FAQ |
Calendar |
![]() |
#1
|
|||
|
|||
![]() Jadi.... Anda ingin menjadi Buddha ??? Apakah Buddha Itu? Kriteria Buddha ada berbagai versi, ada yang menganggap bahwa tingkatan Buddha itu sesuatu yang tidak terlalu sulit dan dapat dicapai oleh setiap orang, bahkan kita adalah calon Buddha. Mereka yang berpendapat seperti ini, menganggap bahwa setiap makhluk pada akhirnya harus menjadi Buddha untuk mencapai Nibbana. Mereka mendewa-dewakan Sang Buddha dan akhirnya membuat posisi Sang Buddha sejajar dengan para dewa. Ini adalah pengangkatan yang lebih bersifat merendahkan dan melecehkan Sang Buddha daripada meninggikan, karena Sang Buddha adalah yang tertinggi, lebih tinggi daripada dewa maupun Brahma sekalipun. Apakah semudah itu untuk menjadi Seorang Buddha? Apa iya setiap orang dapat dan pasti menjadi Buddha (Samma-sambuddha)? Jika diteliti sesuai dengan kitab suci Tipitaka Pali tentu tidak benar, karena posisi Samma-Sambuddha, Pacceka-Buddha, Savaka-Buddha, dan Boddhisatva diuraikan dengan jelas, demikian juga dengan keadaan psikologis sesuai dengan pencapaianNya. Apakah syarat dan jalan untuk menjadi Buddha? Setiap orang yang ingin menjadi Buddha, harus memiliki tekad yang keras dan kuat melebihi intan (baja masih termasuk lunak), mereka yang bercita-cita ingin menjadi Seorang Buddha harus mengulangi tekadnya terus-menerus untuk jangka waktu yang "teramat panjang" tak terhitung dalam tahun, hitungannya dalam kappa (kalpa, skr). Pertama kali seorang calon Bodhisatta (baru calon), harus meneguhkan tekad selama enam belas asankheyya kappa dan seratus ribu kappa asankheyya kappa yaitu jumlah maha-kappa yang tidak terhitung, bedakan pengertian asankheyya menurut Buddhavamsa dengan asankheyya menurut bagian lain dari Sutta-pitaka yang merupakan jumlah seperempat maha-kappa) dan terbagi dalam dua periode, yaitu: Periode bertekad dengan pikiran yang merupakan periode awal seorang calon Bodhisatta, pada periode ini calon Bodhisatta melakukan perbuatan-perbuatan berjasa dan tekadnya masih dipendam dalam pikiran dan ini dilakukan selama sembilan asankheyya kappa dan seratus ribu kappa, periode ini disebut periode mano-panidana-kala yang dimulai ketika Bodhisatta hidup di jaman Sang Buddha Brahma-Deva, pada waktu itu beliau hidup sebagai raja, dan menterinya pada waktu itu adalah calon Buddha Metteyya. Inilah awal tekad Boddhisatta yang dilakukan dengan pikiran. Periode bertekad dengan pikiran dan perkataan, pada periode kedua ini tekad yang disampaikan seorang calon Bodhisatta tidak hanya disimpan dalam pikiran, tetapi juga diucapkan, dan ini dilakukan selama 7 asankheyya kappa dan seratus ribu Kappa. Periode ini disebut dengan periode vaci-panidana-kala, pada periode ini Bodhisatta sering mengutarakan tekadnya untuk suatu ketika menjadi Samma-Sambuddha. Ia bertekad pada Jaman Sang Buddha Purana-Gotama, pada waktu itu ia juga hidup sebagai seorang raja. Pada masa ini calon Bodhisatta bertekad bahwa apabila kelak Ia menjadi Buddha, ia juga mendapatkan nama Gotama. Setelah melewati periode bertekad dengan pikiran dan ucapan, maka calon Bodhisatta terlahir sebagai anak hartawan yang kaya luar biasa, tetapi Bodhisatta mendanakan seluruh harta kekayaan warisannya kepada masyarakat lalu Beliau menjadi pertapa. Pada waktu itu Sang Buddha Dipankara muncul di dunia, calon Bodhisatta yang bernama Sumedha mendapatkan penetapan dari Sang Buddha Dipankara yang disebut Niyata-Vivarana, setelah mendapat penetapan dimulailah Periode bertekad dengan pikiran, ucapan dan perbuatan yang disebut periode kaya panidana kala, pada periode ketiga ini Boddhisatta banyak melakukan perbuatan jasa yang disertai dengan perbuatan dan telah mendapatkan penetapan sebagai Bodhisatta yaitu calon Samma-sambuddha. Tetapi ada delapan kondisi yang harus dipenuhi bagi seorang calon Bodhisatta, untuk mendapatkan penetapan dari seorang Samma-Sambuddha, yaitu: 1. Calon Bodhisatta harus terlahir sebagai seorang manusia 2. Calon Bodhisatta harus seorang laki-laki 3. Calon Bodhisatta harus seorang tihetuka patisandhi puggala (yaitu orang yang terlahir dengan tidak disertai akar lobha, dosa dan moha), dan ia memiliki kemampuan untuk mencapai Arahat dalam kehidupan itu juga, bila ia menginginkan. 4. Calon Boddhisatta harus bertemu bertatapan muka dengan seorang Samma-sambuddha 5. Calon Bodhisatta pada saat itu harus seorang bhikkhu atau pertapa. 6. Calon Bodhisatta harus memiliki Jhana dan Abhinna atau kekuatan gaib yang berasal dari konsentrasi (Attha-samapatti jhana-Labbi) 7. Calon Boddhisatta harus siap mengorbankan dirinya untuk kepentingan Buddha Dhamma. Hal ini terbukti ketika pertapa Sumedha memasang tubuhnya untuk menutupi lubang jalan yang belum selesai ditutupi ketika Sang Buddha Dipankara akan lewat. 8. Ia harus memiliki tekad yang kuat, walaupun ia tahu bahwa ia akan sangat menderita di alam apaya untuk mencapai cita-citanya. Setelah mendapatkan Niyata-Vivarana, seorang Bodhisatta mendapatkan lima keuntungan, yaitu: 1. Ia tidak akan terlahir cacat 2. Ia tak akan terlahir di Neraka 3. Bila terlahir sebagai hewan, ukurannya tak akan lebih besar daripada seekor gajah, dan tak akan lebih kecil dari ukuran burung puyuh. 4. Bila terlahir di alam peta, ia hanya akan terlahir sebagai paradatu-pajivika peta, yaitu peta yang dapat menerima pemberian dari sembahyang dan sebagainya. 5. Ia tak akan terlahir sebagai wanita atau waria. Ada tiga macam Samma-sambuddha yang dicapai sesuai dengan waktu pencapaiannya dihitung dari sejak ia mendapatkan penetapan Niyata-Vivarana: Untuk Bodhisatta yang menonjol kebijaksanaannya hanya diperlukan waktu selama 4 asankheyya kappa dan seratus ribu kappa untuk menyelesaikan paramitanya, dan disebut pannadhika Buddha Untuk Bodhisatta yang menonjol dalam cinta kasih diperlukan waktu selama 8 asankheyya kappa dan seratus ribu kappa, dan disebut Saddhadhika Buddha. Dan bagi Bodhisatta yang menonjol semangatnya maka diperlukan waktu selama 16 asankheyya dan seratus ribu kappa untuk menyelesaikan paramitanya, dan disebut Viriyadhika Buddha. Setelah Bodhisatta menyelesaikan periode ketiga ini, maka Bodhisatta tersebut akan mencapai Samma-Sambuddha. Berapakah lamanya satu kappa? Ada empat macam kappa yang dikenal dalam Kitab Suci Tipitaka, yaitu: Ayu kappa: ialah kappa yang berkenaan dengan umur rata-rata manusia, pada jaman Sang Buddha Gotama umur rata-rata manusia adalah 100 tahun. Antara kappa: ialah kappa selang, yaitu selang waktu antara umur manusia rata-rata 10 tahun, kemudian naik menjadi tak terhitung (bisa jutaan atau milyaran tahun), kemudian turun lagi hingga menjadi 10 tahun lagi. Maha kappa: ialah satu siklus dunia yaitu lamanya siklus pembentukan bumi, hancur dan terbentuk kembali. Waktunya lebih lama dari yang diperlukan untuk mengusap habis sebuah batu cadas yang utuh padat, dan mulus dengan kain sutra yang halus setiap seratus tahun sekali. Atau waktu yang diperlukan untuk menghabiskan biji mustard yang disusun rapi berjumlah satu mil kubik dan diambil satu butir setiap seratus tahun sekali jumlahnya lebih dari trilyunan. Asankheyya kappa: ada dua interpretasi asankheyya kappa, yaitu, Asankheyya kappa yang merupakan 1 bagian dari empat bagian siklus dunia (seperempat Maha kappa). Dan Asankheyya kappa yang merupakan jumlah dari mahakappa-mahakappa tak terhitung, seperti yang tertulis dalam Buddha Vamsa. Adakah jalan singkat menjadi Buddha? Ada sebagian orang yang berpandangan salah, dengan beranggapan bahwa keselamatan, jodoh, rejeki, bahkan surga dan Nibbana bisa dicapai dengan doa dan pembacaan paritta-paritta suci, atau menyebut-nyebut nama seseorang hingga sekian kali. Alangkah mudahnya.... Kepercayaan yang mirip-mirip ini parahnya adalah membakar kertas jimat dengan tulisan tertentu, lalu direndam dalam air kemudian meminum airnya. Bila hal seperti itu ada manfaatnya, maka segala sesuatu di dunia mungkin hanya diselesaikan dengan cara seperti itu, sehingga tak perlu lagi usaha, bila kita perlu sesuatu tinggal berdoa atau membakar kertas jimat. Terlalu indah untuk dikhayalkan bukan? Kenyataannya memang demikian, banyak orang yang suka bermimpi indah walaupun bersifat khayal semata. Juga banyak pemimpin dengan bermodalkan khayalan indah sengaja menipu pengikutnya dengan menawarkan jalan keselamatan bila dibaptis menjadi pengikutnya. Apakah ilmuwan dapat menjadi ahli tanpa belajar, cukup hanya dengan doa dan bakar buku pelajaran di sekolah dan kemudian minum airnya? Bila hanya untuk mendapatkan selembar kertas gelar mungkin masih bisa didapat dengan uang, bahkan gelar S3, tetapi bagaimana dengan ilmunya? Dapatkah pemain tenis lapangan profesional menjadi ahli begitu saja? Mungkinkah tidur di lapangan tenis supaya menjadi pintar? atau mungkin minta disembur air oleh pelatih, supaya ilmunya menular? Kembali ke pertanyaan di atas, adakah jalan singkat menjadi Buddha? Pertanyaan ini mungkin harus dijawab dengan pertanyaan serupa, adakah jalan singkat memanah empat tiang sebesar lidi di empat sudut berbeda sekaligus hanya dengan sekali memanah? Tentu tidak mungkin dipelajari dalam waktu singkat, sesudah kita matipun pasti belum bisa memanah setepat itu bahkan tak akan bisa dicapai hanya dalam satu atau dua kehidupan. Tahukah anda bahwa untuk mempelajari ilmu memanah seperti itu hingga mahir jauh lebih mudah daripada melatih diri untuk menjadi seorang Samma-Sambuddha. Sesuai dengan kata-kata Sang Buddha sendiri dalam Majjhima Nikaya, bahwa dalam Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semuanya melalui proses berulang-ulang bagai ombak di lautan yang memecah pantai. Bisakah semua orang menjadi Buddha? Banyak orang yang beranggapan bahwa setiap orang bisa menjadi Buddha, karena setiap orang memiliki benih Buddha dan otomatis akan menjadi Buddha. Jawaban atas persoalan di atas bisa menjadi kontradiktif, yaitu jawabannya bisa ya dan juga bisa tidak. Bila yang dimaksud Buddha adalah semua jenis Buddha, maka jawabannya adalah ya. Tetapi bila yang dimaksud dengan Buddha adalah Samma-Sambuddha, seperti Sang Buddha Gotama maka jawabannya adalah tidak. Mungkin banyak di antara para pembaca sekalian yang telah mengenal bahwa ada tiga jenis Buddha yang telah disebutkan di atas, yaitu : 1. Sammasambuddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai dengan usaha sendiri dan mampu mengajarkan kepada makhluk lain. 2. Pacceka Buddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai dengan usaha sendiri, tetapi tak dapat mengajarkan kepada mahkluk lain. 3. Savaka Buddha, yaitu ke-Buddha-an yang dicapai berkat ajaran Sammasambuddha, dan mereka mungkin bisa mengajar dan mungkin juga tak bisa mengajar. Setiap orang akan menjadi salah satu di antara ketiga macam Buddha ini, tetapi untuk menjadi Sammasambuddha tidak setiap orang sanggup, karena demikian sulit, sebenarnya paramita yang harus dilaksanakan paramita yang sama, tetapi jumlahnya jauh lebih besar, sehingga waktu yang diperlukan juga relatif jauh lebih lama. Sang Buddha pernah mengatakan bahwa perjuangan menyempurnakan paramita dalam usaha Beliau menjadi Sammasambuddha sangat menyakitkan dan kadang-kadang menimbulkan rasa frustrasi. Kapankah seorang Samma Sambuddha muncul? Seorang Sammasambuddha akan muncul bila umur rata-rata manusia tidak lebih dari 100.000 tahun dan tidak kurang dari 100 tahun, mengapa? Karena bila umur manusia lebih dari 100.000 tahun maka kematian sangat jarang terjadi, sebab moral manusia masih cukup tinggi dan dengan demikian manusia pada jaman itu sangat sulit untuk melihat Anicca, Dukkha, dan Anatta yang harus disadari, untuk membawa kemajuan dalam meditasi. Bila umur manusia kurang dari 100 tahun maka kekotoran batin manusia sudah sangat tebal sehingga sulit bagi mereka menembus empat kesunyataan mulia. Seorang Sammasambuddha hanya muncul pada waktu umur manusia rata-rata menunjukkan penurunan, karena penurunan usia rata-rata manusia juga sejalan dengan penurunan kualitas moral. Mungkinkah muncul dua Sammasambuddha? Bila yang dimaksud adalah Savaka Buddha atau Pacceka Buddha lebih dari duapun bisa terjadi, tetapi khusus Samma Sambuddha, hanya ada satu Samma Sambuddha untuk satu periode tertentu. Bila ada orang yang mengaku dirinya adalah Buddha sedangkan Dhamma yang diajarkan oleh seorang Samma Sambuddha masih bertahan, maka siapapun yang mengaku bahwa dia telah mencapai Ke-Buddha-an sepatutnya dikasihani atas ketidak-tahuannya atau kebodohannya yang berasal dari ambisi besar tanpa disertai kemampuan yang cukup. Dalam meditasi, setelah mencapai tingkat tertentu dapat timbul penghalang-penghalang meditasi yang disebut upakilesa, bagi orang yang mengalami upakilesa ini bisa saja keluar sinar dari tubuhnya dan dianggapnya bahwa ia telah mencapai penerangan. Sebab bagi orang yang tak mengerti apa itu ke-Buddha-an akan menganggap dirinya telah mencapai Ke-Buddha-an bila telah melihat sinar keluar dari tubuhnya, padahal sinar itu sebenarnya adalah penghalang meditasi yang seharusnya diatasi, bisa juga Nimitta (gambaran batin) yang muncul dan dianggapnya bahwa ia telah menjadi Buddha, padahal saat Nimitta pertama ini muncul Jhana pun belum tercapai. Ada salah kaprah parah yang sering terjadi di masyarakat, mereka yang salah kaprah beranggapan bahwa setiap orang adalah calon Sammasambuddha, anggapan ini sama salahnya dengan mengatakan bahwa setiap orang dilahirkan dengan bakat yang sama dengan Mozart. Kesimpulan dan saran. Secara teoritis kita semua bisa mencapai Ke-Buddha-an, tetapi tidak semua orang memiliki tekad intan yang secara sadar dan mengerti sanggup menahan penderitaan untuk menyelamatkan makhluk-makhluk lain, kalaupun ada maka orang seperti itu mungkin hanya ada satu di antara milyaran atau bahkan trilyunan, kebanyakan di antara kita menginginkan untuk menjadi Buddha tanpa bersusah payah menahan semua penderitaan. Kebanyakan menginginkan untuk memiliki semua kemampuan gaib seorang SammaSambuddha tanpa bersusah payah, sebenarnya yang mereka inginkan adalah mimpi-mimpi indah, bukan suatu tekad suci untuk menolong semua makhluk seperti Sang Buddha yang bahkan rela mengorbankan kebahagiaan diri sendiri demi kebahagiaan makhluk lain, karena pengorbanan diri sendiri bila diperlukan untuk kebahagiaan makhluk lain yang dilakukan berulang kali adalah salah satu kunci untuk pencapaian Ke-Buddha-an. Berusahalah untuk realistis, setiap warga negara Indonesia berhak menjadi Presiden, tetapi hanya ada satu Presiden di antara dua ratus juta penduduk untuk suatu masa tertentu. Perjuangan yang diperlukan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia mungkin jutaan kali, trilyunan kali, jutaan trilyun kali lebih mudah daripada perjuangan yang diperlukan untuk menjadi seorang Samma Sambuddha. Bila semua orang ingin menjadi Samma Sambuddha lalu siapa yang akan menjadi Arahat atau Pacceka Buddha? Bukankah bila semua orang ingin menjadi SammaSambuddha berarti perjuangan Sang Buddha untuk menyelamatkan para makhluk dengan mengajarkan jalan untuk mencapai Nibbana menjadi sia-sia, karena semua makhluk dianggap tak ada satupun yang mencapai Nibbana, kecuali telah mencapai Samma Sambuddha? Dan bila semua makhluk bertekad untuk menjadi Samma Sambuddha maka Samma Sambuddha hanya menyelamatkan dirinya sendiri, karena para makhluk menolak untuk diselamatkan sebab mereka ingin menyelamatkan diri sendiri tanpa mendapatkan bantuan berupa bimbingan dari makhluk lain. Apa memang demikian? Bila memang benar anda ingin menjadi Buddha hanya karena mimpi-mimpi indah itu, maka urungkanlah, karena jelas akan memperpanjang penderitaan anda sebab kecenderungan setiap makhluk hidup adalah jatuh ke alam-alam yang lebih rendah. Perhatikanlah alam sekitar kita, berapakah banyaknya makhluk yang menjadi anak ikan? Berapakah makhluk yang terlahir menjadi serangga? Belum dihitung makhluk yang terlahir di neraka, Peta dan alam Asura. Penulis bukan bermaksud mematahkan mimpi-mimpi mulia anda, tetapi hanya memberikan saran untuk bersikap realistis. Bukankah membawa sebanyak mungkin makhluk hidup ke Nibbana adalah tujuan seorang Samma Sambuddha? Demi kebahagiaan anda Sang Buddha berjuang selama jangka waktu yang luar biasa lamanya, entah berapa banyak kelahiran tak terhitung jumlahnya. Perjuangan itu akan sia-sia bila Arahat-pun belum mencapai Nibbana atau bila semua orang ingin menjadi Samma Sambuddha, sebab mudah sekali untuk terbuai mimpi indah untuk menjadi Samma Sambuddha, Iya kan..? --------------------------------------------- Referensi: - Catechism of Buddhist Doctrine, by: Egerton C. Baptist. - Buddhavamsa. |
![]() |
|
|