaknya CO2 yang harus diserap.
Dari sisi desainnya, CSNOx bersifat fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kapasitas gas buang industri yang akan menggunakannya. Bisa menggunakan satu dari lima bagian dari menara penekan atau lebih. Banyaknya bagian dari menara penekan akan memberikan hasil keluaran gas buang yang lebih bersih.
CSNOx vs Teknologi Lain
Teknologi penurun emisi lainnya hanya fokus untuk mengurangi satu komponen gas rumah kaca, SO2 saja, CO2 saja atau hanya NOx. Lainnya halnya dengan CSNOx yang bekerja ''membilas'' gas buang dari semua komponen gas rumah kaca tersebut. Artinya teknologi yang dimiliki CSNOx lebih efektif dan efisien, baik dari sisi unjuk kerja maupun dari sisi biaya.
Dimana CSNOx Diaplikasikan?
CSNOx pada awalnya memang dikembangkan untuk industri pelayaran terutama pada kapal-kapal besar yang diharuskan memenuhi persyaratan emisi yang ketat yang dikeluarkan oleh International Maritim Organization.
Meski implementasi teknologi tersebut saat ini masih pada kapal, tidak menutup kemungkinan CSNOx juga diterapkan pada industri lainnya. Pasalnya setiap pembakaran bahan bakar fosil apapun jenisnya --diesel, gas alam, batu bara dan lainnya-- akan selalu menghasilkan CO2, SO2, NOx.
Artinya teknologi tersebut bisa diaplikasikan pada industri baja, semen, keramik, kaca, petrokimia, pengilangan, dan pembangkit listrik dan lain sebagainya. Chew Hwee Hong juga menambahkan bahwa di awal tahun depan Ecospec berencana untuk menerapkan CSNOx pada pembangkit listrik di Meksiko.
Mahalkah CSNOX?
Ketika ditanya tentang keekonomian CSNOx, Chew Hwee Hong memaparkan bahwa investasi awal teknologi tersebut lebih rendah 80% jika dibandingkan dengan teknologi lainnya.
CEO Ecospec tersebut juga menggambarkan jika masing-masing teknologi penurun emisi yang hanya mampu menurunkan satu komponen gas rumah kaca digabung agar bisa menurunkan emisi ketiga komponen gas tersebut, maka biaya investasi yang dikeluarkan akan sebesar 1,5 juta US dolar per MegaWatt atau 1.500 US dolar per kiloWatt. Sedangkan CSNOx sendiri dengan tiga fungsi yang dimilikinya sekaligus, hanya perlu investasi sebesar 300 US dolar per kiloWatt.
Dari sisi operasionalnya, Chew Hwee Hong menjelaskan bahwa untuk membersihkan gas buang sebanyak 100.000 m3 per jam atau setara dengan energi 11 MW hanya dibutuhkan 100 kiloWattjam operasi. Artinya hanya dibutuhkan biaya operasional sebesar 1%.
Pemeliharaan CSNOx sendiri terbilang mudah. Alasannya, sebagian besar merupakan perangkat elektronik dan tidak memerlukan seorang spesialis untuk menanganinya.
Too Good To Be True?
Klaim Ecospec terhadap teknologi yang dimilikinya mungkin tampak terlalu sempurna. Tetapi jika merujuk kembali capaian yang pernah didapat Ecospec dengan CSNOx-nya, maka seharusnya menjadi ''it got to be true''.
Beberapa penghargaan prestisius --Environment Protection Award di ajang Seatrade Asia Award 2009 di Shanghai dan Technology of The Year saat Green Ship Technology Conference 2010 di Copenhagen, Denmark-- yang didapat perusahaan tersebut setidaknya dan seharusnya membuktikan kehandalan teknologinya.
Perlukah Indonesia?
Jika EIA di tahun 2007 mengeluarkan daftar negara G20 penghasil emisi karbon dari sektor energi dimana Indonesia menempati peringkat ketujuh belas (2) menjadi pertimbangan, maka sudah selayaknya Indonesia segera mengaplikasikan teknologi penurun emisi gas rumah kaca pada pembangkit-pembangkit listrik batubara.
CSNOx sudah cukup menunjukkan unjuk kerjanya ketika diuji coba pada kapal. Tetapi uji coba yang akan dilakukan pada pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil juga perlu ditunggu hasil evaluasinya.
Hal tersebut sangat perlu jika CSNOx adalah teknologi yang layak --teknologi dan biaya-- untuk diimplementasikan pada pembangkit listrik. Banyak negara --termasuk Indonesia-- masih mengandalkan pasokan listrik dari pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil, khususnya batubara. Dimana harga listrik yang rendah dan keramahan terhadap lingkungan masih menjadi keharusan.
|
|