Biro Pers Istana/Rusman Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan Presiden Jokowi bertemu di Istana Bogor, 11 Oktober 2015
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak menyatakan, Presiden
Joko Widodo merasa malu akibat kabut asap yang sedang menyelubungi kawasan Pulau Sumatera, Kalimantan, hingga ke negeri jiran, Singapura, Malaysia, dan Thailand.
"Secara tidak langsung, beliau meminta maaf, merasa tertekan dan juga malu," kata Najib kepada jurnalis, setelah bertemu Presiden Jokowi di Istana Bogor, Minggu (11/10/2015).
"Ini situasi yang sangat rumit, dan tentunya Presiden Jokowi tidak pernah menginginkan peristiwa ini terjadi," lanjut Najib.
Perdana menteri yang sudah berkuasa 6 tahun itu juga menambahkan bahwa Malaysia bersedia untuk mengirimkan lebih banyak bantuan, baik tenaga manusia maupun teknologi, untuk memerangi kabut asap ini. Najib menjelaskan bagaimana kabut asap ini disebabkan oleh kebakaran hutan akibat metode pembakaran
slash and burn untuk membuka lahan.
"Jika mereka (petani) tidak menggunakan
slash and burn, biayanya 40 kali lebih mahal."
Najib juga mengatakan bahwa berdasarkan informasi yang diterimanya, hanya 3 persen kebakaran ini disebabkan oleh perusahaan perkebunan yang melakukan pembakaran ilegal.
Perdana Menteri berumur 62 tahun ini juga mengusulkan agar Indonesia memasang sumur pipa ke dalam tanah gambut untuk mencegah kebakaran dan kabut asap, seperti yang telah berhasil diterapkan di Malaysia.
Dia menilai, rencana pembangunan jaringan kanal yang diperintahkan Jokowi akan memakan waktu terlalu lama.
PM Najib sedang melakukan kunjungan kerja dua hari ke Indonesia untuk memperkuat kerja sama bilateral di bidang industri kelapa sawit dan juga mendiskusikan masalah lingkungan