FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
misi agan2, mimin & momod. ane nubi nyoba bkin trit moga ngga ![]() ![]() [/spoiler] Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
![]() Namun, keterbatasan ilmu geologi saat itu tidak menangkap hal tersebut sebagai sebuah peringatan tanda bahaya. Bahkan, saat letusan berlangsung pada 20 Mei, di mana abu gunung dan material vulkanik terlontar mencapai ketinggian 11 km, belum ada dugaan bahwa Krakatau tengah mengawali ledakan masif tiga bulan berikutnya. Peringatan akan terjadinya letusan Gunung Krakatau 1883 pun tidak ada. Letusan Gunung Krakatau 1883 terjadi pada hari minggu. Minggu, 26 Agustus, pukul 13.00 terdengar gemuruh dari arah gunung yang terlihat jelas dari Pelabuhan Merak itu. Suaranya terdengar hingga Batavia. Dan dari jarak ratusan kilometer, terlihat menyerupai kilat petir disertai guntur.Langit suram kelam. Mendung aneh terlihat menggelantung. Hujan turun dan tidak seperti biasanya, kali ini yang jatuh berupa butiran es. Letusan Gunung Krakatau 1883 mengeluarkan bau belerang yang amat busuk. Bau belerang amat menusuk di udara Serang. Sementara Batavia diselimuti udara dingin yang aneh. Suhu turun drastis. Di Anyer, alam bahkan tenggelam dalam kegelapan total. Tangan di depan mata pun tak terlihat tanpa bantuan cahaya. Pukul 17.00, gemuruh semakin riuh dicampur ledakan beruntuk serupa meriam salvo. Dari Batavia terlihat kilatan halilintar semakin kerap. Bukan halilintar biasa, sebab dari cahayanya terlihat bahwa sambarannya ke atas, bukan ke bawah. Suasana senja sore itu berkabut. Suasana saat letusan Gunung Krakatau 1883 itu sungguh mencekam. Tidak ada berita dikirim dari Anyer maupun Serang. Orang-orang di Batavia bertanya-tanya tentang apa yang terjadi. Sebagian orang menyangka Krakatau meletus, namun yang tidak mereka perkirakan adalah besarnya malapetaka yang sedang ditebar. Malam harinya, tidak ada yang berani tidur. Semua orang waswas menunggu kepastian. Sebagian orang menyangka kiamat datang lebih cepat. Wajah-wajah panik berkeliaran di jalan-jalan. Penduduk asli Batavia berkumpul di masjid-masjid untuk berdoa. Rangkaian letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar membuat penduduk khawatir. Menjelang subuh, kembali terdengar suara gemuruh. Suara letusan Gunung Krakatau 1883 beruntun lebih kerap dan keras dari sebelumnya. Asap vulkanik membentuk tabir atmosfer dan menurunkan suhu secara drastis. Gempa hebat terjadi di Banten dan Jakarta. Hujan abu mewarnai pagi, dan matahari hilang dari langit. Barulah pada 27 Agustus, pukul 10:02 pagi, masyarakat dibuat terperangah oleh ledakan berkekuatan lebih dari 26 kali bom hidrogen terkuat yang pernah dibuat manusia dalam percobaan modern. Material vulkanik menembus angkasa hingga ketinggian 55 km. Letusan Gunung Krakatau 1883 terjadi pagi itu. Gelombang pasang menerjang Merak dan menyapu permukaannya tanpa sisa. Hujan abu berganti hujan kerikil dan material yang lebih besar. Tengah hari pukul 12, Jawa Barat dan Batavia gelap gulita, dan tersiar kabar tsunami mencapai Tanjung Priok. Kapal-kapal besar seperti Prinses Wilhelmina dan Kapal Tjiliwoeng menggelepar di daratan setelah dilambungkan ombak pasang. Caringin luluh lantak, dan Teluk Betung bagai tercampak dari peta. Gambaran tentang letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar mengerikan. Letusan Gunung Krakatau 1883 diikuti oleh tsunami. Tsunami terjadi tiga kali, yakni pada minggu petang, Senin pagi pukul 6.30, dan saing hari pukul 10.30. Gelombang terakhir yang paling dahsyat. Gelap total seluruh alam selama beberapa hari karena selimut awan bercampur material vulkanik. Saat ketebalan asap berkurang dan alam mulai terang, Gunung Krakatau telah hilang berganti dengan cekungan kaldera yang luas dan dalam. Dua hari setelah letusan Gunung Krakatau 1883, sabuk debu masih tersimpan di awan dan terbawa hingga Afrika. Dua bulan kemudian, debu masih belum sepenuhnya terlepas dari awan, bahkan menyebar ke seluruh dunia, dan pada bulan ketiga sabuk debu mencapai Eslandia. Debu itu mengubah panorama langit dan menimbulkan dampak optik yang menakjubkan seperti korona, matahari atau bulan terlihat berwarna merah, hijau atau biru di beberapa tempat di dunia. Fenomena itu berlangsung hingga berbulan-bulan setelah letusan Gunung Krakatau 1883. sumber smoga trit ini bermanfaat. TS mngharapkn ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|