Kamar Kelas 1 Nunun di RS Polri Full AC, Kulkas, Kasur, dan Sofa
Jakarta - Suasana berbeda mungkin benar-benar dirasakan oleh Nunun Nurbaetie di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Bagaimana tidak, tersangka kasus suap DGS BI tersebut kini tidak perlu tidur berdesakan dengan 33 tahanan di ruangan berukuran 5,4 x 4 meter.
Dengan alasan perawatan kesehatan, Nunun ditempatkan di Ruang Cendrawasih 1 Kelas 1. Penelusuran detikcom, Selasa (13/12/2011), perbedaan fasilitas kelas 1 ruang perawatan RS Polri dengan ruang tahanan Rutan Pondok Bambu seperti langit dan bumi.
Kamar di Ruang Cendrawasih 1 Kelas 1 berukuran 5x3.5 meter hanya ditempati satu pasien. Tak lupa tersedia AC, TV 14 inch, kulkas satu pintu seukuran pinggang orang dewasa, sofa yang cukup untuk diduduki oleh tiga orang dan wastafel pribadi. Bandingkan dengan fasilitas yang didapatnya di Rutan Pondok Bambu, cuma satu kasur busa tipis dan satu bantal!
Nunun pun harus berbagi satu toilet terbuka dengan "kawan-kawannya" di rutan. Dapat dibayangkan bagaimana harum semerbak memenuhi ruang tahanan ketika salah seorang tahanan sedang memenuhi "panggilan alam". Sedangkan di kamar kelas satu, dia mendapatkan kamar mandi mandi pribadi lengkap dengan shower dan toilet duduk yang pastinya tertutup.
Ketika Nunun dirawat di kamar kelas satu, ia harus membayar biaya rumah sakit sebesar Rp 260.000 semalam dan DP Rp 3 juta. Itu pun hanya biaya kamar dan di luar biaya obat serta pemeriksaan.
Maaf kalo pic diatas kurang berkenan...tapi kenyataannya anak tersebut memang tersiram minyak panas di bagian pant*t-nya.
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for rakyat kelas bawah8:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for rakyat kelas bawah9:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for rakyat kelas bawah10:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
for rakyat kelas bawah11:
Quote:
Spoiler for open this:
Spoiler for open this:
Quote:
Mereka TIDAK punya pilihan mau berobat dimana. Mereka hanya menunggu event-event seperti BAKTI SOSIAL yang diadakan hanya setahun 1-2 kali di tempat mereka. Selebihnya...menunggu dalam kesakitan atau sampai maut memanggil...
Kalo urus Surat Keterangan Tidak Mampu:
Mereka harus mengurus surat itu dari RT, RW sampai Kelurahan. Di masing-masing 'per-berhentian' tersebut, minimal mereka harus mengeluarkan 10 ribu rupiah. Makan saja mereka sulit, malah disuruh keluar duit lagi.....
Kalaupun mereka berhasil mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu tersebut, di rumah sakit mereka harus menunggu 'kemurahan hati' dokter & suster untuk mengurus mereka. Obat pun tidak semua gratis bagi mereka. Hanya obat-obatan yang disubsidi pemerintah yang gratis. Selebihnya...."silahkan membayar terlebih dahulu di kasir, nanti sesudah bayar, baru bapak/ibu kembali kesini untuk mengambil obatnya yah...".
Quote:
Nah buat Agan-agan yang masih mampu nge-NET, browsing-browsing, chatting-chatting, apalagi yang masih mampu berobat ataupun jalan-jalan ke luar negri, pasti MASIH MAMPU menyisihkan sedikit uang untuk membantu mereka.
Syukur-syukur ada pejabat kaya Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih, yang masih bisa berobat keluar negri, untuk ikutan membantu mereka...
Sumbangan bukan melalui TS, tapi bisa langsung ke:
Dompet Dhuafa Republika
Komplek Perkantoran Ciputat Indah Permai, Blok C 28-29