Ceriwis  

Go Back   Ceriwis > DISKUSI > Lounge

Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini.

Reply
 
Thread Tools
  #1  
Old 27th May 2012
demokrat's Avatar
demokrat demokrat is offline
Ceriwis Addicted
 
Join Date: May 2012
Posts: 4,195
Rep Power: 19
demokrat mempunyai hidup yang Normal
Default Awas Bahaya Wahabisme

Buku kontroversial Ilusi Negara Islam yang ditulis oleh tim LibForAll Foundation berdasarkan studi dokumen dan wawancara mendalam isinya adalah kekhawatiran akan Wahabisme Global, suatu pandangan garis keras dalam memahami ajaran Islam berdasarkan penerjemahan literer Al-Qur'an. Wahabisme berupa "purifikasi ekstrem" yang tadinya minoritas, kemudian menjadi tafsiran nasional di Kerajaan Saudi Arabia semenjak 1920-an (400 ribu muslim dibunuh, dieksekusi publik, diamputasi, termasuk wanita dan anak-anak hal. 76).



Di Nusantara, infiltrasi garis keras paling awal mulai dari Gerakan Padri di Sumatera Barat awal abad-19. Mereka militan dan sampai membunuh keluarga bangsawan yang sebenarnya telah memeluk Islam dari abad ke-16 dengan alasan mereka kafir (hal. 76, 96). Yang menarik buat saya, peristiwa terjadinya kekerasan politik Wahabi awal di Saudi Arabia dan di Minangkabau kira2 waktunya barengan awal abad ke-19. Waduh Globalisasi dan radikalisme-terorisme adalah kenyataan pra-modern industrial juga.



Masih menarik, sampai tahun 1920-an penetrasi Wahabisme (terkecuali kasus Padri) masih kecil sehingga pendiri Muhammadiyah dan NU pun tidak membawa ajaran garis keras itu ke Nusantara. KH Ahmad Dahlan dan KH Hasjim Asy'arie tidak membangun organisasi keagamaan utama di Nusantara ini dengan tafsiran yang kaku (hal 76). Tapi tafsiran kaku itulah yang secara sistematis berkembang di Indonesia dan menjadi besar dengan tampil secara terbuka lewat agenda organisasi sospol Islam yang jamak di tanah air: FPI, FUI, Laskar Jihad, JI, Majelis Mujahiddin Indonesia, PKS, dan lain-lain termsuk organisasi trans-nasional: Hizbut Tahrir, Ikhwanul Muslimin dan Wahabi sendiri (hal 97).



Sebagai paparan sejarah singkat ini buku lumayan serius. Para Politikaners sudah membangun opini yang jika disederhanakan menjadi kubu yang menolak buku (mengaggap ini buku cari masalah), kubu yang mengapresiasi dengan optimis (ini buku menawarkan cakrawala baru), kubu yang terlalu kritis bin pesimis (buku ini bagus, tapi tidak bisa dibedakan dengan promosi diri Gus Dur dengan perlawanan lebay-nya yang sangat paranoid-subjektif, seakan Wahabi itu pengikut setan).



Literalisme dan Kontekstualisme dalam dunia penafsiran memang rawan konflik. Di Politikana artinya adalah mari berdiskusi dengan baik walau bisa jadi alot. Saya tergugah dengan catatan kaki di halaman 64, tentang sebuah joke yang terinspirasi hadis nabi yang mengharuskan umat Islam hati-hati dalam menuduh kafir saudaranya sendiri. Kata Joke tersebut, kalau kamu tetap sabar setelah 41 orang menuduhmu kafir, maka kamu Wali Tuhan.



Dikutip dari Ilusi Negara Islam catatan kaki no. 9, hal. 64



(9) Sebagai ilustrasi, k�fir menurut Ibn 'Abdul Wahab sangat jauh berbeda dari k�fir menurut Ibn 'Arabi. Bagi yang pertama, k�fir adalah lawan dari muknim (sic!) dan kemudian halal darahnya untuk ditumpahkan. Sedangkan bagi yang kedua, k�fir adalah suatu kondisi tertutup atau menolak kebenaran sejati, atau bahkan sumber kebenaran sejati. Bisa jadi, penolakan ini disebabkan sifat takabbur atau terbatasnya pengetahuan. Karena itu, mereka tidak boleh dimusuhi, apalagi diputuskan halal darahnya. Masih menurut yang kedua, k�fir juga bermakna tertutup dari apapun selain Allah Swt,.. Maka k�fir dalam makna ini adalah salah satu tingkat tertinggi wali Allah Swt. Konon, dalam tradisi tasawuf dikenal joke bahwa siapapun yang sudah dikafirkan oleh 41 orang, dan dia tetap bersabar, tidak melakukan perlawanan, apalagi mengkafirkan, maka sebenarnya dia adalah Wali Allah Swt.



Kenapa Joke???



Saya teringat pada karya Mikhail Bakhtin seorang pemikir dan kritikus sastra Rusia yang dipaksa masuk camp konsentrasi oleh Stalin karena kemerdekaan berpikirnya sebagai seorang Marxist. Stalin adalah Marxist garis keras dan kejam, sementara Bakhtin mengangkat sisi humanitas dari Marxisme. Dalam bukunya Dialogic Immagination Bakhtin menganggap bahwa rakyat yang tertindas penguasa akan bereaksi dengan kodrat lemahnya yang sekaligus sangat powerful yaitu parody. Tidak ada penguasa besarpun yang bisa tahan terhadap parodi, satir, cemoohan.. sebab versi resminya (versi non-parodi, versi formal) sudah mengakar di otak dan dihafal banyak orang.. Maka pemirsa yang sudah kadung hafal, benar-benar sangat rentan dan sensitif terhadap "penyimpangan-penyimpangan" sedikit saja dari pakem. Maka itu, tanpa perlu cara kasar, sebuah kontradiksi cerdas sudah sangat membuat orang paham, dan tertawa terbahak-bahak...sekaligus masuk kedalam pemahaman internal-nya dengan sukarela. That's the power of parody. Di Rusia, pemikiran Bakhtin ini memang telah menjadi budaya nasional dan ciri khas bangsa, sehingga kita mengenal buku legendaris popular: Mati Ketawa Cara Rusia.



Penutup. Maka itu, joke, tertawa, sindiran, dugaan, kritikan, dagelan... adalah sarana baik dalam proses pembelajaran. Sebab menawarkan dua pilihan untuk sampai ke satu muara: Mau mendarat di lantai keras (marah2), atau di kasur empuk silahkan saja: tapi otakmu jadi mikir. Setelah 41 kali dikafirkan, tokh hanya Tuhan yang punya hak mengadili jiwa kita apakah di surga atau neraka.



Semoga bermanfaat.



Reply With Quote
Reply


Posting Rules
You may not post new threads
You may not post replies
You may not post attachments
You may not edit your posts

BB code is On
Smilies are On
[IMG] code is On
HTML code is Off


 


All times are GMT +7. The time now is 11:04 PM.


no new posts