FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
[/quote] Quote:
![]() ![]() ![]() ![]() 1. Wacana peleburan LPI-LSI Wacana ini mengandung kontroversi & berlarut2. kalau LPI-LSI digabung begitu saja, ada kecemburuan dari tim2 divisi Utama,1-2 dst. Belum menyangkut aspek kualitas tim2 lpi yg tidak melalui seleksi berjenjang,masalah infrastruktur dsb. Namun LPI lebih unggul dalam profesionalitas management (tidak tergantung APBD). Mungkin alternative solusinya, tim peringkat 1-4 LPI play off dengan ke-4 tim promosi LSI dari Divisi Utama,klub LPI yg menang masuk LSI yang kalah playoff lagi dengan tim yang promosi ke Divisi Utama dari Div.1, kalau kalah lagi playoff lagi jenjang kompetisi dibawahnya dst sehingga diperoleh level yang pas untuk ke-4 klub LPI tersebut. Playoff tidak mempengaruhi posisi untuk klub2 promosi dari jenjang kompetisi regular PSSI tersebut. Untuk klub2 peringkat 5 LPI sampai terakhir tetap bertahan di LPI. ![]() 2. JADIKAN LPI SEBAGAI KOMPETISI PROFESIONAL U-23 Seiring dengan spirit pengurus baru untuk lebih memprioritaskan pembinaan usia dini, daripada meributkan posisi LPI terlebih impactnya bukan hanya dualisme kompetisi sejajar yg konon menyalahi regulasi FIFA namun juga menyebabkan inefisiensi anggaran & kekacauan dalam sasaran pembinaan sepakbola nasional. Alangkah lebih elegant kalau LPI dijadikan saja sebagai wadah kompetisi U-23 secara profesional yang modalnya ke-15 tim LPI tersisa (berdasarkan pemaparan no.1). Terlebih sejauh ini belum ada jenjang kompetisi untuk U-23 padahal sasaran untuk timnas-nya ada. Hal ini agar sejalan dengan grand design sesuai pemaparan pengurus PSSI baru untuk membentuk timnas secara berjenjang agar regenerasi/pembinaan tidak terputus (timnas senior-U23-U20-U17 dst), untuk bisa men-suplay pemain kearah timnas2 tersebut tentunya dibutuhkan wadah kompetisinya. Solusi LPI menjadi kompetisi U-23 pastinya menjadi sejalan dengan grand design tersebut. Adapun pemain2 senior yang ada di klub2 LPI bisa di transfer/dijual ke klub2 kompetisi reguler PSSI & menjadi pemasukan tambahan untuk klub2 tsb. Atau alternatifnya dibuat wadahnya semacam �secondary league� binaan training camp/akademi sepakbola masing2 klub, para pemain tersebut bisa dibaurkan dengan para calon pemain asing sekaligus sebagai ajang seleksi pemain2 asing yang ingin berkompetisi di indonesia, sehingga bisa diperoleh pemain2 asing yang akan berkompetisi yang benar2 berkualitas. �secondary league� tidak terbatas hanya utk klub2 LPI. 3. Polemik tentang APBD untuk Klub sepakbola ![]() Setuju tidak setuju, kalau dicermati polemik tentang APBD merupakan akar dari kekisruhan PSSI yang berlarut2 pasca rezim NH. Sudah banyak rumors berkembang dibalik kengototan K-78 mengusung GT-AP dilatar belakangi soal hidup/matinya klub tanpa APBD. Disini lagi2 pemerintah membuat kebijakan tanpa solusi yg mumpuni. Jelas banyak klub tidak siap untuk itu terutama klub2 daerah & ini bukan tanpa alasan. Jika sampai dipaksakan 2012 klub tanpa APBD tanpa disertai solusi dari pemerintah, artinya Pemerintahan SBY turut andil dalam mematikan kelangsungan sepakbola nasional. Tanpa klub & kompetisi tidak akan mungkin muncul pemain2 tangguh untuk timnas. Banyak opini positif klub tanpa APBD untuk mengarah ke profesionalitas seperti di liga2 eropa. Tapi lihat dulu faktanya secara demografi ekonomi negara2 eropa tidak sama dengan Indonesia. Disana kemakmuran lebih merata, so tidak jadi soal bukan cuma London dengan chelsea-nya, namun manchester, liverpoool, milan, barcelona dll juga bisa berjaya secara independent karena industrialisasi mereka lebih merata. Sangat jauh dengan indonesia, yang survive bisa jadi Cuma klub2 yang ada di Jakarta, atau kota2 besar saja. Padahal banyak bibit2 pemain potensial justru terlahir dari daerah2 terpencil sekalipun. Sulit rasanya menggiring sponsor untuk klub2 yang ada di sorong, tual, monokwari, atau beberapa kota kecil di jawa, sumatra,sulsel dll padahal disana banyak terdapat bibit2 pemain potensial namun secara kekuatan industri, ekonomi saat ini industri apa sih yang ada disana? Siapa yang mau peduli dengan sepakbola disana? sementara sponsor Cuma bisa menghitung untung-rugi, plus belum tentu secara finansial masyarakat disana mampu membeli tiket, merchandise dll sementara buat makan saja sulit padahal pemasukan2 tersebut nantinya menjadi ujung tombak pemasukan untuk klub yang �profesional�. Alternatif solusi klub tanpa APBD ![]() Suka tidak suka, jika pemerintah tetep kokoh menerapkan aturan klub tanpa APBD th 2012 tanpa memberi solusi artinya pemerintah memegang peran utama dalam membunuh kelangsungan sepakbola nasional. Kebijakan tersebut memang bagus untuk efisiensi anggran daerah serta disisi lain independensi & profesional klub.Namun disisi lain bisa berdampak matinya sepakbola nasional. Sederhana saja, solusinya ada ditangan pemerintah juga. Pemerintah dengan kekuasaannya bisa mengajukan undang2 atau minimal membuat Keppres. Yang intinya membuat kebijakan yang mengikat terhadap, misalnya: 20 BUMN terbesar, 20 perusahaan asing yg sudah beroperasi diatas 20th di indonesia, perusahaan2 lokal daerah, 50 pengusaha terkaya di indonesia untuk sama2 menanamkan investasi di sepakbola (minimal membiayai salah satu klub) yang regulasi/aturan mainnya di koordinasikan oleh menpora-KONI & PSSI kerjasama dengan mendagri & kementrian BUMN. Kebijakan tersebut juga tentunya diiringi dengan sangsi yang jelas (terutama sifatnya administratif-finansial) bagi pihak2 yang tidak tunduk dengan aturan yang dibuat. Alangkah indahnya kalau sampai ada nirwan bakri-2 & Arifin panigoro-2 yang lainnya di indonesia yang bisa mengihidupi & memajukan sepakbola nasional. Bukan hal mustahil jika itu terjadi akan lahir timnas2 tangguh kedepan yang disegani lawan2nya bukan Cuma di asia tapi didunia (amin). Kalau sampai waktunya keuntungan juga akan diraih mereka semua, bukan Cuma untuk sepakbola, para pelaku bisnis bisa sekaligus menggali potensi ekonomi didaerah2 dimana terdapat klub2 yang mereka sponsori.Jadi benefitnya juga akan berimbas pada kemajuan ekonomi/industri nasional secara lebih merata. ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|