FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
Suami yang bertindak melecehkan istri sering kurang menyadari tindakannya sebagai pelecehan. Pelecehan/kekerasan emosional biasanya lebih sulit dilihat dan dikenali daripada kekerasan fisik sehingga rentan terjadi berulang kali dan muncul dalam berbagai bentuk tanpa disadari. Pelecehan emosional mengikuti suatu pola: diulang-ulang dan berkesinambungan.
Pelecehan emosional, seperti bentuk kekerasan lainnya, merupakan kecenderungan yang ada dalam diri seseorang. Biasanya ini berkembang karena lingkungan sosial yang tanpa disadari membentuknya demikian, terutama pola asuh orangtua yang diwarnai kekerasan. Seperti berbagai bentuk pelecehan dalam hubungan, mereka yang paling lemah dalam kekuasaan dan sumber daya dalam masyarakat adalah yang paling sering mengalami pelecehan emosional. Tidak ada definisi universal yang disepakati mengenai pelecehan emosional. Seperti halnya berbagai bentuk pelecehan dalam relasi sosial, pelecehan emosional (emotional abuse) didasarkan pada kekuasaan dan kontrol. Berikut adalah bentuk-bentuk pelecehan atau kekerasan emosional yang dikenal secara luas: - Penolakan Menolak mengenal/menghargai orang yang hadir, menolak berkomunikasi, mendevaluasi pikiran dan perasaannya. - Menghina Perilaku yang merendahkan identitas, martabat, dan harga diri seseorang. Contoh: berteriak, menyumpahi, merendahkan di depan umum atau menyebut si bodoh, mengejek ketidakmampuan seseorang, dsb. - Meneror Melakukan teror atau membuat ketakutan berlebihan atas seseorang, melakukan intimidasi, menempatkan atau mengancam menempatkan seseorang di tempat yang tidak sesuai atau berbahaya. Contoh: memaksa seorang anak untuk melihat tindak kekerasan terhadap anggota keluarga atau binatang peliharaan, mengancam meninggalkan/melukai secara fisik/membunuh seseorang/binatang kesayangan, mengancam akan merusak milik orang lain, mengancam mendeportasi seseorang atau memasukkannya ke dalam institusi (yang tidak diinginkan). - Mengisolasi Pembatasan secara fisik, membatasi kontak yang normal dengan orang lain, membatasi kebebasan seseorang di dalam lingkungan sendiri. Contoh: melarang orang dewasa mengambil keputusan mengenai hidupnya sendiri, mengunci anak di toilet, menolak pasangan mengakses uang dalam urusan finansial, membatasi kontak dengan cucu, mengurangi dukungan untuk mobilitas atau transportasi. - Mengorupsi/mengeksploitasi Mensosialisasikan seseorang dalam gagasan atau perilaku yang berlawanan dengan standar hukum, menggunakan seseorang untuk keuntungan pribadi, melatih anak untuk memuaskan minat pelaku. Contoh: pelecehan seksual terhadap anak, membolehkan anak minum alkohol & obat-obatan, atau menonton pornografi, memikat seseorang untuk perdagangan seks. - Mengingkari tanggung jawab emosional Kegagalan untuk memberikan perawatan secara peka dan bertanggung jawab, hubungan yang jauh dan tidak adanya keterlibatan, interaksi hanya bila diperlukan, mengabaikan kebutuhan akan kesehatan mental seseorang. Contoh: mengabaikan seorang anak yang ingin berinteraksi, kegagalan menunjukkan afeksi, perhatian, dan cinta terhadap anak. Dampak terhadap pasangan & anak Berbagai dampak pelecehan emosional perlu kita pikirkan. Bagaimanapun, pelecehan emosional mendukung pelecehan lainnya. Contohnya, pelecehan emosional oleh pasangan menyokong terjadinya kekerasan verbal maupun fisik.Tidak ada kekerasan/pelecehan yang terjadi tanpa efek psikologis. Semua bentuk pelecehan memuat elemen pelecehan secara emosional dan menimbulkan gangguan psikologis. Pelecehan emosional juga dapat melukai rasa harga diri dan konsep diri seseorang. Pada anak, kekerasan/pelecehan emosional sering diterapkan dalam upaya menegakkan disiplin, yang memiliki efek negatif menghambat perkembangan psikologis anak mencakup masalah: inteligensia, memori, rekognisi, persepsi, perhatian, imajinasi, dan perkembangan moral. Selain itu, dapat memengaruhi perkembangan sosial anak dan menghambat kemampuan mereka untuk mempersepsi, merasakan, memahami, dan mengekspresikan emosinya. Demikianlah, pelecehan emosional merupakan fenomena yang masih jarang menjadi sorotan publik. Namun, prevalensi kejadiannya cukup besar dan memiliki dampak psikologis yang sama-sama menyakitkan seperti halnya bentuk kekerasan verbal yang lain atau fisik. Semoga kita bukan salah satu dari pelaku ataupun korbannya! sumber |
#2
|
||||
|
||||
![]()
hehehe, menyebut si bodoh juga termasuk ya ndan?
ane sering ngatain pacar ane bodoh, tp dia ngatain ane dungu. konteksnya bercandaan sih |
#3
|
||||
|
||||
![]()
harus banyak belajar nih ndan, biar bisa lebih menghargai istri.....
![]() |
#4
|
||||
|
||||
![]()
kalo Kekerasan Dalam Rumah Tangga dimanapun pasti terjadi...
yang dilarang dan diharamkan adalah Kekerasan Dalam Rahim Tetangga ndan...:nyahaha: |
#5
|
||||
|
||||
![]() Quote:
![]() ![]() ![]() |
#6
|
|||
|
|||
![]()
hmm...
keknya mang harus byk belajar nie,, nice inpo ndan..:73: |
#7
|
||||
|
||||
![]()
nice inpo ndan,,,
baru tau ane penolakan masuk pelecehan juga,,,hahahah |
![]() |
|
|