Semen merupakan salah satu komponen penting dalam membuat bangunan permanen. Semen merupakan perekat non-organik dan biasa digunakan bersama-sama dengan pasir, agregat, atau bahan-bahan berupa fiber untuk membuat beton. Semen juga digunakan untuk membuat material-material yang akan digunakan sebagai komponen dalam pekerjaan konstruksi seperti bata berlubang, ornamen cetak dan lain-lain.
semen_portland12Semen adalah hasil industri dari bahan baku batu kapur (gamping) sebagai bahan utama dan lempung (tanah liat) atau bahan pengganti lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk. Untuk menghasilkan semen, bahan baku dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinker-nya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong (sak) dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg.
Semen dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu semen hidraulik dan semen nonhidraulik. Semen hidraulik mengeras setelah terjadi reaksi dengan air sedangkan semen non hidraulik merupakan semen yang tidak dapat mengeras bila terjadi reaksi dengan air.
Semen sendiri dapat dikategorikan sebagai sebuah produk teknologi. Namun tahukan Anda, bagaimana prosesnya hingga teknologi yang satu ini digunakan secara luas di seluruh dunia? Semen pertama bentuknya bubuk dan diciptakan pada zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Semen ini dinamakan pozzuolana. Walaupun di zamannya semen ini banyak digunakan, namun popularitasnya tidak berlangsung lama. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100�1500 M) semen pozzuolana ini sempat menghilang dari peredaran.
Baru pada abad ke-18 John Smeaton, insinyur asal Inggris, kembali menciptakan adonan model baru. Ia membuatnya dengan mencampur batu kapur dengan tanah liat. Ia membuatnya dalam rangka pembangunan menara suar Eddystone di lepas pantai Cornwall, Inggris.
Namun tekologi hasil temuannya ini tidak ia patenkan. Joseph Aspdin, insinyur berkebangsaan Inggris-lah yang mengurus hak paten semen buatannya sendiri. Ia menamakan semen buatannya �semen portland�. Ini terjadi pada 1824. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Quote:
Konon semen dihasilkan dari campuran batu kapur dengan abu vulkanis dari gunung berapi. Pada masa itu semen diberi nama pozzuolana. Nama ini disesuaikan dengan daerah asal semen ditemukan yakni di daerah Pozzuoli, Italia. Namun sejak kerajaan Romawi runtuh, pada sekitar tahun 1100-1500, sejarah semen seolah terputus dari peredaran.
Semen mulai muncul kembali pada tahun 1700-an, tepatnya di Inggris setelah seorang ahli teknik bangunan bernama John Smeaton mencoba adonan semen baru dengan memanfaatkan batu kapur dan tanah liat. Saat itu semen digunakan untuk membangun sebuah menara. Namun amat disayangkan, semen termuan Smeaton tidak dipatenkan.
Sampai akhirnya pada tahun 1824, semen justru dipatenkan oleh seorang ahli teknik, Joseph Aspdin. Ia mematenkannya dengan nama Semen Portland karena hasil olahannya mirip dengan tanah di Pulau Portland, Inggris. Ramuan semen Aspidinlah yang banyak diaplikasi oleh produsen sekarang ini.
Kini ada berbagai macam jenis dan tipe semen yang dikenal. Bahkan, sesuai dengan perkembangan zaman, semen kini sudah ada yang instan, alias tinggal campur dengan air, langsung bisa digunakan. Sungguh, sebuah inovasi yang sangat berguna. Adanya semen kini telah menghasilkan monumen dan bangunan ternama di berbagai dunia.
|
Quote:
Kalo dari sejarahnya Indonesia :
Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton
Benar atau tidak, cerita, legenda tadi menunjukkan dikenalnya fungsi semen sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.
Sedangkan kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira "memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski sempat populer di zamannya, nenek moyang semen made in Napoli ini tak berumur panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100 - 1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran.
|