FAQ |
Calendar |
![]() |
|
Lounge Berita atau artikel yang unik, aneh, dan menambah wawasan semuanya ada disini dan bisa dishare disini. |
![]() |
|
Thread Tools |
#1
|
||||
|
||||
![]()
well sebenernya sih ini pemikiran seorang artis, tpi alangkah baiknya jika kita mempelajari sisi baiknya [/spoiler][spoiler=open this] for mikir: Topik kali ini ngomongin soal musik. Tanpa kita sadari, kadang2 kita gak peduli juga bahwa musik tuh bener2 mewarnai kehidupan kita selayaknya sebotol cat semprot kaleng yang mewarnai tembok2 toko, ataupun sebuah tipe-ex yang mewarnai meja2 kampus, yang kadang2 bertuliskan : �F**k alit!!�, �Supri cool was here�, �I love bu endang�, etc. Sekarang bayangin aja semisal hidup kita tuh gak diwarnain ama musik, alias misal musik tuh gak ada di dunia. Upacara bendera tanpa lagu, upacara pernikahan tanpa musik, acara kematian pun gak ada pentas musik. (yaiyalahh!!) mau ngapa2in jadi kerasa garing banget kan jadinya? Banyak sekali karya2 seni musik di dunia ini yang bisa dibilang �sangat mewarnai dunia�. Kayak lagu2 nasional, lagu2 rohani, lagu2 daerah, dan semua mempunyai fungsi dan ciri khas masing2. Lagu nasional, fungsinya ya buat membakar semangat juang, serta menanamkan jiwa nasionalisme buat rakyat pada sebuah negara. Lagu rohani, fungsinya buat mempertebal iman yang dengerin tuh lagu, biar jiwanya tenang juga. Lagu daerah, fungsinya bisa jadi symbol bagi tuh suku budaya. Kalo lagu cinta? Ini fungsinya banyak banget!! Mulai dari buat nyampein isi hati kepada kekasih idaman, buat nambahin suasana lebay saat kita lagi patah hati. Serta fungsi dari lagu cinta yang paling efektif dan paling sering dipake adalah, buat ngamen di lampu merah. Ngomongin lagi soal musik di Indonesia nih ya.. akhir2 ini booming banget band2 baru maupun penyanyi solo (atau bahkan photo model yang maksa banget buat nyanyi solo dengan skill mepet dan kwalitas suara yg meragukan) yang meluncurkan hits2 super dahsyat yang membuat anak2 kecil sampe nenek2 pun jingkrak2 saat denger tuh lagu, kayak waria nginjek titit onta. Tapi sayangnya, pesatnya pertumbuhan karir mereka, diimbangi pula dengan pesatnya keanjlokan karier mereka dalam waktu yang cukup singkat. Buat contoh aja nih yah.. Bulan ini, band �A� ngeluarin sebuah hits berjudul �cinta dalam celana�. Tuh lagu laris banget di pasar RBT Indonesia, dan meraup banyak keuntungan, eh.. bulan berikutnya, kesuksesan band �A� udah disaingi ama band �B� yang notabene baru aja ngeluarin hits yang berjudul �tendangan janda kembang� (Yang sebenernya tuh lagu mirip2 juga ama lagunya band �A�, Cuma beda nada dasar aja). Dan gak butuh waktu sebulan dua bulan kemudian bagi masyarakat kita buat ngelupain band �A� yang akhirnya menjadi band keliling antar kampung. Kalo diruntut lagi tentang fenomena ini, darimanakah sebenernya akar dari masalah degradasi level produktifitas dari musisi2 baru indo? Kita pertanyakan lagi, kenapa band2 ato penyanyi solo Indonesia sekarang cukup bernyali buat bikin video klip dan promo hits kemana2 hanya dengan bermodalkan satu lagu? Sebenernya kalo dipikirin dengan lebih mendalam, fenomena ini berawal dari hasil sebuah penemuan baru yang bernama RBT. Apa itu RBT? Tanya aja ama om Roy Suryo. Hehe.. RBT a.k.a Ring Back Tone (Nada Sambung Pribadi) adalah sebuah teknologi yang menawarkan pengaplikasian musik atau lagu2 untuk menggantikan nada sambung telpon yang standarnya berbunyi �tuttt�tutttt..� kayak suara kentut onta (Kok onta lagi sih?). Nah, temuan inilah yang akhirnya mampu menarik para pemakai jasa telpon seluler, buat berbondong2 memasang lagu2 favorit mereka ke dalam Nada sambung pribadi seluler mereka. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa musik bisa mewakili perasaan mereka. Jadi, dengan memasang lagu favorit mereka buat RBT, mereka punya harapan agar orang2 yang nelpon mereka, bisa jadi tau gimana keadaan perasaan mereka. Misal mereka masang lagu �Wajahmu Mengalihkan Duniaku� punyanya afgan, bisa diartikan kalo tuh orang lagi jatuh cinta. Trus kalo mereka masang lagu �Pupus�nya dewa, berarti dia baru patah hati, ato abis ditolak cintanya. Nah, kalo ada cowok yang masang lagu �Tak Akan Ada lelaki Seperti Dia� punyanya Shanty, berarti tuh cowok bisa diragukan orientasi seksualnya. Kembali lagi ke fenomena RBT. Seperti diketahui, RBT menjadi pilihan favorit bagi para musisi buat memasarkan karya mereka karena fasilitas ini lebih aman, praktis dan efektif. Kenapa begitu? Soalnya Cuma butuh satu lagu aja, benar.. SATU LAGU yang bisa disukai oleh pasar, mereka bisa meraup keuntungan luar biasa besar dari royalti RBT itu. Jalan itu dirasa lebih praktis dari pada mereka merintis sebuah album yang berisi belasan lagu yang ujung2nya Cuma jadi mangsa empuk pembajakan. Tau sendiri kan? Negara kita merupakan salah satu penghasil rekor pembajakan album terbesar?! Buat contoh aja, pagi ini kita denger sebuah lagu hits di radio, langsung aja deh buka google & search judul lagu tersebut, niscaya dalam waktu sekejap, tuh lagu udah nangkring di winamp kita GRATIS. Soal pembajakan ini sebenernya gak Cuma dalam segi album musik aja sih. Film pun jadi sasaran empuk pembajakan. Gw sering banget nemuin film2 bajakan di rental2 CD yang notabene lagi tayang di 21. Jadi ya daripada cape2 ngantri tiket bioskop yang naudzubillah panjangnya, ya mending nonton di kamar ajah, ngirit juga! Pembajakan inilah sebenernya penyakit yang bikin lesu pasar musik Indonesia. Para musisi enggan bikin album baru karena mereka paham bahwa ujung2nya, album mereka bakalan mentok terjual ampe ratusan ribu keping, padahal album bajakannya bisa laku jutaan keping di pasaran. Sampe akhirnya RBT muncul, para musisi pun menemukan sebuah celah pemasaran karya seni musik mereka yang hampir gak bisa dibajak. *senyum kemenangan* Namun disini, kembali kita temukan dampak yang kurang mengenakan dari fenomena RBT ini. Yap! Tentunya musisi2 indonesia berlomba2 buat bikin SATU-HITS-AJA-YANG-PENTING-LAKU di pasaran RBT. Entah itu lagu bener2 lagu fresh maupun lagu2 daur ulang yang kembali mereka nyanyikan dengan aransemen baru (lagu pop ditambahin suara gendang misalnya). Pernah suatu ketika, tepatnya waktu ada acara Press Conference buat pagelaran Djarum Rendezvoices yang berlangsung di Jogja beberapa waktu lalu, gw nanyain soal fenomena RBT ini kepada Om Ahmad Albar yang notabene adalah Ayah dari artis ganteng Fahri Albar (Lha njur ngopo?), beliau berpendapat bahwa nantinya bila fenomena RBT ini terus berlangsung, mungkin dalam 10 tahun kedepan, dengerin musik dari sebuah CD album tuh bakal jadi hal yang langka. Karena bakal jarang banget musisi yang mampu menelurkan sebuah album, gak Cuma sebuah hits! Bayangin deh masa depan musik kita? Semua orang kudu nelpon temen Cuma buat dengerin lagu favorit mereka dari RBT. Contoh : �Nelfon mayang ah.. lagi pengen dengerin Lagunya Ungu nih..� *gak berapa lama lagu HAMPA nya ungu mengalun* �PERNAHKAH KAU MERASA��assalamualaikum�� *ternyata telponnya diangkat ama yang punya* Nah, kalo diruntut kembali gimana fenomena ini berawal, siapa yang pantas dipertanyakan tanggung jawabnya, kita bisa melihat dari kinerja aparat Negara ini dalam menangani pembajakan album, baik itu CD maupun kaset. Mungkin apabila pemerintah kita tegas dalam menindak para pembajak itu, jumlah pembajakan album di Indonesia bisa berkurang. Realitasnya, tulisan hak cipta di cover kaset album tuh kayak cuma pelengkap aja (Oh..ini udah dipatenkan). Kalo jumlah pembajakan bisa berkurang, otomatis para pelaku seni jadi punya semangat buat berkarya dengan lebih optimal. Gak takut lagi pemasaran album mereka anjlok gara2 CD album mereka dibajak. Tapi pemerintah di sini bukanlah satu2nya pihak yang bertanggung jawab atas boomingnya trend bajak membajak ini. Kita.. sebagai konsumen.. kitalah yang menentukan sebuah pasar itu akan tumbuh atau mati. Industry pembajakan menjamur dan berkembang karena kita sebagai konsumen lebih memilih untuk membeli barang bajakan daripada membeli barang asli. Kadang tanpa kita sadari ternyata kita sendirilah investor terbesar dari pasar gelap itu! Mungkin bila dilihat dari sisi finansial, barang bajakan emang lebih murah, malah kadang2 udah ada video klipnya sekalian di CDnya. Tapi kalo ditinjau lagi dari segi moral, kita pun berdosa karena kita udah menikmati karya cipta orang tanpa membayar jerih payahnya sepeserpun, karena mereka tentunya gak dapet royalty dari album2 bajakan tersebut. Jadi disini, bukannya mau sok sosialis ataupun sok bijak, gw Cuma mau nyaranin kalian buat lebih bijak dalam membeli sebuah karya cipta. Karya cipta bukan lah hal yang mudah untuk dibuat. Sudah selayaknya mereka yang berkarya, bisa menikmati hasil jerih payahnya. Bukan para juragan CD bajakan di pasar2 itu! Ini juga demi masa depan telinga kita juga. Jangan sampe CD album nantinya jadi barang antik, dan tergantikan oleh RBT. Jangan sampe musisi2 kita jadi males buat berkarya karena kejengahan mereka soal pembajakan itu. Terima kasih!^^ berhubungan ane nuibe ane minta melon ![]() ![]() Terkait:
|
![]() |
|
|