Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > HOBI > Other Discussion > Save Our Planet

Save Our Planet Forum diskusi tentang penyelamatan lingkungan hidup, tips, dan ide untuk GO Green

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 13th August 2010
Arya's Avatar
Arya Arya is offline
Senior Ceriwiser
 
Join Date: Apr 2010
Location: Surabaya
Posts: 6,003
Rep Power: 57
Arya has disabled reputation
Default Dampak Penebangan Hutan bagi Hutan-hutan Dipterocarpaceae

Dampak Penebangan Hutan bagi Hutan-hutan Dipterocarpaceae

Pohon-pohon besar yang hidup di hutan-hutan dataran rendah Indonesia sering diiibaratkan terlihat menjulang tinggi seperti layaknya �katedral� . Ketinggian kanopi di hutan hujan Indonesia dapat mencapai hampir 50 meter. Jenis-jenis pohon yang berada di hutan-hutan ini adalah dari Suku Dipterocarpaceae. Pohon-pohon ini menduduki sekitar 80% daribiomassa pohon yang kanopinya tertinggi dan nilai biomassanya mencapai 70% dari seluruh biomassa pohon yangkanopinyatertinggi (Curran dan Leighton, 2000:101-128). Juga merupakan 10% dari semua jenis pohon yang ada di Indonesia (Ashtonet.al., 1998:44-66).

Jenis-jenis pohon dari suku Dipterocarpaceae merupakan bagian akhir dari suksesi hutan, karena hanyatumbuh di hutan-hutan yang sudah memiliki kanopi yang rapat. Jenis-jenisnya tersebar luas sekali, tumbuh di hutan-hutan daridataran rendah sampai kaki pegunungan di seluruh Asia Tenggara dan sub-benua India. Suku Dipterocarpaceae merupakanbagian dari kayu keras yang paling berharga di dunia. Satu pohon nilainya dapat mencapai beberapa ribu dolar.

Sebagai akibat dari krisis ekonomi saat ini dan korupsi yang telah terjadi selama beberapa dekade, hutan-hutan Dipterocarpaceae di Indonesiasecara komersial ditebang dengan laju penebangan yang tinggi dan tidak berkesinambungan.Dampak langsung penebangan terhadap hutan yang sangat jelas, adalah hilangnya sejumlah pohon tertentu. Sedangkandampak tidak langsungnya adalah pengaruh yang besar terhadap kelangsungan/keberadaan hutan dataran rendah di masa depan.Penebangan sangat menghambat pertunasan (Appenah dan Mohd Rasol, 1995:258-263).Tanaman-tanaman ini tidak hanya harusmenghadapi bahaya terinjak-injak, terluka, dangangguan-gangguan lainnya yang disebabkan oleh penebangan, tetapi juga harusbersaing dengan spesies pionir yang tumbuh cepat yang dapat membuat tanaman tersebut kalah dalam bersaing mendapatkancahaya matahari. Satu kajian menunjukkan bahwa penebangan kembali spesies pionir dan pemberian lubang di kanopi untukmemberi lebih banyak sinar matahari mampu meningkatkan ketahanan regenerasi Dipterocarp hingga 30%. Di daerah-daerahyang tidak dikelola, Dipterocarp umumnya hanya menutup 25% dari total luas lahan basah (Kuusipalo et.al., 1997:209-219).Dampak-dampak dari penebangan hutan-hutan ini jauh lebih besar daripada batasan-batasan yang diberlakukan dalampemberian hak pengusahaan hutan.

Salah satu karakteristik yang paling nyata dari Dipterocarpaceae adalah pola reproduksinyayang dikenal sebagai pembuahan massal (mast-fruiting). Setelah beberapa tahun, baik menjalani kegiatan reproduksi sedikit atautidak sama sekali, hampir semua Dipterocarpaceae dan sampai 88 persen dari semua spesies kanopi memasuki periode induksidan pembuahan yang cepat. Fenomena ini, yang pertama kali dideskripsikan oleh Dan Janzen, dikenal sebagai pembuahanmassal. Janzen menyampaikan teori bahwa dengan berbuah secara sinkron,Dipterocarpaceae dapat memuaskan pemakan bijidengan buahnya sehingga memungkinkan sebagian besar bijinya dapat bertahan (Janzen, 1974:69-103; Janzen, 1970:501-528).Strategi ini hanya berhasil jika predator secara alami menyebarkan biji ke tempat-tempatyang luas. Namun jika predator hanyamenyebarkan biji ke tempat yang terbatas, yaitu karena fragmentasi hutan dan penebangan hutan secara selektif, maka jumlahpredator ini mungkin tidak cukup untuk dapat mengkonsumsi biji yang diproduksi secara besar-besaran. Oleh karena itu dampakpembuatan jalan pengangkutan kayu dapat mempengaruhi kesehatan hutanhutan yang letaknya sampai beberapa kilometerjauhnya.Studi yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa pembuahan secara massal terjadi selama El Ni�o (ENSO)berlangsung. Kejadian ini tampaknya juga sangat mempengaruhi produksi biji dan regenerasi regional (Curran dan Leighton,2000:101-128). Meskipun ada pengaruh ENSO yang sangat kuat selama tahun 1997-1998, Curran dan Leighton menemukanbahwa sejak 1991, masa perkecambahan biji menjadi semai di lokasi studi mereka, yaitu Taman Nasional Gunung Palung hampirgagal total (Curran et.al., 1999). Kawasan hutan Dipterocarpaceae di Gunung Palung sendiri sebenarnya sebagian besar masihbelum terganggu tetapi hutan-hutan di sekitarnya sudah sangat terdegradasi dan dikelola sebagai kawasan HPH.

Para peneliti meyakini bahwa strategi reproduksi Dipterocarpaceae sangat rentan terhadap gangguan karena keberhasilan regenerasinya bergantung pada kemampuan predator untuk menyebar ke kawasan yang sangat luas. Hasil studi ini menegaskan faktapentingnya pengelolaan kawasan hutan secara efektif dan penilaian kembali kawasan-kawasan yang sekarang diperuntukkan bagikegiatan penebangan hutan.

Reply With Quote
  #2  
Old 16th November 2010
VHIENSKI VHIENSKI is offline
Newbie
 
Join Date: Jun 2010
Posts: 2,691
Rep Power: 0
VHIENSKI has disabled reputation
Default

strategi reproduksi Dipterocarpaceae baru tau ndan
__________________
if you appreciate our fair please behave

Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 06:22 PM.


no new posts