Dulu waktu kita kecil dan masih bersekolah, biasanya kita menggunakan angkutan umum, sepeda atau berjalan kaki untuk mencapai sekolah. Sebagian anak lebih beruntung karena mendapat fasilitas antar jemput ke sekolah.
berbeda dengan anak-anak dari Kolombia ini. Mereka tingga di desa terpencil dan berada di atas bukit. Untuk mencapai ke sekolah anak-anak ini terpaksa menaiki flying fox (zipline) dengan panjang sekitar 400 meter dan kecepatan mencapai 60 km/jam, tanpa alat keamanan yang sesuai. Anak-anak yang masih terhitung sangat kecil ini menaikin flying fox untuk menyebrangi lembah. Tak jarang anak-anak kecil ini masih harus menaiki flying fox sembari menggendong sang adik dan membawa tas sekolah.
Lihat di bawah gan penampakannya :
Tambahan gan
1.Tebing curam gulu cina
Ironi pendidikan juga terjadi di negeri kita tercinta. Saat anak-anak sekolah di Jakarta nyaman dengan kendaraan mewah ayah ibunya ke sekolah, anak-anak di Padang, Sumatra Barat harus menempuh jalan ekstrem ke sekolah.
Bayangkan mereka harus ke sekolah melewati sungai besar berarus besar. Bukan melewati jembatan yang dibangun pemerintah, mereka harus melewati besi yang tipis sambil bergelantungan.
Ya, benar-benar bergelantungan. Kedua tangan harus memegang erat-erat besi di atas. Sementara kakinya hanya berjalan di atas besi yang cukup kecil.</div></div></div>