FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]() ![]() Oleh Steve Nettleton Probolinggo, 28 Agustus 2006 � Kelas pagi di Pesantren Zainul Hasan telah selesai dan ini ditandai bukan hanya oleh bel namun juga dengan adzan. Anak-anak laki meletakan bukunya, mengenakan peci serta sarung dan senantiasa menuju masjid yang terletak didalam komplek sekolah. Sedangkan beberapa anak-anak perempuan terlihat sedang beristirahat dibawah naungan bayangan mesjid. Semua ini adalah hal yang pada umumnya akan ditemukan di lebih dari 5.000 pesantren yang terdapat di seluruh penjuru Indonesia. Namun tahun ini ada sebuah perubahan signifikan yang tidak umum di Pesantren Zainul Hasa. Perubahan ini menyangkut topic yang sangat mungkin dianggap tabu beberapa tahun yang lalu: HIV/AIDS. ![]() Bebas bicara Selain diskusi tentang agama, para pelajar juga mulai bebas mendiskusikan hal-hal tentang sex, penggunaan Napza serta HIV/AIDS. Semua ini adalah bagian dari Upaya Pemimpin Islam, sebuah program regional yang berupaya untuk memberikan pengetahuan kepada para pelajar di pesantren-pesantren agar dapat mencegah penyebaran HIV/AIDS. Data terkini menunjukan adanya peningkatan jumlah pengidap HIV/AIDS di Jawa Timur dalam satu tahun terakhir ini. Hal ini menyebabkan propinsi tersebut yang tadinya menempati posisi ke enam kini menempati posisi ketiga tertinggi se Indonesia. Pelonjakan jumlah pengidap membuat para pemuka agama dan tokoh masyarakat melihat pendidikan tentang HIV/AIDS memegang peran penting dalam upaya penyelamatan nyawa masyarakat. �Salah satu penyebab penyebaran virus HIV sikap dan perilaku seks bebas dan prostitusi, yang terus menyebar tanpa kendali,� ujar KH Mohammad Hasan Mutawakkil Alallah, pemimpin pesantren tersebut. �Dengan mengetahui dampak negatif dari beragam sikap dan perilaku yang negatif, pelajar kami dapat mengerti dan memahami masalah yang ada, baik dari segi agama maupun dari segi kesehatan.� Pemberdayaan para pelajar dan guru Untuk memulai program ini, pertama-tama UNICEF membangun kerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia. �Kami menjelaskan bagaimana pentingnya pencegahan HIV/AIDS diantara kaum muda Indonesia,� ujar kepala bagian HIV/AIDS di UNICEF Indonesia, Rachel Odede. �Melihat dari sisi kehidupan, kita bersama sepakat untuk menerapkan strategi pendidikan tentang pencegahan penularan HIV/AIDS dapat dimasukan dalam program sekolah.� Strategi ini melibatkan pemberian 60 guru dari 20 sekolah Islam di Jawa Timur pelatihan khusus tentang HIV/AIDS. Selain itu, 60 pelajar dari masing-masing sekolah telah dilatih untuk menjadi pendidik sebaya dan membagi ilmu serta pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS dengan teman-temannya, khususnya melalui diskusi perorangan. Salah satunya adalah Hikmatul Kamiliah, seorang pelajar berumur 16 tahun di pesantren Zainul Hasan yang mengatakan bahwa pengetahuannya yang baru ini banyak diminati oleh teman-teman sekolahnya. �Kembali dari pelatihan yang saya terima dari UNICEF, orang tua saya saja turut bertanya tentang HIV/AIDS,� ujarnya. �Ya saya jelaskan juga kepada mereka. Di sekolah, saya juga selalu menjelaskan tentang bahaya penyakit ini kepada teman-teman saya.� Dengan melibatkan pesantren-pesantren didalam pendidikan HIV/AIDS, Jawa Timur kini memiliki aset yang sangat berharga dalam upayanya memerangi penyakit mematikan yang tidak pandang bulu ini. jaket unicef http://www.kaskus.co.id/showthread.php?t=9604278 Terkait:
|
![]() |
|
|