for
KLIK:
Kegemarannya tersebut membuatnya memiliki kebiasan membawa buku catatan kemana pun ia pergi. Ia mencatat dan menulis semua gagasan yang ia miliki untuk ia terapkan dalam permainannya. Setiap akhir pekan ia pun bertemu beberapa temannya dan berdebat tentang game yang ia mainkan.
Villas-Boas benar-benar menunjukkan ketertarikannya pada sepak bola ke dalam dunia akademik yang ia tempuh. Ketika sekolah memberikan sebuah tugas penelitian, ia menunjukkan kemampuan analisa sepakbola yang ia miliki.
"Saya masih ingat bagaimana ia menyerahkan sebuah penelitian detail tentang Porto, pergantian pemain mereka dan taktik yang mereka gunakan dengan begitu banyak statistik di dalamnya," ungkap Eiro, guru olahraga Villas-Boas.
Penjaga Gawang Hingga Gelandang Bertahan
Meski kini ia menjadi seorang pelatih handal, Villas-Boas juga pernah bermain di beberapa klub. Ia tercatat pernah tergabung dalam sebuah klub amatir di sekitar tempat tinggalnya. Ramaldense merupakan sebuah klub kecil tak jauh dari sekolahnya. Klub ini juga dikenal pernah melahirkan seorang pemain bola ternama yang bermain untuk Benfica, Humberto Coelho yang berposisi sebagai pemain belakang dan juga menjadi pelatih internasional beberapa negara seperti Portugal, Tunisia dan Korea Selatan.
Sayang perjalanan Villas-Boas bersama klub ini cukup berat. Selain tidak adanya lapangan yang dimilki, klub juga terancam terdegradasi dari kompetisi lokal. Klub akhirnya memutuskan menunjuk seorang pelatih asal Spanyol bernama Quim.
Quim tampaknya mampu mendeteksi bakat yang ada di dalam diri Villas-Boas. Di bawah Quim, pelatih Chelsea ini ia tempatkan untuk memperkuat lini pertahanan tim.
"Mereka (Ramaldense) ingin saya untuk menyelamatkan klub dari degradasi karena mereka saat itu berada di posisi kedua terbawah. Saya membutuhkan pemain yang bagus jadi saya mencari beberapa pemain di skuad U-19. Ada tiga orang yang saya kira cukup baik untuk memperkuat tim inti, termasuk di dalamnya seorang gelandang bertahan agresif bertubuh kecil - dia-lah Villas-Boas," ungkap Quim.
Sebelum bergabung dengan Ramaldense, Villas-Boas berposisi sebagai penjaga gawang ketika masih bermain bagi Ribeirense. Ia menjadi penjaga gawang selama satu tahun dan akhirnya memutuskan pindah ke Ramaldense.
"Saat berusia 18 tahun ia (Villas-Boas) tidak memiliki tubuh besar namun ia bermain cukup baik bagi kami. Saya masih ingat ia selalu mendapat bola lalu mengopernya pada sayap kanan kami, Costa. Begitulah cara bermainnya. Pada akhirnya, ia tahu bahwa ia tidak akan mampu menjadi seorang pemain profesional," tambah Quim.
Setelah hengkang dari Ramaldense, Villas-Boas bergabung dengan sebuah klub bernama Marechel Gomes de Costa. Klub ini memang bukan sebuah klub yang bertujuan untuk menjuarai kompetisi. Anggota klub ini terdiri dari dokter, teknisi, dan siswa sekolah. Moto klub ini adalah "You'll never drink alone".
Villas-Boas akhirnya berhenti dari klub ini pada akhir musim 1998-1999. Seiring bertambahnya tugas yang ia peroleh bersama Porto, ia semakin jarang mengunjungi klub yang ia jadikan sebagai tempat bermainnya tersebut.
Julukan Unik
Villas-Boas memilki sejumlah julukan unik baik yang ia dapatkan dari teman, rekan kerja serta julukan yang ia tujukan untuk dirinya sendiri. Ketika masih bermain bagi Ramaldense ia dijuluki "Si Wortel Kercil". Teman-temannya memberikan julukan ini karena ia memiliki rambut kemerahan yang terlihat seperti wortel.