Sabtu, 12 Mei 2012 yang lalu, saya bersama ketiga sahabat saya berencana berkeliling Jogjakarta. Kami yang berasal dari luar Jogjakarta ingin berakhir pekan di kota ini, kota yang terkenal dengan makanan khasnya yaitu gudeg. Jogjakarta tidak hanya identik dengan gudeg, melainkan juga identik dengan sejarah. Berbagai wisata sejarah tersedia disini. Mulai dari Candi Borobudur yang merupakan salah satu dari keajaiban dunia, Candi Prambanan, Keraton Sri Sultan, dan masih banyak lagi. Sebagai awal perjalanan, kami memutuskan untuk memulai dari Candi Prambanan. Tapi sebelum meluncur kesana, kami mengisi perut kosong di rumah makan Lombok Idjo yang terletak di Jalan Laksda Adisucipto. Makanan disini relative murah. Saya dan dua teman memesan ayam bakar dan satu lainnya memilih tempe penyet. Dan untuk makanan enak dan sambel super pedas tersebut kami hanya perlu mengeluarkan kocek 50rb untuk berempat.
[/spoiler]
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for lombok idjo:
Setelah perut terisi, kami memulai perjalanan dengan mobil yang kami sewa. Lumayan terjangkau, untuk satu mobil Suzuki swift seharga Rp.300.000 per 24 jam.
and the story begin
Nama Candi Prambanan tentu sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia serta masyarakat internasional. Candi yang terletak di desa Prambanan, pulau Jawa, kurang lebih 20 kilometer timur Yogyakarta, 40 kilometer barat Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi ini juga terkenal dengan sebutan Candi Roro Jonggrang, mendasar pada legenda yang diyakini terjadi pada masa lampau, tentang Bandung Bondowoso yang mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.
Akses ke Candi Prambanan mudah ditempuh, karena letaknya yang berada di Jalan Raya Jogja-Solo dengan jarak dari kota Jogja kurang lebih 17km dan 53km dari kota Solo. Saya bersama tiga sahabat mengunjungi candi ini dengan kendaraan pribadi, dengan alasan kemudahan. Sesampainya di depan komplek candi, kami dihadapkan pada pintu parkir. Biaya parkir untuk kendaraan roda dua Rp.3000, mobil Rp.5000, dan bus Rp.15.000. Selanjutnya, kami menuju loket pembelian tiket untuk masuk ke area candi. Ada 2 jenis tiket yang ditawarkan. Tiket Candi Prambanan saja dan tiket Candi Prambanan + Ratu Boko. Karena cuaca yang sedang terik dan menyengat, kami memutuskan untuk membeli tiket Candi Prambanan saja. Harga tiket weekend Rp.30.000 untuk Prambanan saja dan Rp.50.000 untuk paket Prambanan+Ratu Boko.
Dari pintu masuk, pengunjung harus berjalan sejauh kira-kira 100m untuk menuju komplek candi. Sepanjang perjalanan, pengunjung disuguhkan oleh taman-taman dengan rumput-rumput hijau serta aneka pohon rindang di sisi kanan dan kiri jalan setapak.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for masuk:
Aslinya terdapat 240 candi besar dan kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8 candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar, yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for tumpukan batu disekitar candi:
Candi Prambanan terdiri dari 8 candi utama, yaitu 3 Candi Trimurti, 3 Candi Wahana dan 2 Candi apit. Candi Trimurti terdiri dari Candi Brahma, Candi Shiwa, dan Candi Wisnu. Candi Shiwa merupakan candi terbesar diantara candi lainnya,dengan ukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana, terukir di dinding dalam pada pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.Dan saat saya kesana, candi ini dikelilingi pagar besi dan tidak memperbolehkan pengunjung untuk masuk ke dalamnya.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi Shiwa:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi Brahma:
Candi Wahana juga berukuran besar dan merupakan candi utama di komplek ini. Ketiganya yaitu Candi Nandi, Candi Angsa dan Candi Garuda. Ketiga candi ini boleh dimasuki pengunjung, sehingga kita dapat melihat suasana di dalam candi-candi tersebut. Dalam candi hanya berisi beberapa patung, bahkan ada pula yang tidak ada patung sama sekali. Candi Wahana merupakan persembahan untuk kendaraan atau wahana trimurti, yaitu Nandi yang berupa seekor Lembu yang merupakan kendaraan Shiwa, Angsa wahana Brahma dan Garuda wahana Wisnu. Ketiganya berada tepat berhadapan dengan penunggangnya.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi angsa:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi nandi:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for patung:
salah satu patung yang ada di dalam candi
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi kelir:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for candi apit:
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for relief:
Jika sudah puas mengelilingi komplek candi, kita dapat menuju pintu keluar komplek yang berada di sebelah utara, yang langsung mengarah pada taman bermain anak-anak. Dan lagi-lagi, kita disuguhi oleh rumput-rumput hijau dan pepohonan rindang.
Disebelah taman bermain juga terdapat museum. Museum ini dibangun dalam arsitektur tradisional Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang tersimpan di museum ini adalah berbagai batu-batu candi dan berbagai arca yang ditemukan di sekitar lokasi candi Prambanan; misalnya arca lembu Nandi, resi Agastya, Siwa, Wishnu, Garuda, dan arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula batu Lingga Siwa, sebagai lambang kesuburan.
Replika harta karun emas temuan Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk berukir Ramayana, gayung, tas, uang, dan perhiasan emas, juga dipamekan di museum ini. Temuan Wonoboyo yang asli kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Replika model arsitektur beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di museum ini. Museum ini dapat dimasuki secara gratis oleh pengunjung taman purbakala Prambanan karena tiket masuk taman wisata sudah termasuk museum ini. Pertunjukan audio visual mengenai candi Prambanan juga ditampilkan disini.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for museum:
Setelah puas berkeliling, pengunjung dapat keluar melewati pintu keluar yang terletak tidak jauh dari museum. Dan sepanjang jalan keluar, kita akan disuguhkan oleh pasar wisata yang menjual barang-barang dan oleh-oleh khas Jogja, seperti kaos, gelang, batik, dan banyak lainnya.
Selesai sudah jalan-jalan kita di Prambanan. Selain mendapat suguhan menarik dari masa lampau, kita juga bisa belajar sejarah yang amat berharga. Dan adanya situs-situs bersejarah di Indonesia tidak hanya untuk di lihat semata, melainkan untuk dihargai dan dijaga sepenuh hati