FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
|||
|
|||
![]()
Terkait skandal yang dilaporkan Siami, Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menegaskan tidak ada peristiwa mencontek massal di Sekolah Dasar Negeri Gadel II, Surabaya, Jawa Timur. M Nuh memiliki sejumlah bukti tidak ada insiden, atau mobilisasi pencontekan massal dalam ujian nasional yang digelar 10-12 Mei lalu. Bukti paling menguatkan adalah tak ada pola jawaban sama dari semua peserta ujian."Bukti lain, hasil nilainya. Di sini, baik Matematika atau yang lain-lain itu tidak menampakkan adanya kesamaan. Artinya, tidak terjadi kecurangan atau contekan massal," kata M Nuh di Kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Rabu 15 Juni 2011. Bukti itu diperoleh setelah adanya pemetaan jawaban dari 60 peserta ujian. Hasil pemetaan, pola jawaban yang dicantumkan tidak sama. M Nuh mengambil contoh, bila 60 orang itu menaruh jawaban sama, ketika hasilnya ternyata salah maka satu kelas akan salah semua. Tapi itu tidak terjadi. "Kalau benar ada (contek massal), maka salahnya sama, dan benarnya juga sama semua," kata mantan Menteri Komunikasi dan Informatika ini. Ditambahkan dia, Pemerintah Kabupaten Kota Surabaya telah mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel II, Surabaya, terkait dugaan kasus contek massal di sekolah tersebut. Nuh menyatakan, insiden yang terjadi di SDN Gadel II hanya melibatkan oknum guru dan salah satu murid, bukan seluruh murid. Oleh karena itu, ia menegaskan tak perlu dilakukan Ujian Nasional ulang di sekolah tersebut. �Jangan sampai murid yang tidak melakukan kecurangan terkena imbasnya. Itu tidak fair, karena contek massal tidak ada,� ujar Nuh. Menurutnya, kasus yang terjadi di SDN Gadel II memang ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Kota Surabaya, bukan oleh Kemendiknas. Hal itu, untuk menghindari intervensi. Sanksi yang dijatuhkan Pemerintah Kabupaten Kota Surabaya pun, lanjutnya, diputuskan berdasarkan catatan pemeriksaan dan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. �Ada bukti jika mereka memang menginstruksikan salah satu murid untuk mencontek. Namun instruksi tersebut tidak dijalankan,� jelas Nuh. Dugaan contek massal pun, kata Nuh, otomatis tidak benar karena dari hasil jawaban setiap murid, terlihat pola yang berbeda-beda. �Kalau contek massal kan setiap jawaban hasilnya sama,� imbuh dia. �Usir, usir!� Kasus Siami berawal 16 Mei 2011, empat hari setelah ujian nasional berakhir. Dari wali murid lain ia mengetahui bahwa anaknya, Alif, yang termasuk berotak encer diminta memberi contekan pada murid lain. Ia pun mengklarifikasi putranya itu � yang mengaku sambil menangis. Siami lantas mengonfirmasi hal ini ke kepala sekolah. Tak puas, ia lalu mengadu ke komite sekolah. Tak mendapat tanggapan, ia membawa masalah ini ke sebuah radio di Surabaya. Lalu, kasus ini sampai ke telinga Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Setelah diproses, sanksi dijatuhkan pada pihak yang dinilai bertanggung jawab: satu kepala sekolah dan dua guru. Sanksi pada tiga pendidik ini lantas memicu kemarahan wali murid. Mereka menilai Siami, dan keluarganya tak punya hati. Mencemarkan nama sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali warga menggelar demonstrasi di depan rumahnya. Puncaknya terjadi pada Kamis 9 Juni 2011. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel II �menghakimi� Siami dan keluarga. Mereka menuntut Siami meminta maaf. Dengan tangis berlinang Siami telah meminta maaf. Namun warga belum puas. Mereka mengusir Siami dan keluarganya dari kampung."Usir, usir!," teriakan warga Gadel menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya. Siami pun tambah menangis. Ia tak menyangka tetangga kampungnya setega itu mengusirnya. Aksi dorong-mendorong membuat jilbabnya nyaris terlepas. Tubuh Siami yang mungil, limbung. Ia harus dievakuasi agar luput dari kemarahan warga. Pasca kejadian traumatis itu Siami dan suaminya, Widodo, akhirnya memutuskan mengungsi ke rumah orangtuanya di Gresik. Rumahnya di Gadel ditinggal dalam penjagaan polisi. "Saya tidak kuat. Saya mau pulang ke rumah orangtua," kata Siami, saat itu. Hingga kini rumah berdinding coklat milik keluarga Siami di Jalan Gadel Sari Barat II kosong. Sementara, pantauan VIVAnews di SDN Gadel II, proses belajar mengajar berlangsung seperti biasa. �Tidak terganggu,� kata salah seorang guru senior yang tak mau disebutkan namanya. Kata dia, peristiwa yang ditulis media berlebihan. "Menurut saya itu berlebihan dengan menyebut nyontek massal," katanya. Secara runtut, dikatakan tidak mungkin terjadi nyontek massal. Sebab, di dalam kelas saat berlangsung UN terdapat delapan guru pengawas. Dan, pengawas tidak akan mendiamkan kalau terjadi contekan."Jelas dilarang lah, kita tidak akan mendiamkan itu.� Sementara, soal kemarahan warga yang menyudutkan Siami, menurutnya juga sudah reda. Itu hanya luapan sesaat. "Wajar, itu spontan dan mereka kan saat itu emosi. Tapi saat ini sudah reda. MAAF GAN KEPANJANGAN TAPIGAN KITA HARUS JUJUR GAN BUDAYAKAN COMMENT AND RATE 5 ![]() BOLEH melon ![]() JANGAN BATA ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|